Bab 89

1K 141 4
                                    

Happy Reading

🍁🍁🍁🍁🍁



"Zhi Zu! Dengarkan aku! Kau tidak boleh pergi! Lukamu belum sembuh, hei!" Sekuat tenaga Mei Qing berlari mengejar Zhong Yu. Pria itu seolah tidak punya telinga lagi untuk mendengar larangan yang diucapkan lawan bicaranya.

Tidak habis pikir, Mei Qing akhirnya menyerah. Tidak lagi mengejar, tapi kalimat yang diucapkannya berhasil menggetarkan hati pria itu.

"Baiklah, kau boleh pergi. Aku pun sudah tidak peduli lagi dengan keadaanmu. Tapi aku harus mengingatkan, Putri Ling Yi tidak akan datang untuk melihatmu lagi, selamanya. Dia akan menikah dan kau tidak boleh mengganggu hidupnya!" tegas Mei Qing. Dia mengungkapkan apa yang pernah dikatakan Xiao Wen padanya.

Untuk beberapa saat, kaki Zhong Yu terdiam. Berbeda dengan kedua tangannya yang mengepal kuat.

Mei Qing melanjutkan ucapannya lagi. "Aku tahu, pengorbanan Putri Ling Yi untuk kita sangatlah besar. Justru karena itu, jangan membuat pengorbanannya sia-sia. Kuharap kau mengerti maksudku, Zhi Zu. Aku menyayangimu. Hanya kau satu-satunya yang kumiliki."

Zhong masih bergeming. Kepalan tangannya juga tak melonggar meski hanya sebesar celah butiran pasir.

Mei Qing mengira Zhong Yu merasa berhutang budi, ingin menyelamatkan Ling Yi dari penjahat yang membinasakan desa mereka, tapi itu salah. Andai Mei Qing tahu jika ingatan Zhong Yu telah kembali. Ruang kosong dalam hati pria itu kini sudah terisi lagi.

Zhong Yu menyahut. "Aku juga tidak ingin membiarkan hidupku menjadi sia-sia dengan melihatnya menikah bersama orang lain."

Mei Qing tercengang, sedikit merasa kecewa. "Jadi, kau akan meninggalkanku?" tanyanya dengan nada lirih.

Sebelum menjawab, Zhong Yu berbalik menghadap gadis itu. "Aku sudah mendapatkan ingatanku kembali, Mei Qing. Dan aku sadar bahwa kau bukan bagian dari semua ingatan itu. Banyak yang belum terselesaikan. Mungkin sudah waktunya aku pulang ke tempat di mana seharusnya aku berada."

"Berarti Zhi Zu, kau bukan Zhi Zu? Siapa kau sebenarnya?" Kalimat itu diucapkan dengan nada rendah ditambah mata Mei Qing yang sudah berkaca-kaca.

"Andai kau dan warga desamu tahu identitasku sejak awal. Aku mungkin sudah mati ditangan kalian," jawab Zhong Yu.

Mei Qing mengerutkan dahi sembari berpikir keras. Jawaban Zhong Yu hanya menambah kebingungan di kepalanya.

"Aku Yang Zheng, putra raja Yang Guang," tambah Zhong Yu hingga kedua bola mata gadis di depannya itu membesar.

Setelah itu, tidak ada kata apa pun lagi yang terucap dari bibir keduanya. Kepergian Zhong Yu pun tidak meninggalkan tanda perpisahan. Hanya tersisa air mata Mei Qing yang turun deras tak terbendung.

"Bagus kalau kau pergi. Itu yang seharusnya kau lakukan sejak awal," gumam Mei Qing di sela-sela isakannya. "Tapi kenapa hatiku harus sesakit ini?" Dadanya diremas dengan satu tangan sementara kedua alisnya yang bertaut berusaha menahan rasa sakit yang menyerang. Mungkin rasa sakit itulah yang menjadi tanda perpisahan mereka.



****



Di depan halaman istana kerajaan Feng, Ling Yi terus saja berjalan mondar-mandir lalu sesekali pandangannya menatap ke luar pintu gerbang istana.

"Kenapa dayang cerewet itu lama sekali. Aku benar-benar bisa gila jika terus berada di sini!" desis Ling Yi berupa gumaman.

Penuh usaha agar dirinya bisa bebas dari pengawasan Feng Lian. Ling Yi memberikan alasan untuk mencari udara segar supaya dia bisa menunggu dayangnya datang dan bertanya kabar Zhong Yu, apakah pria itu baik-baik saja atau tidak.

Saat melihat sesosok gadis yang berlari menuju istana, Ling Yi langsung tahu jika itu adalah dayangnya.

"Putri!" teriak Xiao Wen dari kejauhan.

Ling Yi tidak melangkah sejengkal pun, dia menunggu dayangnya menghadap lalu akan dia marahi dayang cerewetnya itu.

"Xiao Wen! Kenapa lama sekali?!" tanya Ling Yi kesal.

Xiao Wen tampak bingung. Pertama-tama dia mengatur napasnya lalu baru lah menanggapi pertanyaan sang putri. "Apakah anda baik-baik saja di sini, Putri?"

"Masih berani kau bertanya seperti itu padaku. Tentu saja tidak!"

Kepala Xiao Wen langsung ditundukkan melihat kemarahan Ling Yi. Tuannya menatapnya dengan mata berapi-api. Embusan napas Ling Yi bahkan membuat bulu kuduk Xiao Wen berdiri.

Entah apa yang dialami tuannya di tempat ini, tapi sepertinya tidak baik. Xiao Wen kemudian meminta maaf. "Maafkan hamba, Putri. Hamba datang terlambat."

Ling Yi menghela napas panjang. Kali ini dia menjawab dengan nada yang lebih lembut dari sebelumnya. "Sudahlah. Sekarang katakan pada Feng Lian aku harus pulang ke kerajaan Tao sekarang. Aku benar-benar tidak tahan di sini!"

"Kenapa tidak tahan? Apa aku membuatmu merasa tidak nyaman, calon istriku?" Feng Lian tiba-tiba saja muncul dari arah belakang.

Ling Yi yang mendengar itu seketika merinding. Tubuhnya sampai membeku, berharap bisa segera lari dari pria itu.

Xiao Wen sama terkejutnya. Wajahnya sampai pucat seperti mayat. Dia tidak bisa berkata-kata dan malah menatap Ling Yi seakan meminta bantuan.

Ling Yi yang mendapat tatapan memelas dari dayangnya mencoba memberi alasan terbaiknya. "Kau salah paham, Yang Mulia."

"Calon suami!" ralat Feng Lian.

Xiao Wen terbelalak mendengarnya, sedetik kemudian tenggorokannya terasa gatal untuk tertawa, tapi sekuat tenaga dayang itu menahannya hingga seperti orang yang sedang   ingin muntah dengan wajah tersenyum.

Karena ekspresi Xiao Wen, Ling Yi menjadi malu sekali. Benci rasanya harus melakukan itu. Tapi mau tidak mau Ling Yi memaksakan senyum cerahnya muncul.

"Calon suamiku, kau salah paham. Aku sudah terbiasa di dampingi Xiao Wen. Jika dia tidak ada, aku tidak akan tahan sendirian di sini," kata Ling Yi beralasan. Dengan aktingnya yang lumayan bagus, Feng Lian akhirnya mengangguk dan tidak mempermasalahkan itu lagi.

"Oh ya, Calon istriku. Tadi aku berjanji untuk membawamu ke suatu tempat. Ayo, ikut aku." Feng Lian menangkap pergelangan tangan Ling Yi.

Xiao Wen pikir tuannya akan menepis tangan raja Feng itu, tapi Ling Yi tidak melakukannya. Hal itu membuat Xiao Wen mengerutkan dahi.

Feng Lian menatap gadis yang disebutnya sebagai calon istrinya itu. "Kau tunggu aku di tepi kolam teratai, ada sesuatu yang harus kuambil dulu."

Ling Yi mengangguk. "Baiklah," katanya lalu bergegas menuju kolam teratai di ujung taman istana.

Tersisa Feng Lian dan Xiao Wen di tempat itu. Dayangnya mencoba menyusul sang putri, tapi tubuh Feng Lian berdiri tegak di hadapannya, membuatnya tidak bisa bergerak atau bahkan mendongak untuk saling menatap.

"Yang Mulia, izinkan hamba menyusul Putri Ling Yi di depan."

"Aku tahu kau datang untuk membawa kabar. Semoga saja aku bisa mendengar kabar kematian Zhong Yu darimu," ucap Feng Lian setengah berbisik.

Xiao Wen menelan kering. Keringat langsung mencucur turun dari dahinya saat Feng Lian mengatakan kalimat itu. Sialnya, raja Feng itu masih tidak beranjak dari tempatnya.

"Katakan padaku, Xiao Wen. Apakah dia sudah tiada?"

Xiao Wen begitu gemetar. Dari pada menjawab, dia memilih mundur lalu mencari jalan lain untuk kabur dari sana. "Putri! T-tunggu hamba!" panggilnya tergesa-gesa.

Sekarang Xiao Wen sadar kenapa tuannya tidak tahan berada di sini. Itu karena Feng Lian.

"Putri, tolong lindungi hamba," bisik Xiao Wen dengan suara bergetar, dia takut.

Ling Yi agak risi karena dayangnya itu terus saja menarik gaunnya hingga dia sulit untuk berjalan. "Lepaskan dulu gaunku," katanya.

Xiao Wen langsung melepaskan gaun Ling Yi dari cengkeraman tangannya. "Tapi berjanjilah. Anda harus melindungi hamba." Dia berbisik lagi.

"Ada apa denganmu? Apa yang kau lihat sampai menjadi setakut ini?"

"Tolong lindungi hamba dari Raja Feng Lian," pinta Xiao Wen lirih.

Ling Yi mendesah berat. "Huh! Bagaimana aku bisa melindungimu darinya, sedangkan aku saja tidak bisa lari dari pria tidak waras itu."

Terdengar helaan napas kecewa dari Xiao Wen. Lagi, dia menangkap gaun Ling Yi lalu menggenggamnya erat-erat.

Ling Yi menoleh dayangnya. Kali ini dia tidak protes. Barangkali merasa kasihan dengan gadis itu. "Tapi jangan takut, setidaknya kita tidak sendirian. Kau ada bersamaku dan aku ada bersamamu."

Baru ada senyum cerah di wajah Xiao Wen. Mendengar ucapan Ling Yi membuatnya bersemangat. "Hamba akan selalu ada untuk Anda, Putri."

"Terima kasih, Xiao Wen."

Xiao Wen membalasnya dengan senyum.

"Oh ya, kau masih belum memberi tahuku kabar Zhong Yu. Bagaimana keadaannya? Apa dia selamat?"

"Dia selamat. Tapi anda tidak boleh memberi tahu Raja Feng Lian mengenai hal ini. Dia pasti akan sangat marah karena --"

"Aku tahu, "potong Ling Yi. "Nanti, jika dia bertanya, akan kukatakan jika Zhong Yu tewas tertimpa pohon. Mudah, ‘kan?"

Xiao Wen tampak menimbang-nimbang ucapan tuannya. "Tewas karena tenggelam ke dalam sungai es lebih baik, Putri," katanya memberi saran.

"Ah iya, itu terdengar masuk akal. Di sana, 'kan ada sebuah sungai. Kenapa aku bisa lupa hal itu?"

Xiao Wen mengulum senyum simpul. Dia membatin, Anda tidak lupa, hanya saja anda tidak tahu apa yang mereka lakukan pada Zhong Yu setelah Anda pergi. Mereka itu sangat mengerikan, Putri. Hamba berharap raja Feng tidak akan menjadi suami Anda.

"Putri, hamba bingung kenapa Anda menjadi penurut sekali pada Raja Feng Lian. Apa anda diancam? Dasar! Raja itu memang sungguh gila!" geram Xiao Wen.

"Tidak, Xiao Wen. Aku harus melakukannya karena tidak ada yang mendukungku di tempat ini. Semuanya setia pada raja mereka. Aku hanya bisa patuh untuk menjaga suasana hati raja Feng. Jika Feng Lian marah, dia bisa melakukan hal yang tidak-tidak. Itu yang kutakutkan."

Xiao Wen mengangguk tanda mengerti. Dia menatap tuannya dengan wajah kasihan. "Anda harus bersabar Putri. Suatu hari nanti pasti akan ada balasan untuk pengorbanan anda."

"Dengan melihat Zhong Yu hidup, bagiku itu sudah cukup," balas Ling Yi.








🍁🍁🍁🍁

Tunggu update selanjutnya❤️❤️❤️


The Transmigration of Zhou Ling Yi [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora