Yusuf Thalius tidak pernah merencakan masa depan apa yang akan ia inginkan sebelumnya. Menyelesaikan kuliah saat umur dua puluh tujuh tahun adalah tujuan utama Yuta usai didapuk menjadi asisten sementara seorang direktur, yang beruntung adalah teman...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Nikah?"
Yuta masih menunggu respon dari Om Dale alias Papa kandung Ole yang tak lain adalah tetangganya sendiri.
"Iya, Yut."
"Secepat ini?"
"Emang sampe kapan mau nunggu? Ole udah duapuluh enam tahun, udah pas buat nikah."
Yuta menggaruk kepalanya sambil melirik cewek di sampingnya yang hanya menyengir kecil. Tidak ikut-ikutan dalam forum ini.
"Ya, tapi aku masih belum siap, Om. Kuliah belum selesai, terus—"
"Tapi udah kerja, 'kan? Apa lagi sih, Yut yang kamu pusingin!"
Kesekian kali Yuta berdecak. Dia memang terkejut saat Ole datang, mengatakan dia ingin menikah. Tetapi semakin terkejut saat tahu siapa calon yang akan menjadi suami Ole nanti.
Yusuf Thalius aka Yuta.
Lelaki yang sedang berjuang menyelesaikan tugas akhirnya, tidak pernah terpikir akan pernikahan tiba-tiba harus mendapatkan hal seperti itu.
Malang memang nasibnya.
"Kamu mau, 'kan Yut?"
Oh tentu Yuta tidak menerimanya begitu saja. Masih ada alasan yang ia keluarkan untuk menolak pernikahan itu.
"Skip dulu deh, Om. Yusuf masih mau cari kerja kelar kuliah." Memang terlalu enak untuk mengatakannya, tetapi risikonya Yuta harus mendapatkan tatapan sangat dari Om Dale.
"Om serius loh, Yut!" terkanya.
"Aku juga serius, Om. Lagian kenapa tiba-tiba Om suruh aku nikah sama Ole? Kenapa Om gak suruh pacarnya sendiri buat nikahin dia?" cerocos Yuta dengan nada kesal.
Karena memang Yuta belum siap lahir dan batin untuk menikah. Belum ada bayangan untuk menjadi seorang suami apalagi,
bersama cewek di sampingnya.
"Jadi bener kamu gak mau?"
Yuta mengangguk mantap.
"Iya, Om. Bener."
Dale hanya menghela nafas setelah itu. Menatap putrinyaa sebentar dengan tatapan sulit diartikan, lalu bergegas pergi tanpa mengeluarkan suara lagi.
Meninggalkan Yuta yang kini bernafas lega, berbeda dengan Ole yang memasang wajahnya sedikit sedih. Yah, sedih atas penolakan Yuta yang menyebabkan Papanya kecewa.
Tapi, bukan salah cowok itu juga, sih. Tiba-tiba disuruh nikah, 'kan, siapa yang tidak kaget? Apalagi kondisi Yuta yang belum memadai, tentu jelas dia menolaknya.
"Le, minta es jeruk dong! Haus nih, abis demo." Yuta merengek sambil merangkul bahu cewek di sebelahnya.
Ole langsung melepas tangan Yuta dengan risi. "Ambil sendiri, lo punya tangan, 'kan? Manja amat jadi cowok!"
