Chapter 49 ||TDIMCB||

8.6K 317 67
                                    

“Tempat yang gelap, tertutup, sunyi, dan kelam itu jauh lebih menenangkan dibanding tempat yang cerah tapi tidak ada kedamaian

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Tempat yang gelap, tertutup, sunyi, dan kelam itu jauh lebih menenangkan dibanding tempat yang cerah tapi tidak ada kedamaian. Jika terjebak, hanya ada dua pilihan. Ikut tenggelam atau meninggalkan cahaya terang itu.”

Jika ada kesalahan dalam chapter ini, komen ya!! Dimohon bantuannya..

***
"Brengsek! Sedang apa kau disini hah?! Jadi dugaanku benar, jika pria bajingan itu adalah dirimu!" seru Sean. Tanpa berpikir panjang, ia menarik kasar kemeja Alex yang beberapa kancingnya sudah terbuka. Kemudian..

Bugh!! Trank!!

"Sean! Berhenti.." teriak Stacy dengan keras ketika Sean menghajar Alex kuat sampai terdorong ke meja. Tapi bukan itu yang menjadi permasalahannya. Melainkan pada darah yang mengalir di kening Alex. Sean telah melukainya. Karena pukulan pria itu membuat Alex limbung hingga terkena vas bunga berwarna hitam. Bahkan vas itu sampai pecah akibat benturan keras kepalanya.

Dengan piyama yang sudah terkancing sempurna, Stacy turun dari ranjangnya. Ia menatap tajam Sean, sebelum akhirnya mendekati Alex yang saat ini susah payah menegakkan tubuhnya. Alex pasti akan terjatuh ke lantai andai Stacy tidak menolongnya. Sean benar-benar keterlaluan. Perbuatannya kali ini membuat Stacy sangat marah. Ia tak kuasa menahan rasa khawatirnya begitu melihat kondisi Alex sekarang. Ia memapah tubuh Alex lalu berjalan mendekati ranjang. Didudukannya Alex dengan pelan-pelan. Kemudian..

"Alex, apa kau baik-baik saja?" Tanya Stacy khawatir.

Dengan sedikit membungkukkan tubuhnya, ia menatap teduh wajah memar Alex. Tatapan mereka berdua saling bertemu. Nampak Alex yang sepertinya tidak percaya begitu melihat kecemasan di manik mata biru itu. Darahnya seketika berdesir saat jari-jari lentik Stacy menyentuh darah di keningnya. Demi tuhan. Alex sangat merindukan setiap waktu bersama Stacy dulu. Tapi kenapa takdir justru ingin memisahkannya?!

"It's okay. Ini hanya terbentur sedikit." Alex tersenyum tipis sambil menatap Stacy dalam.

Stacy mendengus kesal, "Sedikit? Keningmu berdarah, bodoh. Bagaimana bisa kau mengatakan jika ini hanya terbentur sedikit." ketusnya pada Alex, ia benar-benar tak habis pikir dengan pria yang saat ini bersikap ksatria, padahal Stacy sangat tau luka yang didapati pria itu tergolong cukup serius.

"Diamlah disini. Aku akan mengobati lukamu." Lanjutnya, kemudian melangkahkan kakinya mendekati laci untuk mengambil kotak obat. Namun sayangnya..

Sean menahan pergelangan Stacy. Reflek, Stacy pun berbalik lalu menghempas kasar tangan pria itu. Lantas membuat Sean bergeming dan memberikan tatapan tidak sukanya, "Eve, biar saja dia sendiri yang mengobati lukanya. Aku yakin dia sedang memainkan sebuah trik licik agar mendapatkan perhatian darimu."

Sementara Alex langsung menoleh ke samping, melihat Sean yang sangat marah karena Stacy begitu mengkhawatirkan dirinya. Ia memegang pelipis keningnya yang terasa sangat sakit. Kali ini ia benar-benar tidak ingin ikut campur. Otak dan tenaganya tiba-tiba seperti sudah terkuras semua.

This DEVIL Is my CRAZY BOSS [PSICOPATHY] Where stories live. Discover now