Bab 9

3.6K 474 2
                                    


Enjoy.....

Bacanya santai aja, pas lagi minun, makan juga gak apa-apa, hehe becanda:)

......

"Aku tidak menyangka kau akan mengalahkan permainan yang di buat Permaisuri Kedua." Li Yuan menuang poci arak ke dalam cawan miliknya, ini yang ke-5 kalinya.

Ling Yi mendelik menatap Putra Mahkota. "Ternyata kau sudah tahu?" tanyanya sembari menghentak cawan di atas meja. "Kenapa kau tidak membantuku jika kau sudah tahu?"

"Aku sudah tahu. Semua orang juga sudah mengetahuinya. Bahkan raja juga tahu itu. Menurutmu, apalagi yang harus kulakukan jika semua orang sudah mengetahuinya?"

Ling Yi mendengkus sebelum menjawab. "Kau benar," jawabnya ketus. "Yang harus kaulakukan adalah diam dan membiarkan adikmu ini menjadi bahan permainan Permaisuri Kedua. Bahkan Ayahanda juga tidak peduli padaku," tambahnya kesal.

"Meski yang berada diposisimu saat ini adalah seorang Permaisuri sekalipun, raja tetap akan diam." Ucapan Putra Mahkota mengejutkan gadis itu.

"Kenapa?" tanya Ling Yi seakan tidak percaya.

Ayah macam apa dia itu? Bahkan istrinya sendiri juga tetap ia abaikan?

"Jangan berpikir macam-macam tentang ayahanda," tegur Li Yuan saat menangkap ekspresi keruh adik perempuannya.

Ling Yi menatap heran pada Putra Mahkota. Pria itu seperti memiliki kelebihan yang bisa membaca isi kepala orang lain, pikir Ling Yi menduga-duga.

"Ayahanda bukan hanya seorang ayah, atau bahkan seorang suami. Tapi dia juga seorang raja. Beliau harus bisa adil dalam menetukan setiap keputusan," kata Li Yuan mencoba membuat adiknya mengerti. "Seorang ayah mungkin akan membela anaknya jika benar anaknya tidak bersalah. Tapi seorang Raja tidak bisa membela siapapun tanpa sebuah bukti yang jelas. Jika ayahanda melakukannya, maka rakyat akan mengatakan jika raja mereka tidak adil."

Ling Yi hendak akan mengajukan pertanyaan lagi. Tapi pria itu sudah mendahuluinya. "Jangan banyak bicara! Nikmati minumanmu," pinta Li Yuan yang lebih mirip seperti sebuah perintah bagi Ling Yi.

Gadis itu mengangguk kemudian menghela napas panjang. Sudahlah, lagipula siapa dirinya? Dia hanya orang asing yang terjebak dalam tubuh seorang Putri Raja. Jika raja mengetahuinya, jangankan membantu, dirinya pasti sudah terlempar jauh keluar istana.

Ling Yi meneguk cawan araknya dengan satu tegukan. "Belakangan ini aku sering mimpi aneh," ucapnya kembali membuka pembicaraan.

Dia menundukkan kepala. Ling Yi masih ingat jelas mimpi itu. Dirinya melihat Lifei yang asli, menunjuk ke arah pintu dan mendesiskan sebuah kata 'ibu'.

Li Yuan menatap adiknya. Dia menuang poci arak ke dalam cawan kosong ditangan gadis itu sebelum bicara. "Mimpi apa? Kau dicium pangeran tampan?" tanyanya dengan ekspresi sedatar papan.

Ling Yi berdecak mendengar ucapan kakaknya. "Terdengar menjijikkan," ketusnya.

"Memangnya apa yang ada dalam mimpimu?"

Ling Yi tidak langsung menjawab. Da tidak mungkin mengatakan kalau Lifei yang asli mengganggu tidurnya, kan? "Aku bermimpi bertemu ibunda," jawabnya serak. "Tapi aku tidak melihat wajahnya. Dia ada di suatu ruangan di balik pintu.

Li Yuan bergeming. Dia menerawang menatap jalanan di balik pintu. Sesekali dia mengedipkan mata memandang langit yang sebentar lagi akan turun hujan."Jangan terlalu dipikirkan. Kau memimpikan ibunda karena kau merindukannya.

Tapi Ling Yi tidak berpikir seperti itu. Ia merasa ada sesuatu yang janggal dalam mimpinya. "Aku selalu memimpikannya setiap malam," ucap Ling Yi membuat Putra Mahkota menatap gadis itu dengan ekspresi tak terbaca.

The Transmigration of Zhou Ling Yi [END]Where stories live. Discover now