Bab 11

3.2K 381 2
                                    

Happy reading guys...

Enjoy.....
🍁🍁🍁🍁

"Feng Lian, Feng Lian." Seorang pria paruh baya menggelengkan kepala menatap beberapa makanan ringan dan buah-buahan segar di atas meja. Mendadak selera makannya hilang.

Dia duduk di atas kursi berlapis emas dengan ukiran rumit yang memiliki kesan agung. Kini matanya tertuju pada dua pemuda yang berdiri di hadapannya.

Ruangan itu terasa sunyi. Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Demi dewa langit, takdir mulai mempermainkan kehidupan raja tua itu.

Lihatlah kedua putranya. Yang satu sangat pintar dan bijak, tapi sayang dia penyakitan, dan satunya lagi adalah harapan terbesar raja untuk menggantikannya sebagai penerus takhta Kerajaan Feng. Tapi bagaimana bisa raja menyerahkan urusan kerajaan pada pangeran sembrono seperti Feng Lian? Akan jadi apa Kerajaan Feng nantinya?

"Aku tidak tahu lagi harus bagaimana mengajarimu, Feng Lian." Raja tua itu tampak putus asa. Tangannya memijat pelipisnya yang berdenyut. "Aku memberimu gelar Putra Mahkota karena aku berharap kau bisa menggantikanku untuk memimpin kerajaan ini."

Feng Lian memasang wajah cemberut. Dia sudah bosan dengan kata menjadi Putra Mahkota, penerus takhta dan menjadi pemimpin. "Ayahanda, sudah berapa kali kukatakan, aku tidak mau menjadi raja. Aku ingin hidup bebas dan mengarungi dunia yang luas ini," katanya tidak peduli dengan ekspresi raja yang mengeras karena ucapannya.

Raja mendengkus. "Hidup di lingkungan kerajaan, kau tidak bisa menentukan kebebasan--"

"Bisa," potong Feng Lian cepat. "Jika kakak pertama yang menjadi raja." Dia melirik Feng Xun di sampingnya dengan senyuman.

"Feng Lian!" bentak raja murka.

Masalah penerus takhta bukanlah permainan anak-anak yang bisa menunjuk orang seenaknya.

Mengangkat putra pertamanya, Feng Xun sebagai raja, apa yang akan dikatakan dunia?

Rakyat tentu tidak ingin mereka dipimpin oleh raja yang lemah dan penyakitan.

Kali ini Feng Lian menunduk saat ayahandanya menatapnya dengan sorotan mematikan.

"Berpenampilan seperti hantu, berpakaian serba hitam dan selalu memakai topeng. Apa bedanya kau dengan penjahat jalanan di luar sana?!" Ruangan yang mereka tempati terasa sesak, ditambah amukan raja yang menusuk.

Feng Lian sudah terbiasa. Anggap saja dia mendapat bonus nyanyian dari seorang pria tua, pikirnya santai.

Feng Xun yang sedari tadi enggan membuka suara kini terlihat mengkhawatirkan. Keringat dingin membasahi wajahnya. Dadanya diremas sementara tangan kirinya mulai gemetar dan mati rasa hingga perlahan jari-jarinya mengeras seperti membeku.

Feng Lian langsung menangkap tubuh kakaknya.

Pertemuan antara anak dan ayah itu berakhir sampai disini. Pangeran Feng Xun segera dibawa kembali ke kamar.

Feng Xun menghela napas panjang setelah berhasil menahan rasa sakit ditubuhnya. Jari-jarinya pun mulai bisa digerakkan kembali. Ia kemudian duduk disisi ranjangnya bersama Feng Lian.

"Maaf sudah merepotkan," katanya penuh penyesalan. Hidup segan mati tak mau, seperti itulah perasaan yang Feng Xun rasakan. Keberadaannya hanya membebani keluarga. Dia selalu berpikir, lebih baik mati dari pada merepotkan orang lain.

  Feng Lian mengulum senyum. "Aku tidak pernah menganggapmu merepotkan. Jadi, jangan berpikiran aneh lagi. Kau tahu aku tidak suka itu," kata Feng Lian seolah bisa memahami beban di balik kedua bola mata gelap milik kakaknya.

The Transmigration of Zhou Ling Yi [END]Where stories live. Discover now