Laci Kenangan

618 92 49
                                    


"Beraninya kau!"tangan Jaehyuk mencengkram erat pegangan sofa dan dengan susah payah berusaha menegakkan kedua kakinya yang selemas jeli. Setelah sempat jatuh dua kali akhirnya ia bisa berdiri meski kaki gemetar hebat.

Perlahan Jaehyuk menegakkan kepalanya sehingga tampaklah wajah berantakannya. Bola matanya yang memerah dan digenangi air mata darah menatap lurus ke netra Jihoon, menyorot penuh kebencian dan amarah.

Namun bukannya takut, justru Jihoon memasang wajah datar tanpa perasaan. Setitikpun,.....setitikpun Jaehyuk tak melihat pancaran sesal di mata sejernih air pegunungan itu, membuat kobaran api amarah di hatinya bagai disiram bensin, meledak besar dan siap melahap apapun yang ada di dekatnya.

Tiba-tiba sepersekian detik bola mata Jihoon berkilat ungu keperakan. Jaehyuk mengernyit, aneh sekali, kilat apa barusan?

"AAAAKGHHHH.....,hiks....hyung tolong!"

Pandangan Jaehyuk dan Jihoon serempak turun turun ke lantai dimana Asahi tengah meringkuk dan meraung menangis dengan nafas tersengal, seolah nafasnya menuju ujung penghabisan. Lantai di sekitar tubuhnya dibanjiri genangan darah pekat.

Genangan darah....rintihan tersiksa.....raungan minta tolong....Jaehyuk pernah melihatnya, Jaehyuk pernah mengalaminya.

Sontak dirinya serasa dihisap dan dalam sekejap sudah berdiri di sebuah tempat remang dikelilingi tumpukan laci-laci yang sangat tinggi. Saking tingginya Jaehyuk sampai tak bisa melihat ujungnya yang ditelan langit-langit gelap. Sebelum ia menyadari apa yang terjadi, mendadak tubuhnya dihempas jauh hingga menubruk satu laci yang melayang sendirian.

Tubuh Jaehyuk menghantam laci begitu keras hingga laci itu hancur, lalu jatuh dari ketinggian dan mendarat keras dalam posisi telungkup di lantai batu yang dingin. Anehnya Jaehyuk tak merasa sakit sedikitpun dan ketika ia mencoba telentang, serpihan-serpihan kayu jatuh di sekitarnya. Jaehyuk memegang rambutnya yang kejatuhan sesuatu, mengambil benda itu yang ternyata selembar kertas foto.

Pupil matanya membesar ketika membalik foto itu. Jaehyuk kini sadar laci yang barusan hancur adalah laci memori yang sekian lama terkunci rapat, laci yang berisi kenangan-kenangan terkutuk, laci memori yang sengaja dipinggirkan karena alam sadarnya menolak mengingat lagi detail kenangan itu.

Detik itu juga lantai tempatnya berpijak retak, retakan demi retakan terbang berputar-putar menjadi pusara topan dan Jaehyuk tersedot ke dalamnya. Kelopak matanya reflek memejam sementara tubuhnya terpelanting tak karuan ke sana kemari.

Ketika semuanya berhenti hal pertama yang Jaehyuk lihat adalah cahaya remang dari obor yang menempel di dinding. Pandangannya lantas mengedar ke sekeliling dan ia langsung sadar tengah berada di lorong bawah tanah.

"Aku tak tahan lagi! Lebih baik bunuh aku!!"

"BUNUH SEKALIAN !"

"AAAAAKGHHHHHH !!!"

"KAU IBLIS !"

Rintihan, raungan, dan jeritan Asahi, Yoonbin, Yoshinori, dan Doyoung menggema bersahut-sahutan. Jaehyuk langsung berlari mencari sumber suara namun lorong suram itu seolah tak berujung.

"KALIAN DIAMANA?"Raung Jaehyuk hingga tenggorokannya serak. Lelehan air mata tanpa sadar menggenangi pipinya. Jeritan itu makin keras bersahut-sahutan, membuat kepalanya serasa ingin meledak dan tubuhnya gemetar hebat,"BERHENTI SIALAN!"

"BERHENTI !!!!!!!!"

Jaehyuk terkesiap, dalam sekejap dirinya dihempas kembali ke realita. Tubuhnya oleng dan hampir jatuh seandainya tangannya tak reflek mencengkram pegangan sofa kuat-kuat.

TREASURE [The Death Of Shiroibara] Where stories live. Discover now