22 - Sidang

2K 297 3
                                    

Tepat hari Rabu, di mana jadwal sidang skripsi Yuta akan terlaksana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tepat hari Rabu, di mana jadwal sidang skripsi Yuta akan terlaksana. Jangan ditanya bagaimana perasaan Yuta, yang jelas deg-degan setengah mampus! Padahal saat jadwalnya keluar dua hari lalu Yuta merasa biasa saja, tapi di saat waktu telah berjalan hingga berhenti dimenit terakhir Yuta harus memasuki ruangan sidang, jantung Yuta mendadak berdebar seratus kali lebih cepat. Tangan dingin namun mengeluarkan keringat. Jujur, Yuta hanya takut jika ia terhambat dalam berbicara atau dosen di dalam sana akan mengujinya dengan pertanyaan yang Yuta tidak mengerti.

Tetapi, semua itu hanya prasangka Yuta saja, bukan? Bahkan ia belum mengalaminya, hanya menebak-nebak saja dengan firasat buruk. Kata Ole, sih, sidang tidak semengerikan itu, apalagi jika sudah menguasai isi dari skripsi yang dibuat, pastinya bisa menjawab walau setidaknya tidak begitu meluas layaknya juru debat. Namun, tetap saja Yuta takut! Ini pertama kalinya dalam duapuluh tujuh tahun ia melaksankan sidang, ujian akhir di mana adalah hal wajib untuk menentukan kelulusannya di kampus tercinta ini. Apakah Yuta berhasil? Atau gagal?

Baik, mari kita tunggu beberapa saat lagi, minimal satu setengah jam, karena kini Yuta sudah masuk ke dalam ruangan dosen, kini ia telah siap untuk bertempur di dalam sana. Semangat Yuta!

Sembari menunggu, maka di sini lah Ole berada bersama dengan pasukan yang sengaja ia bawa untuk mendukung Yuta. Di sana ada Ole, Junod, Henri, juga ada Adam yang menjadi orang terakhir dan paling sulit untuk Ole bujuk agar datang dalam persidangan skripsi Yuta hari ini. Untung saja Ole cerdik, dan paling utama ia pandai membuat alasan untuk bertingkah seolah-olah Yuta membutuhkan kehadiran teman-temannya di sana, padahal yah tidak juga. Yuta malah menyuruh agar sidang skripsi berjalan rahasia saja, mengingat umurnya sudah tidak pantas untuk melaksana sebuah sidang skripsi lagi. Harusnya sidang paripurna DPRD.

"Pokoknya kalau Yuta keluar, kalian langsung sambut dia dengan meriah ya!" seru Ole memberi arahan pada orang-orang di sana.

"Siap! Perlu gue tiup terompet gak? Biar lebih wow nanti?" jawab Junod penuh semangat.

"Jangan, Bang! Yang ada kita kena usir sama satpam!" balas Entong di sana. "Mending kita ledakin petasan aja gak, sih? Biar ala-ala tahun baru gitu?"

"Ye, alasan lo lebih bego, Tong! Pecahin balon aja, deh! Anggap aja si Yuta pecah telor selama duapuluh tujuh taun hidupnya!"

"Dih, kita gak bawa balon!"

"Ya udah lempar telor busuk aja, nih, gue punya yang tukang produksinya," seru Junod sambil melirik Adam seakan memberi kode pada semuanya di sana bahwasaanya Adam adalah sasaran empuk untik dijadikan bahan bullyan sekarang.

"Oh, Bang Adam juragan telor ya?" tanya Entong yang terlewat bodoh untuk mengetahui maksud Junod.

"Lo sekolah berapa tahun, sih, Tong? Geblek bener!"

Baby Maybe ✔️Where stories live. Discover now