07 - Yang Tak Terlupakan

3.4K 389 13
                                    

Seperti sebelumnya dikatakan, Yuta tidak akan tidur di kos sempit miliknya dikarenakan ada seseorang yang tengah menempati tempat itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seperti sebelumnya dikatakan, Yuta tidak akan tidur di kos sempit miliknya dikarenakan ada seseorang yang tengah menempati tempat itu. Ya, tahulah siapa. Yuta tidak akan mau untuk berduaan atau sekedar menghabiskan waktu untuk berbicara bersama orang itu.

"Mau pergi lagi, Yut?" Yuma menegur anaknya saat dirinya memang belum terlelap, sedang menghabiskan kopi hitam dan sebungkus rokok di teras depan.

"Hn," Membalasnya dengan cuek lalu bergegas masuk ke dalam mengambil baju dan celana yang akan ia pakai untuk kuliah besok, dan laptop yang rencana akan ia gunakan untuk melanjutkan bab 4 di rumah Junod nanti.

Yuma tidak lagi bersuara di depan sana. Duduk sambil memandangi tembok penghalang antara kos Yuta dengan rumah Ole. Sementara Yuta yang telah siap untuk transmigrasi dengan segera keluar tanpa berniat pamit atau apalah itu yang biasa dilakukan anak pada orang tua umumnya.

"Yut," Namun, suara Yuma kembali terdengar saat ia sedang memakai sandal. Niat ingin segera kabur, tetapi malah tersendat karena kakinya tiba-tiba kaku  karena panggilan si preman pensiun itu.

"Apa lagi?" Yuta membalas beserta decakan yang menandakan bahawa ia kesal untuk memulai pembicaraan.

"Masih marah kamu sama Bapak?"

Jujur, Yuta ingin berteriak lantang di depan wajah Yuma. Jawabannya tentu saja YA capslock. Tidak ada niatan sedikit pun untuk Yuta berbaikan dengan pembuat onar keluarganya itu.

"Yut, Bapak tau kamu masih belum bisa maafin bapak. Tapi cuma untuk acara kamu minggu depan, bisa untuk menganggap kehadiran bapak di sini?"

Sebenarnya Yuta tidak berminat untuk membalas atau sekedar merespon ucapan Yuma. Hanya saja saat itu, emosinya sedikit naik ketika mengingat sesuatu hal di masa lalu.

"Untuk apa? Mau cari perhatian sama keluarga Ole biar bisa lo porotin hartanya?" sinis Yuta menahan kepalan tangannya.

"Yuta,"

"Harusnya lo sadar, kalo gue gak pernah mengharap kehadiran lo di sini. Sama kayak lo gak pernah menanggap Ibu ada, dulu."

Rasa benci yang begitu mendalam, membuat Yuta tidak akan pernah meluruhkan tembok keras di dalam hatinya untuk menerima sang ayah. Sampai kapan pun juga.

x X x

Ole masih berkutat dengan buku tebal berisi catatan pemasukan dan pengeluaran biaya barang yang menjadi pekerjaannya sehari-hari. Di malam yang telah menunjukan pukul dua, bahkan ia belum merasakan rasa kantuk karena terlalu serius dengan kegiatannya. Sampai tidak menyadari sang ayah tengah menatapnya cukup lama dalam diam di samping rak buku-buku yang juga merupakan buku catatan perusahaan.

"Ateng udah gue bilang semen putih seratus sak, bukan yang pozzol!" Cewek itu mengomel sendiri lantaran anak buah ayahnya yang kini menjadi anak buahnya juga telah melakukan kekeliruan cukup fatal.

Baby Maybe ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang