Laugh & Cry

1.2K 116 29
                                    

Brom alert~

Perayaan pesta ulang tahun Junkyu baru berakhir pukul 1 malam. Usai membantu membereskan dekorasi termasuk lampu-lampu yang menggantung di pohon-pohon serta meja dan kursi dari halaman belakang, Jihoon dan yang lain pamit.

"Terima kasih sudah mau membantu,"ucap Jihoon pada Yoonbin ketika ia dan yang lain mengantar sampai ke pintu depan.

"Bukan mau sih, tapi terpaksa,"jawab Jaehyuk yang langsung dapat hadiah sikutan keras di perut dari Asahi.

"Awas berulah lagi, lain kali aku tak sudi bantu, terserah mau kau dikeluarkan sekalipun,"gerutunya.

Jihoon terkikik kecil, jelas Asahi masih kesal karena tadi Jeongwoo sangat bersemangat mengoceh soal peran manisnya sebagai perempuan membuatnya malu bukan kepalang.

"Hutangku lunas ya,"ujar Jaehyuk di sela-sela meringis menahan nyeri.

Jihoon tersenyum lebar, mengangkat jempolnya mantap ke depan bahu,"Beres!"

"Jadi setelah ini makan siang dengan mereka lagi?"tanya Yoonbin.

Jihoon meringis, "Kecewa ya aku tidak makan semeja kalian lagi?"

Yoonbin tertawa kecil, "Bukan, maksudnya aku senang soalnya tempat duduknya jadi lebih lebar, niatku kalau kau jawab tidak mau kupanggil Junkyu supaya besok menyeretmu menjauh dari meja kami."

Senyum di bibir Jihoon luntur, matanya menatap sengit, "Mau mengibarkan bendera perang lagi setelah ini?"

"Kalau kau mau."

Jihoon menyeringai tipis,"Kutunggu surat undangan lainnya kalau begitu. Sampai jumpa,"ujarnya sambil melambai lalu berlari melewati pagar lebih dulu.

Empat kawan Jihoon yang lain juga turut mengucapkan terima kasih, melambai kecil kemudian keluar melewati gerbang.

"Hati-hati,"ujar Doyoung sembari menggeser gerbang hingga menutup sempurna lalu menguncinya. Sekali lagi ia melambai pada Jihoon yang berdiri di depan gerbang kemudian berlari kecil menuju teras depan yang sudah sepi karena penghuni rumah lainnya sudah masuk ke dalam.

"Loh hoon, bareng Haruto?"tanya Junkyu sewaktu melihat Jihoon menghampiri Haruto yang naik ke sadel motor.

Haruto menoleh dan baru menyadari Jihoon di belakangnya, kedua tangannya yang hendak memasang helm terhenti,"Masuk mobil Ji, nanti kau kena angin dingin."

Jihoon menggeleng kuat, "Aku mau naik motor, sini motormu aku saja yang bawa kalau kau tak mau,"jawabnya sengit.

Haruto menghela nafas pelan,"Hyung Jihoon ikut aku,"ujarnya setengah berteriak.

"Ya sudah kalau begitu,"Junkyu lalu masuk ke dalam kemudi, menyusul Jeongwoo dan Junghwan yang sudah duduk anteng di dalam mobil. Mobil kemudian melaju pelan meninggalkan keduanya yang masih bersiap.

Jihoon naik ke sadel motor dan memegang besi belakang motor erat,"Sudah ayo."

Haruto menurunkan kaca helm, memutar kunci, lalu memacu gas. Motor mulai bergerak pelan, melewati deretan rumah-rumah besar.

Lampu-lampu jalan menyala redup, dan jarak antara tiang lampu yang satu dengan yang lain renggang sehingga jalan kecil itu terasa agak mencekam.

Ditambah lagi beberapa rumah yang mereka lewati gelap gulita karena kemungkinan penghuninya sedang menginap di luar atau berlibur, menambah kesan seram.

Suasana terasa lebih baik setelah mereka berbelok ke jalan besar, tidak banyak toko yang masih buka tapi masih banyak mobil-mobil yang bersliweran, dan jendela-jendela apartemen di kejauhan terlihat seperti kotak-kotak cahaya kecil.

TREASURE [The Death Of Shiroibara] Where stories live. Discover now