Identitas

801 90 41
                                    


Junkyu yang baru saja mau mengambil kaleng soda di kulkas bergegas berlari ke pintu depan setelah mendengar suara ketukan berkali-kali, meninggalkan pintu kulkas terbuka begitu saja.

"Akhirnya kalian kembali,"serunya waktu melihat Harutolah yang berdiri di depan pintu. Tentu ia tak sendiri, Jihoon menyandar di punggungnya dengan leher dibalut neck collar.

Tak ada yang bisa menggambarkan betapa leganya perasaan Junkyu sekarang. Pasalnya dua jam sudah berlalu sejak Haruto membawa Jihoon pergi. Kondisi para penghisap darah mulai membaik, Jaehyuk bahkan sudah sanggup berjalan walau sebatas pindah ke sofa, dan Asahi sudah sanggup duduk walau masih lemas. Junkyu terus menerus was-was terjadi keributan lagi sedangkan yang ditunggu belum kembali.

Haruto berhenti di depan TV karena melihat Yedam tidur di atas karpet. Disampingnya Jeongwoo rebahan di paha Junghwan sambil memeluk bantal. Masalahnya wajah mereka kelihatan agak pucat dan lesu.

"Mereka kenapa hyung?"

"Yedam dan Jeongwoo tadi muntah, kau tahu kan, bau muntahan mereka busuk sekali."

"Oh..."Tanpa dijelaskan lebih jauh Haruto langsung paham situasinya.

"Mau ke kamar atau di sini juga?"tanya Junkyu.

"Di sini saja, Hwan, tolong agak geser."

Junghwan menepuk-nepuk pelan pipi Jeongwoo sambil berkata,"Woo...kita harus geser, Haruto dan Jihoon sudah datang."

Jeongwoo membuka mata dan memandang sayu wajah Haruto,"Akhirnya kalian kembali juga,"gumamnya sambil menggeser tubuh. Setelah itu kepalanya kembali rebahan di paha Junghwan.

Haruto menurunkan Jihoon di karpet pelan-pelan, Junkyu juga sigap membantu Jihoon berselonjor menyandar pada tembok.

"Terima kasih,"Jihoon tersenyum tipis.

Haruto dan Junkyu lantas ikut duduk bersila di atas karpet, karena posisi sofa tamu menghadap langsung ke arah TV, maka kini kedua kubu saling berhadapan. Kubu Jihoon duduk di lantai beralas karpet, sedangkan kubu penghisap darah memonopoli sofa.

"Karena kalian sudah datang bisa cepat jelaskan semuanya,"ujar Jaehyuk tajam.

Jihoon mengambil nafas dalam, lehernya yang sakit membuatnya agak tak nyaman bicara, tapi bagaimanapun ia harus bicara karena semua orang menunggu penjelasannya,"Sebelum itu, bagaimana kondisi kalian?"

Suaranya lirih sekali, Junghwan sampai menoel bahu Junkyu, bertanya apa yang ia katakan padahal jarak posisinya dengan Jihoon kurang dari satu setengah meter. Berbanding terbalik dengan orang-orang bertelinga sensitive di sofa, mereka bisa mendengar jelas ucapan Jihoon bahkan terang-terangan bereaksi sinis.

"Tidak usah basa-basi hoon, sudah bagus aku tak mematahkan lehermu."

Jihoon menatap sorot mata Jaehyuk yang sarat akan kebencian dan ia merasa aneh, empat saudaranya yang lain juga memandangnya tak suka, tapi Jaehyuk berbeda, tatapannya seolah Jihoon telah melakukan dosa yang sangat besar padanya.

"Aku saja yang jelaskan, kau menimpali saja Ji." Haruto kasihan jika Jihoon harus menjelaskan semuanya sendiri padahal bicara saja susah, masalahnya penjelasan kali ini sangat panjang. Kawannya yang lain hanya paham setengah cerita, jadi mereka tidak bisa membantu. Selain Jihoon hanya Haruto yang mengetahui segalanya.

Setelah mendapat persetujuan berupa anggukan, Haruto pun memulai penjelasannya,"Kami tahu identitas, tempat asal, bahkan makhluk apa kalian ini."

Pandangannya tertuju pada Yoshinori yang duduk di sofa tunggal,"Kanemoto Yoshinori, anak sulung Kanemoto Hiroki, kepala pengawas distribusi di kantor perdagangan, terkenal pemberani dan loyal, memiliki satu adik laki-laki yang terpaut 4 tahun, status bangsawan kelas rendah."

TREASURE [The Death Of Shiroibara] Where stories live. Discover now