Haunted

510 85 12
                                    


Yora mendorong pintu kaca dengan lesu dan melangkah keluar, tangannya memegang kantong putih berisi tablet-tablet vitamin dan obat tidur.

Sejak masih kuliah Yora memang menderita insomnia ringan, pernah sembuh setelah mengikuti beberapa tips dari dokter, tapi belakangan imsomnianya kambuh dan makin parah.

Untuk mengatasinya, Yora membeli pil tidur ---- ia malas pergi konsultasi karena jadwalnya padat, selain itu obat tidur dosis rendah yang ia beli sudah ampuh membuatnya terlelap --- , sayangnya beberapa hari ini obat itu tak lagi berguna.

Karena desakan Hyunbin lah ---guru olahraga yang baru 2 bulan mengajar dan terlihat jelas tertarik padanya --- akhirnya Yora memutuskan mendatangi klinik yang ia rekomendasikan dan berkonsultasi dengan dokter. Dokter lantas memberinya resep dan hari ini pulang kerja Yora langsung pergi ke apotek untuk menebus resepnya.

Alasan utama mengapa insomnianya memburuk tentu karena masalah Hyunsuk!

Setiap memejamkan mata, rekaman yang hilang itu selalu menghantui pikirannya. Kemudian, disusul pikiran-pikiran buruk muncul beruntun tanpa bisa dicegah seperti, bagaimana jika rekaman itu tersebar? Sebenarnya kemana raibnya rekaman itu? lalu bagaimana respon ayahnya jika tahu Yora sudah bertindak ceroboh?

Rekaman itu seperti noda pekat diatas kain putih, reputasi ayahnya bisa tercemar jika publik tahu bahwa di dalam sekolah yang ia pimpin, sekolah yang dicap “sekolah percontohan” rupanya terdapat tindak pelecehan seksual yang dilakukan oleh seorang guru. Terlebih guru itu adalah anaknya sendiri!

Jika itu terjadi bukan cuma dicoret dari daftar keluarga, barangkali ayahnya akan membunuhnya. Keluarga Song juga tidak mungkin tinggal diam, Mark pasti mengamuk dan entah apa yang akan ia lakukan. Dengan ancaman resiko sebesar itu, bagaimana dia tidak stres?

Yora memasukkan kantong obat ke dalam tas lalu berjalan menuju mobilnya yang terparkir di tepi jalan. Ia ingin segera pulang, mandi, dan tidur, tak peduli lagi-lagi melewatkan makan malam selama tiga hari berturut-turut.

Ketika tangannya hendak menarik pintu mobil, seseorang menabraknya dari belakang hingga jatuh. Saat tubuhnya hilang keseimbangan itulah orang itu menarik tasnya sekuat tenaga, lalu berlari kabur. Meski sempat reflek menahan tali tas, tapi tubuh Yora yang lemas tak cukup tenaga untuk bertahan.

“Tasku !!!”teriaknya sambil memandangi si pencopet yang tengah berlari kencang. Pria itu berhoody hitam, bertopi abu-abu, serta mengenakan masker.

Yora tak yakin dengan usianya, tapi dari penampilan dan perawakannya tampaknya antara remaja sampai dewasa muda.

Sungguh sial bagi Yora karena keadaan sekitar sedang sepi, ada beberapa pejalan kaki tapi posisinya agak jauh dan di arah yang berlawanan dengan si pencopet itu lari.

Yora buru-buru berdiri sambil mengerang jengkel. Ia melepas heelsnya, melemparnya sembarangan lalu berlari menyusul si pencopet. Sungguh ia tak peduli jika semua uangnya diambil tapi di dompetnya ada banyak kartu-kartu penting yang akan repot mengurusnya jika hilang.

“Berhen- Aww…!!!” Naas, tungkainya tak sengaja menginjak kerikil tajam,“’Aww…Aww... ”erangnya frustasi sambil meloncat-loncat kecil, matanya menatap jengkel si pencopet yang makin jauh meninggalkannya.

Mengabaikan tungkainya yang ngilu, Yora kembali berlari mengejar meski dengan terpincang-pincang. Si pencopet itu sekilas menoleh ke belakang lalu mempercepat larinya karena Yora berteriak-teriak.

Jarak mereka kian melebar dan di perempatan depan si pencopet itu berbelok ke kiri. Sial, kalau begini mana bisa Yora menggapainya?

Tepat seperti kekhawatirannya, ketika ia berbelok pencopet itu sudah menghilang. Yora berhenti dengan nafas terengah-engah, peluh sebesar biji jagung mengalir di kedua pelipisnya. Bola matanya mengedar ke sana-kemari, mencari jejak si pencopet tapi dia benar-benar hilang.

TREASURE [The Death Of Shiroibara] Where stories live. Discover now