Chapter 16||TDIMCB||

13.5K 516 10
                                    

Gais vote + follow yaa!!

Happy reading!!

*****

Pov author

Stacy termenung menatap indahnya langit malam. Memandangi langit yang begitu cerah, berhias bintang-bintang, dan bulan. Sangat menakjubkan, indah dipandang mata. Ia berada di balkon kamarnya.

Pikirannya melayang pada kejadian tadi sore. Ia berpikir jika dirinya akan benar-benar menjadi santapan singa itu. Tapi ternyata tidak!! Untunglah, tuhan masih melindunginya. Stacy tersadar ketika dirinya tidak melihat sosok pria kejam itu sejak sore.

Kemana alex? Apakah pria itu marah padanya karena telah menamparnya? SHIT!! Dia mengingat ucapannya tadi sore kepada alex. Stacy sebenarnya hanya bercanda ketika mengatakan dirinya tidak akan memberikan jatah malam ini.

'Apa alex benar-benar mengganggap ucapannya itu serius?' batin stacy

Ia langsung beranjak dari sofa kemudian keluar menuju ruang kerja alex. Ia berpikir jika alex pasti berada disana. Stacy ingin meminta maaf kepada pria itu karena sikapnya tadi sore. Ia tidak ingin membuat pria itu marah.

Stacy berjalan cepat menuruni tangga menuju ruang kerja alex. Sangat tidak sabar, ia ingin segera tiba untuk meminta maaf pada pria itu.

Ia mencoba mengubah ekspresi lelahnya menjadi ceria. Mengusap keringat di keningnya.

Dan secara perlahan, stacy mendorong pintu ruang kerja alex tanpa mengetuk. Ternyata tidak di kunci, dan...

"Alex...." Stacy tidak meneruskan ucapannya ketika melihat adegan yang berlangsung di hadapannya.

Tubuhnya membeku di tempat. Tiba-tiba mata dan hatinya terasa panas, saat melihat tubuh telanjang seorang wanita duduk diatas meja berhadapan dengan alex.

Apa salahku padanya?
Kenapa lagi-lagi dia mengecewakan ku seperti ini?
Apa dia tidak bisa menghargai perasaanku sedikit saja..

Stacy mengalihkan sorot matanya pada pria yang sedang memakai boxernya. Pria itu menyorotnya dengan datar.

"Tidak bisakah kau mengetuk pintu?" Ucap alex kemudian, suaranya sangat santai.

Stacy menelan salivanya, menahan air matanya agar tidak tumpah.

"Dasar brengsek!! Aku datang kesini untuk meminta maaf padamu tapi kau justru dengan senangnya disini bercinta dengan wanita itu!" Marah stacy,

Pov alex

Brak!! Stacy keluar dengan membanting pintu itu. Membuat aku tersenyum. Aku kembali melihat wajah wanita yang baru saja ditidurinya tampak lemas dan bahagia.

"Kau senang?" Tanyaku pada jalang itu.

"Tentu tuan. Kau sangat tampan dan ahli dalam memuaskan seorang wanita." Jalang itu menatapku senang, Tapi, tidak sampai...

Matanya membulat ketika melihatku mengarahkan pisau tajam ke pahanya. Dia benar-benar ketakutan. Aku mengukir namaku dengan pisau di paha mulusnya itu. Hingga cairan darahpun berceceran di pahanya dan mengalir hingga mengotori meja kerjanya itu. Aku sangat senang melihatnya histeris ketakutan menatapku. Aku menaburi lukanya dengan garam yang tadi aku ambil. Dan..

"Aarkkkkhhh tuan itu sangat perih. Tolong jangan lakukan itu. Aku mohon." Tangisnya karena rasa perih di pahanya.

"Tapi kau sangat membosankan bagiku." Ujarku

"Ta-pi..ke..napa.....kau melukaiku?" Isaknya menahan rasa perih

"Sshhh jangan takut. Hanya saja, aku mencari jalang yang saat bercinta mampu memuaskanku lebih dari pada ini." Bisikku tersenyum. Dan...

Wanita itu semakin keras tangisannya ketika aku mengarahkan sebuah pistol ke dalam mulutnya. Dan memaksanya membuka mulut.

Dor!! Tidak cukup merasa puas satu tembakan. Lalu..

Dor!! Dor!! Aku menambahkan dua tembakan di kedua bola matanya. Cairan merahpun kembali mengalir dari kerongkongan dan kedua mata wanita itu.

Aku mundur beberapa langkah menjauhi wanita itu dan tersenyum melihat tubuh wanita itu dilumuri penuh darah.

Tapi sial wanita itu belum mati! Aku mengarahkan pistol ke bagian jantung wanita itu.

Tapi tiba-tiba ada yang memelukku dari belakang dan menahan aksi yang akan aku lakukan. Berani sekali dia menggangguku!

"Hentikan. Aku mohon. Hentikan alex!" Ujarnya menangis.

"Lepaskan atau aku akan membunuhmu!" Ancamku berbalik menatap stacy dengan pistol di tanganku mendekatkan kearah kening stacy.

"Lakukan saja jika itu maumu!" Tak kalah beraninya stacy.

Kletak!! Pistol di tanganku langsung terlepas.
Aku langsung keluar dari ruang kerjaku tanpa menatap wajah stacy sedikitpun. Stacy hanya melihatku dengan tatapan nanar.

'Kenapa ia menuruti perkataannya..
Kenapa juga dia tidak jadi menembaknya..
Apakah alex telah mencintainya?
Ya tuhan jika itu benar..
Aku sangat berterima kasih padamu..' batin stacy

*****

Kasih support dong buat aku wkwk biar cerita ini lanjut terus😍😍


This DEVIL Is my CRAZY BOSS [PSICOPATHY] Where stories live. Discover now