Bab 53

1.3K 178 0
                                    

Happy Readings

Enjoy...

🍁🍁🍁

Pantas saja Ling Yi tidak melihat batang hidung Panglima Rong beberapa hari ini. Ternyata pria itu sedang bertugas.

Tapi tugas apa yang membuat Rong serta pasukannya harus mendapatkan luka separah itu?

Rong memegang bahu pangeran Yang Zheng, pria yang dia tinggalkan beberapa hari ini demi memenuhi tugas dari Raja Yang Guang. "Maafkan hamba, pangeran. Hamba gagal memenuhi perintah kerajaan," lirihnya dengan suara tercekat karena luka yang dia dapatkan di bagian perut.

Tak lama, beberapa orang penting kerajaan mulai berdatangan, termasuk Yang An dan Yang Haikuan. Keduanya sempat berpapasan dan saling melempar tatapan sinis kemudian menatap lurus ke depan dengan wajah datar yang mengagumkan.

"Karena kalian telah gagal memenuhi tugas kali ini, aku tidak bisa melindungi kalian dari hukum kerajaan," ucap Yang An dengan sikap tenang, tidak ada kepanikan di matanya, apalagi untuk merasa khawatir. Sulit untuk mengharapkan putra mahkota Kerajaan Yang itu memiliki rasa simpati.

Rong berusaha untuk membungkuk hormat ke arah Yang An sebelum menjawab. "Kami siap menerima hukuman atas kegagalan kami," ucapnya yang diikuti puluhan prajurit yang berada di belakangnya yang juga dalam keadaan terluka. 300 pasukan yang dia bawa hanya tersisa puluhan nyawa yang masih hidup.

"Tapi, ada laporan yang harus hamba sampaikan pada Yang Mulia Raja," sambung Rong dengan sikap serius.

Yang An maju selangkah mendekati sang panglima. "Kau bisa mengatakannya padaku, biar aku yang akan melaporkannya pada ayahandaku," kata Yang An menawarkan diri.

Di sampingnya, Haikuan memutar bola matanya, kesal. Harus dia akui putra mahkota Kerajaan Yang itu sangat pandai mengambil keuntungan untuk terus mendapatkan kepercayaan dari ayahanda mereka. "Keputusanmu bijak sekali, Kak," ucap Haikuan memasang wajah tidak suka ke arah Yang An. Dia kemudian berbisik di telinga putra mahkota. "Kau sangat pandai merampas jasa orang lain," desis Haikuan.

Yang An melirik sekilas pada Haikuan. Ekspresi menyebalkan pangeran ketujuh tidak membuat ketenangannya luntur. Malah putra mahkota semakin mengangkat dagunya seakan menantang. "Oh ya, jika ada yang bertanya mengapa aku meminta Panglima Rong untuk menyampaikan laporannya melalui diriku, maka aku akan mengatakan alasannya," ucapnya kemudian menatap ke arah Haikuan di sampingnya. "Panglima Rong sangat berjasa untuk Kerajaan Yang. Keahliannya dalam strategi perang juga sangat membanggakan. Akan sangat disayangkan jika dia pergi menghadap raja yang tidak terima dengan kegagalan yang mereka bawa pulang. Kalian tentu tidak ingin kepala panglima berbakat seperti Rong berakhir di pedang raja, 'kan?"

Mendengar penuturan putra mahkota, para prajurit mengangguk setuju, sementara Rong sendiri menatap kagum pada pria dingin itu.

Haikuan mendengus. Dalam hati, dia tetap tidak akan percaya dengan mulut manis putra mahkota. Pria licik mana punya hati.

"Jadi Panglima Rong, apa kau bersedia mengatakan laporanmu padaku?"

Rong mengangguk. Dia membungkuk hormat lalu berkata, "Hamba bersedia. Terima kasih atas kebaikan Anda, Putra Mahkota," ucapnya penuh syukur.

Kemudian Rong langsung memberi tahu apa saja yang terjadi dalam penugasan mereka. "Pasukan kami diserang oleh prajurit Kerajaan Feng. Bahkan saat itu kami masih belum memasuki istana kerajaan. Sepertinya ada yang membocorkan rahasia penyerangan kita, Putra Mahkota," ucap Rong mengejutkan semua orang.

Ling Yi mengetatkan rahang mendengarnya. Berani sekali raja serakah itu menginjakkan kaki ke Kerajaan Feng?! Dasar tidak tahu malu! Sudah kalah masih berani melawan lagi, geramnya di dalam hati.

"Kami pasti sudah tiada di sana, tapi entah kenapa pria yang memimpin pasukan yang menyergap kami membiarkan kami pergi begitu saja. Dia meminta hamba menyampaikan pesan untuk Yang Mulia Raja Yang Guang," sambung Rong. Dia menatap setiap orang yang mengelilinginya. Wajah mereka penuh emosi, keterkejutan bahkan kebencian.

Tapi tidak dengan putra mahkota. Wajahnya masih datar sampai sekarang. "Apa pesannya?"

Rong mencoba mengingat-ingat perkataan prai itu yang baginya terdengar seperti sebuah lirik syair atau puisi. "Dari tanah yang subur, rumput-rumput tenggelam. Dia yang putih turun menelan. Musim dingin telah berlalu. Yang jatuh terkuncup malu. Yang berdiri akan tegak selalu. Bangga atau malu, yang merasakannya yang akan tahu."

"Apa maksudnya?" tanya Haikuan bingung. Dia sampai menggaruk kepalanya sembari mencoba untuk memahami pesan yang disampaikan Panglima Rong.

"Apapun maksudnya, hanya raja yang boleh mengetahuinya," timpal Yang An.

Pangeran ketujuh kembali memasang ekspresi kesal. "Kenapa kami tidak boleh?"

Yang An mendengus. Mempunyai adik seperti Haikuan sungguh menguras kesabaran yang dia miliki. "Pesan ini untuk raja, jika kau ingin mengetahui maksudnya, tunggu sampai kau bisa duduk di atas takhta," sahutnya berusaha menjawab dengan sikap tenang.

"Oh, jadi kau ingin aku menjadi raja? Hahaha, ini baru kakakku. Aku akan menunggu kabar mengenai pelepasan gelarmu sebagai putra mahkota."

"Tunggu saja. Walau sampai tulangmu hancur pun, kau tidak akan mendengar kabar itu."

"Tidak lama lagi aku akan mendengarnya, tidak lama lagi," kata Haikuan dengan seringaian liciknya.

"Bisakah kalian berhenti bertengkar?!" tanya Zhong Yu tegas. Sontak semua dibuat terdiam oleh ucapan pangeran terbuang itu. "Panglima Rong dan prajurit yang lain sedang terluka. Mereka harus segera diberi pengobatan, bukan drama konyol anak-anak seperti ini!" geramnya.

Para prajurit yang terluka itu terkejut mendengar perkataan dari pangeran yang selama ini mereka benci. Mereka tidak menyangka jika pangeran terbuang itu ternyata mengkhawatirkan keselamatan mereka.

"Siapa dia tanya," tanya Haikuan dengan nada tidak suka.

Sebelum menjawab, Yang An memerintahkan pelayan untuk segera mengobati Rong dan prajurit yang terluka. "Dia Pangeran Zheng," jawab Yang An yang terlihat enggan menyebut nama marga Zhong Yu.

"Pangeran Zheng? Aku tidak pernah mendengar pangeran Zheng sebelumnya. Apa dia pangeran yang tersasar ke kerajaan kita?" ejek Haikuan dengan kekehan mencemooh.

Pangeran ketujuh itu mengamati Zhong Yu dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. "Apa kau benar-benar putra ayahandaku?" tanyanya seperti tidak yakin jika Raja Yang Guang memiliki putra lain yang juga tidak kalah tampan darinya.

"Dia pangeran yang dulu dibuang ayahanda dan sekarang ayahanda menerimanya kembali," kata Yang An menjelaskan.

Mendengar kata terbuang, Haikuan menjadi semakin tertarik untuk mengganggu pria di hadapannya. Dia maju selangkah mendekati Zhong Yu. "Jadi kau si anak buangan itu. Aku sering mendengar kisah tentang indahnya cinta orang tuamu. Ah, maksudku kisah tentang perselingkuhan mereka yang menarik, hahah."

Zhong Yu mendengus angkuh. Dia terlihat tidak gentar sama sekali. Lagipula, ucapan seperti itu sudah sering dia telan bulat-bulat. "Biar kuberi tahu kau, pangeran ketujuh. Pertama, aku bukan lagi pangeran terbuang, berarti aku memiliki hak yang sama seperti kalian. Kedua, Raja Yang Guang adalah ayahandaku juga. Jadi kisah yang kau dengar itu hanyalah bangkai yang menarik untuk gagak mangsa. Sebagai pangeran tertua, aku berhak menegur kalian yang lebih muda!" ujarnya seketika mengundang tawa keras dari Haikuan.

"Hahaha!! Sepertinya kau terlalu percaya diri,"  ejek Haikuan dengan tawa yang tak terkendali. "Ayahanda menerimamu kembali bukan berarti hatinya juga menerimamu sebagai putranya. Siapa yang bisa membuktikan jika kau memang anak Raja Yang Guang? Takutnya ayahanda telah membuat kesalahan dengan menyisakan satu keturunan dari darah daging pejabat Wang."

Hening.

Apa yang dikatakan Haikuan juga berada dalam kepala hampir semua orang di tempat itu.

Terkecuali Ling Yi, gadis itu tercengang mendengar ucapan pangeran ketujuh yang teramat menusuk.

Tunggu update selanjutnya......

Salam manis❤️❤️

The Transmigration of Zhou Ling Yi [END]Where stories live. Discover now