Fearful

580 96 30
                                    

Yedam membuka majalah kiriman hyungnya yang baru datang kemarin sore dengan senyum sumrigah. Majalah terbitan khusus berisi karya-karya peserta lomba fotografi sebuah event di Australia.

Dari desain covernya saja Yedam sudah jatuh cinta. Setelah ini dia mau menelepon hyungnya untuk mengucapkan terima kasih, mungkin juga Yedam akan mencari hadiah untuk dikirim balik ke Australia.

"Yedam hyung."

Panggilan itu membuat Yedam menoleh, tangannya batal membuka cover majalah.

Jihoon melambai kecil dari luar pintu, mulutnya menggumam,"Hyung sini."

"Loh, Jihoon?"Dengan raut bingung Yedam bangkit dari kursi berjalan menghampiri Jihoon,"Ada apa hoon?"tanyanya saat sudah di luar kelas.

"Hyung bagaimana? sudah sehat benar?"

Yedam mengangguk,"Tenang saja, aku sudah sehat bugar, tapi kenapa kau jauh-jauh ke sini?"

Jihoon meringis lebar dan mengeluarkan sesuatu dari kantong putih di tangan dengan terburu-buru,"Nih..,"Sebuah kotak lebar berwarna biru polos ia sodorkan.

"Itu apa?"

"Coklat,"jawab Jihoon antusias, lalu membuka bagian tutup kotak,"Ambil satu."

Yedam menatap ragu-ragu ke dalam kotak yang bersekat-sekat, isinya bola-bola coklat dan coklat batangan. Bagaimana ya, tapi sejak kelas 6 SD, tepatnya sejak menjalani diet demi sembuh dari obesitas dia tak pernah makan coklat batangan lagi.

Sebenarnya dulu coklat berada di urutan pertama dalam list daftar makanan manis favoritnya. Dulu, setiap hari coklat seperti kudapan wajib setiap selesai makan.

Yedam bahkan menyembunyikan berkotak-kotak di lemari kamarnya, dan rela menghabiskan uang saku demi membeli beragam permen dan coklat di toko coklat seberang gedung SD nya. Akibatnya, berat badannya pernah membengkak hingga 75kg saat kelas 5.

Karena itu sejak menjalani program diet Yedam sangat-sangat menghindari coklat karena harus hidup sehat. Sekarang, dia tak sepenuhnya menghindar dan biasa makan cake, ice cream, atau roti dalam porsi wajar, kecuali coklat batangan! Bisa dibilang Yedam masih agak trauma.

"Hyung, kok melamun?"tanya Jihoon sambil melambai kecil di depan wajahnya.

"Eh, apa barusan?"

"Cepat ambil satu,"Jihoon kembali menyodorkan kotak coklat di tangannya.

Yedam mengambil satu bola coklat, membuka bungkusnya yang berwarna keemasan, sekali lagi ia merasa ragu, tapi tak apa kan? satu coklat saja tidak akan membuat berat badannya melambung.

Coklat itu masuk ke dalam mulutnya, lidahnya merasakan tekstur coklat yang melumer, kemudian manis vanilla dan susu muncul bercampur dengan rasa pahit dari coklat. Manisnya terasa sangat pas.

Jihoon menatapnya penuh minat, kedua matanya berbinar panasaran,"Bagaimana? tidak kalah dengan coklat swiss kan?"

Yedam tersenyum,"Ini enak, manisnya pas."

Jihoon tersenyum senang,"Itu oleh-oleh bibi Youngmin dari Jepang, aku tak paham kenapa bibi memborong berdus-dus coklat, makanya aku bagi-bagikan biar cepat habis, nih semuanya untuk hyung," Jihoon menutup kotak itu lagi dan memberikannya pada Yedam.

"Semuanya?"Yedam sedikit terkejut.

"Iyalah, kan kubilang ada berdus-dus di rumah, oh ya Junkyu hyung belum sampai pasti."

Yedam melirik jarum jam di pergelangan tangan,"Masih jam segini, kalau tidak ada urusan Junkyu kan selalu sampai 15 menit menjelang bel."

"Kalau begitu aku titip jatahnya,"Jihoon mengeluarkan kotak coklat lain tapi ukurannya kecil,"Berhubung dia pernah bilang tak begitu suka makanan bergula tinggi jadi kuberi yang kecil."

TREASURE [The Death Of Shiroibara] Where stories live. Discover now