08 - The Day

3.5K 414 9
                                    

Hari pernikahan harusnya menjadi hari bahagia untuk segala umat yang melaksanakannya, bukan? Ya harusnya begitu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Hari pernikahan harusnya menjadi hari bahagia untuk segala umat yang melaksanakannya, bukan? Ya harusnya begitu. Yuta juga bahagia kok, di hari pernikahannya yang berlangsung mewah ini, siapa bilang ia sedih?

Memakai tuksedo mahal, sepatu enam digit, jam rolex, dan paling istimewa adalah cincin emas berbalut perak yang kini telah melingkat manis di jari Yuta. Mungkin Yuta bisa kaya raya jika menjual semua barang yang tengah ia kenakan sekarang, hehe.

Ngomong-ngomong, saat ini Yuta sudah berstatus sebagai suami Olivia Dalentha alias Ole. Yuta sendiri tidak percaya mengapa ia bisa dengan lantang melafalkan ijab qobul tanpa tersendat tadi. Apa ini faktor susu kuning telur yang disuruh Ole minum tadi pagi ya? Kata cewek itu, susu itu minum bisa meningkatkan rasa percaya diri. Heh, memang mengada-ngada!

"Selamat menempuh hidup baru, Kang Ucup!!" Junod segera memberikan selamat dengan heboh saat Yuta selesai melayani para tamu bersalaman. Cowok— ah sekarang kita katakan Yuta sebagai pria, karena dilihat sepertinya panggilan itu lebih cocok dengan status Yuta saat ini.

"Gila gue nahan berak pas liat muka lo tadi, cuk! Tegang amat!" ledek Junod tak berhenti tertawa walau Yuta sudah memasang wajah jengekel di sana.

"Tapi Ole cantik banget, loh! Gila, gue sempet naksir kayaknya." Henri menimpali cuek memakan gurame crispy.

"Jangan sampe jadi pembinornya Yuta ya lo, Hen! Rejekinya Yuta itu jangan lo ambil!"

"Halah, iya rejeki tapi dia sempat nolak 'kan kemaren?"

"Ngapa lu ngomongin yang kemaren, sih? Yang jelas si Ucup udah nerima sekarang, malah udah sah jadi manten. Iye gak, Cup?" Junod mengedipkan sebelah matanya genit.

"Serah lo, jancuk. Gue males ladenin dua beruk macam kalian." Mungkin Yuta terlalu lelah untuk sekedar meladeni kedua jaran itu.

Saat ini ketiga orang dan bertambah karena kedatangan Adam, tengah duduk santai di meja VIP ballroom hotel yang sengaja disiapkan untuk keluarga dan teman dekat. Yuta sudah mengganti tuksedonya dengan kemeja biasa, karena pesta sudah selesai lalu hanya meninggalkan para kerabat dekat saja yang ingin mengobrol di sana.

"Gak lo samperin tuh, bokap lo?" tegur Adam seraya mengikuti arah pandang Yuta pada ayahnya yang sedang mengobrol bersama siapa itu dia tidak tahu. Yang jelas cewek cantik.

"Tuh tua bangka pasti godain anak perawan lagi." Yuta berdecak, jengkel dengan kelakuan Yuma di sana.

"Tampilan bokap lo juga belum sekelas tua bangka, Yut. Masih mirip om-om mafia yang banyak duit lah!"

"Tapi dia miskin gak punya duit, njir!"

"Sama aja kayak anaknya, njir!"

Memang tidak ada gunanya berteman dengan mereka, batin Yuta dongkol.

"Lagian ya, Yut, kalian tuh sama-sama punya tampang preman, nama hampir mirip, sifat juga gak ada beda, ya walau bokap lo lebih brengsek, sih," cengir Junod. "Tapi harusnya lo baikan sama Om Yuma. Gak boleh nyimpan dendam kayak gitu sama orang tua, Yut, dosa tau!"

Baby Maybe ✔️Where stories live. Discover now