Good Bye

470 81 39
                                    

Jihoon terbangun dengan kondisi seluruh tubuh yang terasa sakit. Langit gelap telah berganti terang saat pancaran cahaya menerobos kornea matanya.

Ia tak sadar semalaman tertidur menyandar pada batang pohon di tepi danau. Kepalanya berdenyut-denyut dan pandangannya berkunang-kunang.

"Aw.."Jihoon meringis merasakan tanda di tubuhnya tiba-tiba berdenyut sakit. Rasanya seperti di tusuk-tusuk jarum.

Tangannya bergerak memegang area dimana tato berbentuk sulur tercetak di tubuhnya. Panas, pedih, dan menyakitkan.

Sebenarnya dia kenapa?

Beberapa saat Jihoon memilih diam, menyandar di batang pohon sambil memandang nyalang ke cabang-cabang penuh dedaunan di atas kepalanya.

Beberapa hari belakangan ia memang merasa agak kurang sehat. Tubuhnya lebih cepat lelah tapi ia memaksakan diri berlarian ke sana kemari dan bersikap seolah kondisinya baik-baik saja.

Tidak ada yang tahu, Haruto yang peka sepertinya pura-pura tak sadar. Tentu saja.. Untuk apa dia pura-pura bersikap peduli lagi? Tujuannya sudah tercapai!

Jihoon terkekeh pahit, tak ia sangka hari ini akan datang secepat ini. Hari dimana seluruh topeng akhirnya terlepas.

"Biar kuberi tahu, sebenarnya kau itu bukan anak tuan Song Kwangmin. Kau hasil perselingkuhan ibumu dengan laki-laki lain Jihoon!"

Jihoon masih mengingat jelas ucapan Haruto semalam, setiap kata demi kata tak ada yang terlewat dan mematrinya di dalam kepala!

Kenyataan bahwa ia adalah anak hasil perselingkuhan sungguh diluar perkiraanya. Dan ibunya pembunuh? Jadi ini sebabnya Haruto luar biasa dendam pada keluarganya. Haruto bukan hanya membenci keluarga Song, tapi juga ibunya, juga Jihoon?

"Pfft.... Hahaha,"Jihoon tertawa getir, dibanding meratap ia lebih senang menertawai takdir yang mempermainkannya habis-habisan.

Boleh ia bertanya, apa kesalahannya?

Apa dia yang menyuruh ibunya berselingkuh?

Dia yang menyuruh ibunya membunuh nyonya watanabe?

Apa dia pernah berlaku kejam pada Haruto?

Pernah dia memaksa Haruto memanggilnya tuan muda?

Jihoon tertawa di sela ringisan pedih hingga kedua sudut matanya berair.

Apa ini? Dia hidup hanya sebagai wadah penampungan dosa? Dia hidup hanya untuk membayar dosa-dosa keluarganya?

Ibunya yang bersalah dia yang disalahkan!

Ayah dan kakaknya yang berlaku kejam dia juga yang disalahkan!

Kepeduliannya hanya dianggap angin lalu! Barangkali mereka berpikir bahwa perilaku baiknya adalah tipuan untuk memanipulasi orang.

Di mata mereka Jihoon seperti monster! Pembunuh, orang yang kejam, dan berlaku baik hanya untuk pencitraan?

Jihoon bertepuk tangan pelan, bibirnya masih mengeluarkan kekehan ringan.

Hati yang tertutup dendam benar-benar mengerikan!

Bertahun-tahun Haruto menyimpan dendamnya, menunggu momen pembalasan, membodohi Jihoon dengan embel-embel dibalik kata "teman".

Jihoon mengambil nafas dalam dan memejamkan mata sejenak. Tanda di tubuhnya masih terasa sangat sakit, tapi ia bisa menahannya. Setidaknya rasa sakitnya tak sehebat saat ia bangun dari mimpi-mimpinya yang mengerikan.

Haruto telah menciptakan drama yang luar biasa dan patut diapresiasi. Jihoon akui dia memang cerdas, seluruh rencananya berjalan dengan mulus.

Tapi perlu Jihoon tegaskan bahwa posisi Haruto selama ini hanyalah assitent director, dialah director utamanya!

TREASURE [The Death Of Shiroibara] Where stories live. Discover now