Bab 66

1.1K 146 2
                                    

Akhirnya update lagi, yuhuu
Yang nungguin mana suaranya📢📢

Ayok, lanjut baca......

🍁Happy Reading🍁





Derap langkah ratusan kuda terdengar di dalam luasnya hutan. Ribuan pasukan kerajaan Tao pasukan Jenderal Xie Qian bergerak dalam bayang-bayang kegelapan. Warna langit malam menutupi jejak mereka.

"Tunggu!" Teriakan itu menghentikan perjalanan sang raja.

Raja Tao Heng dan Jenderal Xie Qian berbalik menoleh asal suara.

Jenderal Han dari Kerajaan Feng menyusul di belakang bersama puluhan kuda yang ditunggangi prajurit setia Kerajaan Feng yang tersisa. "Kami juga ingin menyerang Kerajaan Yang," ucap Han.

Kuda raja berjalan mendekat ke arah Jenderal Han, dan kuda para prajuritnya menepi untuk memberi jalan. "Itu bagus,' kata raja. "Semakin banyak pasukan, maka kita akan semakin kuat."

Jenderal Han mengangguk. "Akan hamba pastikan raja Yang Guang meregang nyawa dengan tragis," desisnya. Amarah menguasai Han. Sulit rasanya melupakan kejadian  perang beberapa waktu lalu. Bahkan luka ditubuhnya masih tergores sempurna.

Han masuk dalam rombongan besar itu setelah mendapat izin dari raja Tao Heng.

Jenderal Xie Qian memperlambat langkah kudanya, bersejajar dengan kuda hitam yang ditunggangi Jenderal Han. "Maafkan aku," lirihnya.

Han menoleh. Getaran nada bicara sang jenderal besar memberitahunya ke man arah pembicaraan mereka. "Semua terjadi di luar prediksi. Ini adalah takdir," sahutnya lalu menangkupkan kedua tangan di depan dada.

Setelah memberi penghormatan, Han melewati Jenderal Xie Qian yang masih terdiam. Langkah kudanya berhenti sesaat, tatapannya lurus ke depan. "Sekarang bukan waktunya untuk merasa menyesal. Masih ada harapan. Putra mahkota Feng Lian masih hidup."

Jenderal Xie Qian menatap punggung belakang Jenderal Han. Mulutnya masih ditutup rapat. Tidak ada yang bisa dia katakan kali ini.

......

Malam yang luar biasa terang di istana. Besok acara pernikahan raja Yang Guang akan digelar dengan sangat meriah. Dekorasi dan lampu gantung sudah berada pada tempatnya, bersinar terang menerangi penjuru tempat dalam istana.

Xiao Yu melirik baju pengantinnya. Tatapan sendu itu seolah berkata bahwa hatinya menolak pernikahan ini. Di belakangnya Jinxu berdiri, menatap iba bibinya yang terjadi seperti batu.

"Bi, apa kau siap?" tanya Jinxu pelan.

Xiao Yu menoleh ke arah Jinxu yang sudah berada di sebelahnya. "Kau takut?"

Jinxu mengangguk. "Aku takut kau akan menderita. Ibunda terlalu kejam. Dia bahkan rela mengorbankanmu demi ambisinya."

Tangan Xiao Yu mengusap pelan rambut keponakannya dengan segores senyum. "Ibundamu adalah wanita yang baik. Keadaanlah yang membuatnya berubah. Demi dirimu, dia rela melakukan apapun. Tidakkah kau mengerti semua yang dia lakukan adalah demi kebahagiaanmu, keamanan dan kesejahteraan hidupmu, Jinxu."

"Tidak." Jinxu bergeleng pelan, tidak mau percaya dengan ucapan bibinya. "Ibunda tidak pernah berkata seperti itu. Ibunda itu egois, hanya mementingkan dirinya sendiri!"

"Mulutnya memang tidak pernah mengatakan ini semua, tapi sikapnya jelas menunjukkan betapa besar cintanya untukmu."

Kepala Jinxu tertunduk layu. Kedua tangannya menggenggam lembut tangan Xiao Yu. "Jika ibunda yang mengatakannya, tentu aku akan percaya."

The Transmigration of Zhou Ling Yi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang