Chapter 39

13.6K 617 40
                                    

Happy reading😊😊

Hampir pukul 6 sore, Hanna baru terbangun dari tidurnya.
5 jam Hanna tertidur setelah dari kantor Bisma tadi.
Wanita itu kemudian duduk dan ingin mengganti bajunya tapi ternyata blouse yang Ia pakai ke kantor tadi sudah berganti dengan piyama yang nyaman.
Siapa lagi kalau bukan Bisma. Di rumah ini hanya ada mereka berdua.

Hanna berjalan ke kamar mandi untuk mencuci wajah dan menggosok gigi.

Saat ia melihat ke cermin, Hanna langsung menunduk.
Hanna menggeleng pelan untuk mengusir bayangan-bayangan masa lalunya.
Wanita itu memukul kepalanya beberapa kali karena pening mulai menyerangnya. Selalu seperti ini setiap ia memikirkan masa lalunya. Masa lalu yang membuat Hanna terjebak pada rasa bersalahnya dan hampir depresi.
Hanna menghembuskan napasnya perlahan agar lebih tenang lalu keluar dari kamar mandi.

Saat akan keluar dari kamar, Hanna melihat bayangan dari balkon.
Hanna mendekatinya dan ikut keluar balkon.

Ia melihat Bisma yang sedang menikmati kopi di tangan kanannya sedangkan tangan kirinya masuk ke saku celana hitam yang tadi Bisma pakai ke kantor.
Lengan kemeja putihnya Ia gulung sampai ke siku.

Bisma meletakkan cup kopinya di atas pembatas balkon lalu menumpukan kedua telapak tangannya ke sana.

Hanna mendekati Bisma yang belum menyadari keberadaannya lalu memeluk Bisma dari belakang "sedang apa" tanya Hanna memecah keheningan.

Bisma tak menjawab.
Pelukan itu terasa canggung bagi Bisma.
Bisma merasa Hanna seperti sedang mengatakan 'maafkan aku' tapi Bisma tak yakin karena menurutnya Hanna tak punya alasan untuk mengatakan hal itu.
Tak tahu harus berkata apa, Bisma hanya mengusap punggung tangan Hanna yang melingkar di perutnya. Usapan itu berubah menjadi genggaman lembut di tangan kiri Hanna. Nyaris Bisma akan melepaskan lingkaran tangan Hanna karena tekadnya yang ingin melepaskan Hanna agar bahagia tapi segera urung karena Bisma merasa dadanya sesak hanya dengan berpikir Hanna akan meninggalkannya.
Bisma semakin meremas jemari Hanna dalam genggamannya.

Hanna meletakkan kepalanya di punggung Bisma. Ia merasa nyaman sekarang. Tangannya terbungkus hangat oleh tangan besar Bisma.
Beberapa saat hanya seperti itu.
Mereka menikmati sore hari yang hangat dengan matahari yang semakin tenggelam.

Bisma memejamkan matanya.
Rautnya begitu tenang. Berbeda dengan pikirannya yang sedang sangat takut jika ia mengambil keputusan yang salah.

Hanna sendiri senang mendengar detak jantung Bisma dari belakang. Berdebar seperti dirinya saat ini.
Hanna mengangkat kepalanya lalu sedikit bergeser ke kanan. Mengambil kopi Bisma yang masih sedikit hangat lalu menyesapnya sedikit. Hanya sangat sedikit karena Ia tak bisa meminum kopi "pahit" komentarnya dengan dahi mengernyit tak suka.

Bisma terkekeh geli kemudian membuka matanya.
Sudah tahu tidak suka kopi, masih saja coba-coba. batin Bisma sembari melepaskan pelukan Hanna.
Bisma membalik pelan tubuhnya menghadap Hanna dan meraih cangkir kopinya agar Hanna tak lagi meminumnya "mandi sana" suruhnya.
"kamu dulu"

"aku menyuruhmu sayang, kenapa malah balik menyuruh, hm?" Bisma menoel gemas hidung Hanna "sana"

Hanna menggeleng. Ia tak rela waktu tenangnya bersama Bisma terhenti di disi.

"sana" Bisma membalik tubuh Hanna dan mendorongnya dengan lembut masuk ke dalam kamar "mandi yang bersih" ucapnya kemudian kembali ke balkon.

Bisma mengambil kopinya lalu menyesapnya hingga habis.
Pikirannya terasa penuh.
Ia bingung.

Bisma ragu dengan keputusan tadi siang untuk melepaskan Hanna. Bisma tak bisa. Hanna terlalu berharga untuk dilepaskan.

Jadi, bolehkah Bisma memiliki keputusan yang lain?


Selanjutnya ada di dreame dengan nama akun kiranoviani

HURT (Sudah Terbit)✔Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz