Bab 19

2K 272 1
                                    

Happy Reading....

Enjoy....

***

"Ayahanda, tugas apa yang ingin Ayahanda berikan?"

Raja Yang Guang menatap sudut ruangan dengan tatapan menerawang jauh. "Kau sudah banyak membunuh para abdi setia Tao Heng." Kemudian ekspresinya berubah gelap dan mendesis murka. "Tapi Tao Heng sama sekali tidak terpengaruh!" Rahangnya mengetat, matanya menyala terang oleh api kebencian yang tidak mungkin padam.

Dia menjeda. "Kau harusnya membunuh orang yang memiliki pengaruh besar terhadap Tao Heng!" berang raja.

Zhong Yu tampak berpikir. Semua orang di penjuru negeri tahu siapa orang yang paling berpengaruh terhadap Raja Tao Heng selain mendiang Permaisuri Pertama.

"Ayahanda ingin Ananda membunuh--"

"Lifei," potong raja cepat. "Lifei adalah putri kesayangannya. Aku ingin lihat bagaimana dia menghadapi kematian putri kesayangannya nanti," kata raja dengan tatapannya yang bengis.

....

Ling Yi menghela napas lega. Putra Mahkota akhirnya meninggalkan kediaman Selir Shu. Sementara Sang Selir Kesayangan mulai membuka topengnya kembali.

"Keluarlah!" perintah Selir Shu yang tidak jelas ditujukan untuk siapa.

Ling Yi terdiam. Siapa lagi yang ingin wanita itu temui, pikirnya.

"Lifei, keluarlah!"

Ternyata Ling Yi yang dipanggil. Gadis itu menjolorkan wajahnya dari balik pot-pot yang bersusun rapi di depannya.

"Kau selalu saja menguping pembicaraan orang lain. Apa ini sikap seorang putri yang Ibu Suri ajarkan padamu? Permaisuri Jing Shan yang anggun dan terhormat bagaimana bisa melahirkan anak sepertimu?" Selir Shu mengoceh dengan kualitas mulutnya yang memiliki ribuan kata untuk memojokkan orang lain.

Ling Yi hanya diam. Terserah wanita itu mau apa, pikirnya santai.

Selir Shu membawa tatapannya pada guci arak ditangan Ling Yi. Sengaja Ling Yi menggoyangkan tangannya agar Selir Shu melihat apa yang dia bawa sebagai buah tangan.

Tanpa menerima perintah atau ajakan dari Sang Selir, Ling Yi langsung duduk di atas batu dalam sebuah gazebo. Dilihatnya selir kesayangan raja yang terus melirik guci arak miliknya.

"Kenapa Anda tidak duduk, Ibunda Selir?" tanya Ling Yi sembari membuka tutup guci araknya.

Aroma lembut khas dari Arak Bulan itu menyebar seakan meracuni indra penciuman setiap orang.

"Ini," kata Ling Yi sambil meletakkan cawan berisi arak bulan di atas meja dekat Selir Shu.

Selir Shu tidak menjawab. Tidak menolak, juga tidak menerimanya. Wanita itu kemudian duduk berhadapan dengan Ling Yi.

Mau sampai kapan kau menahan nafsu? Mengaku saja jika kau tergiur dengan aroma Arak Bulan ini.

Ling Yi mengulum senyum jail. Dia meneguk araknya dengan tegukan nikmat. Setiap tegukan bagaikan candu yang seakan menjadi kebutuhan pokok. Perasaan akan mengambang dan beban pikiran perlahan terurai hingga tak sadarkan diri. Seperti itulah efek dari Arak Bulan.

The Transmigration of Zhou Ling Yi [END]Where stories live. Discover now