Vengeance

460 89 41
                                    

Hello!
.

.

.

Wakepsek membuka pintu ruang kerja dan melongok ke kanan kiri. Sepi, seluruh penjuru rumah diliputi kegelapan dan keheningan, bahkan ia bisa mendengar suara nafasnya sendiri.

Wakepsek menutup pintu dan berdiri sesaat di depan pintu. Rumah ini hanya dihuni dirinya, Yuna, dan pasangan suami-istri yang bekerja sebagai pembantu dan sopir.

Anak kesayangannya itu mungkin sudah tidur, sedang suami istri itu barangkali terlelap di kamar atau sedang kebingungan dalam gelap sama sepertinya.

Wakepsek menscroll daftar kontak untuk mencari kontak supirnya. Ia hendak menyuruhnya memeriksa sikring listrik dan memperbaiki secepatnya jika bermasalah. Karena letak kamar suami istri itu berada di area belakang wakepsek khawatir jika memanggil dengan berteriak-teriak keras malah akan membangunkan Yuna.

Beberapa saat menunggu, tapi panggilannya tak kunjung diangkat, wakepsek berdecak kesal, kemana laki-laki itu?

Wakepsek memutuskan berjalan menyusuri kegelapan berbekal senter ponsel untuk mencari supirnya itu. Ia melewati ruang santai hingga sampai di dekat tangga bercabang dua yang menghubungkan ke lantai satu.

Tiba-tiba, sekelebat wakepsek merasa sesosok bayangan melintas di belakangnya. Namun ketika ia menoleh bayangan itu menghilang.

"Siapa?"serunya waspada.

Tak ada jawaban jadi wakepsek berasumsi itu bukan supirnya, atau hanya perasaannya saja?

Aneh, ia pun menoleh ke depan lagi, tapi tiba-tiba ia merasakan seseorang memukul punggungnya kuat dari belakang.

"Arghhhh....."Ia menjerit dan jatuh telungkup ke lantai.

Bugh! Satu pukulan lagi menghantam punggungnya.

Wakepsek membalik tubuh telentang untuk melihat wajah penyerangnya tapi kondisi terlalu gelap.

"Mau menyingkirkanku paman?"

"Yo-Yora?"wakepsek membelalak kaku mendengar suara keponakan perempuannya yang harusnya tewas di jurang.

Yora tertawa-tawa puas seakan-akan bisa menikmati wajah kagetnya di kegelapan. Tiba-tiba seberkas cahaya dari nyala korek api terlihat bersama wajah Yora yang tersenyum lebar hingga kedua sudut bibirnya seolah akan menyentuh ujung daun telinga.

"Ke-kenapa kau bisa di sini?"

"Kenapa? Paman tanya kenapa?"Yora menggeleng-geleng kecil sembari menyalakan sebatang lilin yang menancap di atas piring kecil,"Menurut paman kenapa aku repot-repot merusak listrik rumah dan memukul supir dan ART mu? Tentu saja supaya aku bisa membalas perbuatanmu."

Yora meletakkan lilin itu di meja marmer kecil tempat vas antik berisi tangkai-tangkai mawar merah darah dipajang. Sambil meringis ngilu wakepsek menyeret tubuhnya mundur, menjauh dari Yora yang berjalan perlahan ke arahnya.

Bukan sosok Yora yang membuat bulu kuduknya meremang melainkan sebongkah kayu besar di genggamannya. Kayu itu terlihat berat.

"Asal Paman tahu ya, aku sempat berpikir untuk mengalah dan menanggung kesalahanku, tanpa menyeretmu ataupun ayah, demi menyelamatkan citra kalian berdua. Tapi karena Paman yang memulai, jadi mau bagaimana lagi?"

Yora tersenyum lebih lebar, senyum psycotic yang mengerikan, "Aku dengan senang hati akan menikmati penderitaan paman."

Tepat setelah ia berbicara, satu hantaman kayu mengenai rahang wakepsek. Dunia seketika berputar-putar dan mulutnya menyemburkan darah. Sepertinya pukulan itu berhasil melukai gusi dan giginya, sakit sekali!

TREASURE [The Death Of Shiroibara] Where stories live. Discover now