Bloody Night!

583 96 45
                                    

Sebelum baca...

Ini panjang....

Siapkan hati...

Enjoy!



Sebuah mobil hitam berhenti di depan rumah kecil, yang kelihatannya tak lagi dihuni. Melihat kondisinya dibanding rumah mungkin lebih tepat disebut gudang.

Halamannya tak terawat dengan rumput-rumput setinggi mata kaki, pagar kayu yang membatasi halaman dengan jalan becek depan rumah sudah lapuk dimakan usia.

Mark membanting pintu mobil, melangkah panjang-panjang di jalan yang agak berlumpur karena habis hujan, menuju halaman. Ada bekas-bekas rumput terinjak sepanjang pagar masuk hingga teras menandakan ada orang lain yang datang lebih awal, pasti Jihoon!

Sebaiknya adiknya itu punya alasan bagus menyuruhnya berkendara jauh ke pinggir kota, menemuinya di area antah berantah ini.

Mark menggedor pintu kayu yang terlihat rapuh itu dengan brutal,”JIHOON, KAU DI DALAM KAN, KELUAR!”

Tak ada sahutan, Mark memutar kenop pintu dan rupanya tidak dikunci. Secepat kilat dia mendorong pintu itu dan masuk ke dalam. Derit suara dari engsel yang berkarat memecah senyapnya malam persis suara dalam film-fim horror.

Mark mendengus pelan karena mencium bau apek menusuk akibat debu yang menggunung seolah tak dibersihkan bertahun-tahun. Tak ada listrik tapi seseorang telah menyalakan beberapa batang lilin, menaruhnya berjajar di atas lemari kaca setinggi dadanya.

Lantai ruangan ini hanya berupa semen dan kebanyakan yang ada di sini adalah barang-barang rusak dan tak berharga. Semuanya ditumpuk sembarangan persis barang-barang di gudang.

Meja kursi rotan ditumpuk tak beraturan ke dinding, sisanya tumpukan barang-barang rumah tangga usang, berkarat, atau masih utuh tapi model lama. Tirai-tirai reyot dimakan ngegat berwarna merah tergantung setengah menutupi jendela yang dipalang kayu dari luar.

Perhatian Mak tertuju pada satu-satunya pintu yang menghubungkan ke ruangan lain, pintunya sedikit terbuka dan Mark menduga Jihoon berada di sana. Dengan langkah menghentak Mark berjalan ke ruangan itu, menendang pintu hingga menjeblak kasar.

Ruangan ini ukurannya lebih kecil, mungkin sekitar 4x6 meter dan lebih gelap karena hanya disinari sebatang lilin, diletakkan di atas meja kayu yang berada persis di tengah ruangan.

Dalam keremangan cahaya, mata tajam Mark berusaha mengamati seluruh penjuru ruangan, mencari tanda-tanda keberadaan Jihoon. Rupanya tumpukan barang-barang di sepanjang dinding, jumlahnya sama banyaknya dengan ruang sebelumnya.

Mark melangkah lebih dalam, langkahnya terhenti di depan meja. Alisnya mengernyit melihat amplop coklat besar, sebuah pulpen, dan sebuah gunting merah di atas meja, tergeletak berjajar.

Saat Mark mengangkat dagu untuk menatap ke depan, ada seberkas cahaya lilin yang terhalang punggung seseorang, menghadap satu-satunya jendela di ruangan ini, jendela bertralis yang besinya sudah coklat karatan.

Emosi Mark seolah dipancing naik menyadari sosok berhoodie putih itu, adik tersayangnya yang ia cari-cari.

“Cepat katakan apa maumu Jihoon,”ucap Mark tajam.

Jihoon memutar tubuh, wajahnya tersiram cahaya lilin yang menancap dalam wadah lilin kuningan di gengamannya,”Jumpa lagi hyung.”

“Tidak usah basa-basi,”sentak Mark, “Kau bilang mau menyelesaikan ini kan.”

TREASURE [The Death Of Shiroibara] Where stories live. Discover now