Bab 87

953 140 13
                                    

Happy Reading

🍁🍁🍁🍁

Persiapan penuh dilakukan Ling Yi dan dayangnya Xiao Wen. Gadis itu sudah izin dengan Li Yuan untuk pergi ke kerajaan Yang. Padahal sebenarnya arah mereka akan menyimpang dari kerajaan Yang, ke mana lagi selain Desa Duyin.

"Putri, apa ini cukup? Perjalanan sangat jauh, jangan sampai kita kekurangan air dan makanan."

Ling Yi mengangguk. "Itu pasti cukup. Kita hanya berdua, bertiga dengan kusir kuda. Kalau makanan habis, kita bisa berhenti untuk istirahat di penginapan."

"Tapi sepertinya membuang waktu," kata dayang itu."

Ling Yi tidak langsung menjawab. Dia berdecak lalu menjentik dahi Xiao Wen. "Kau ini, cerewet sekali! Aku yang ingin bertemu Zhong Yu, tapi malah kau yang begitu tidak sabaran."

Dengan kepala tertunduk, Xiao Wen tersenyum. "Putri, bukan hamba tidak sabaran. Tapi, bukankah seorang pelayan harus merasakan apa yang tuannya rasakan? Susah senang bersama."

Kalimat itu tidak mendapat tanggapan. Sesaat wajah Ling Yi memucat.

Kata-kata itu lagi, batinnya.

Siapa yang tidak ingat detik-detik sebelum kerajaan Tao di serang waktu itu. Xiao Yu yang kini menjadi bibi Raja di kerajaan Yang juga pernah mengatakan kalimat yang sama saat masih menjadi pelayannya.

"Ternyata kau sama dengannya," gumam Ling Yi yang masih mampu didengar oleh dayangnya.

"Hamba ... sama dengan siapa, Putri?" Wajah Xiao Wen sudah penuh akan tanda tanya.

Ling Yi menggeleng pelan. Tidak berniat mengungkit masa itu lagi. "Ah, tidak. Lupakan. Sebaiknya kita berangkat sekarang."

"Baiklah, Putri."

Seharian penuh mereka melakukan perjalanan. Hari menggelap, Ling Yi, Xiao Wen dan kusir kudanya berhenti sesaat untuk makan dan minum, lalu melanjutkan perjalanan lagi.

"Putri, jangan terlalu memaksakan diri." Xiao Wen terlihat khawatir. Tuannya kini menggigil. Mereka semakin dekat dengan hutan dingin.

"Kita hampir sampai. Jangan berhenti!" perintah Ling Yi tegas. Sesaat dia menggigil lagi hingga dayangnya itu menyampirkan jubah yang dia pakai untuk sang putri.

"Pakailah ini."

Namun Ling Yi menolaknya. "Aku sudah punya jubahku sendiri, Xiao Wen. Pakai kembali jubahmu!"

"Tapi, Anda kedinginan, Putri."

"Begitu juga denganmu. Pakailah, Xiao Wen."

Pada akhirnya Xiao Wen tidak bisa untuk menolak perintah sang putri. Jubah itu dia pakai kembali. Baik Ling Yi maupun Xiao Wen keduanya diam dan hanya menyaksikan suara angin dan serangga malam yang riuh.

Ketika fajar menampakkan diri, sinarnya berhasil menerobos hutan di celah-celah dahan yang rimbun. Kereta kuda Ling Yi juga sudah sampai di perbatasan desa Duyin.

Xiao Wen membangunkan tuannya dengan suara pelan. "Putri, bangunlah. Kita sudah sampai."

Ling Yi hanya mengerang, matanya tetap tertutup.

"Putri," panggil Xiao Yu lagi.

Wajah Ling Yi memerah, Xiao Wen segera meletakkan telapak tangannya di kening gadis itu.

"Astaga," pekik Xiao Wen dengan suara rendah. "Tubuh anda panas sekali, Putri. Jika anda demam, sebaiknya kita ke kerajaan Yang saja."

Saat mendengar itu, mata Ling Yi perlahan terbuka. "Aku tidak ingin kembali. Kita sudah sampai, 'kan?"

The Transmigration of Zhou Ling Yi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang