Chapter 62; Selene

858 164 31
                                    

EGOIST - Release My Soul 🎵

***

Dalam satu kedipan mata, aku kembali kepada kesadaranku. Kini aku telah duduk di sisi El, berada dalam posisi yang sama seperti sebelumnya. Tanganku masih berada di lengannya, sementara matanya menatapku dengan emas yang memancarkan luka, persis seperti ketika aku terakhir kali melihatnya sebelum masuk ke dalam ingatannya.

Tapi sepertinya, ada sesuatu yang berbeda.

"Selene?"

"Y, ya?"

"Kenapa kau, menangis?"

Aku segera memegang pipiku, dan benar, ada air mata yang mengalir di sana. Buru-buru aku mengusapnya dengan ujung lengan bajuku. "Ti, tidak apa-apa."

"Firasatku mengatakan kalau kau baru saja melihat masa laluku. Apa aku benar?"

Bagaimana dia bisa menebaknya?

"Maaf," ucapku pelan. "Aku tidak bisa mengendalikan kekuatanku. Tanpa sadar aku melihat kehidupanmu." Dan itu membuatku amat frustasi. Kenapa aku tidak bisa mengendalikannya? Meskipun kali ini tidak terjadi apapun kepada diriku, tapi siapa yang bisa menjamin aku akan tetap baik-baik saja jika ini terjadi lagi? Aku tidak ingin membuat orang-orang di sekitarku khawatir, terlebih lagi menyusahkan mereka. Aku harus mencari tahu penyebab dari semua ini.

Usapan tangan El di atas kepalaku seketika membawaku kembali dari lamunan. "Tidak apa-apa. Yang terpenting kau baik-baik saja. Kau tidak perlu minta maaf untuk sesuatu yang terjadi di luar kendalimu."

Meskipun dia tersenyum, sangat terlihat kalau dia berusaha memaksakannya. Tatapan matanya kepadaku melembut, walaupun luka yang ada sebelumnya masih terlihat. Tapi terlepas dari semua itu, dia masih berusaha untuk menghiburku.

Kenapa kau begitu baik, El? Harusnya aku yang menghiburmu saat ini.

"Aku senang kau dan Hana akhirnya bersatu kembali. Setidaknya kau tidak lagi melalui semuanya seorang diri."

"Kau benar." Ia berhenti membelai puncak kepalaku, lalu menghela napas. "Itulah yang kuyakini setelah kembali kepadanya. Meskipun aku bukan lagi manusia, setidaknya orang yang kucintai masih menganggapku sama seperti sebelumnya. Aku masih bisa hidup sebagai manusia, terlebih untuk malaikat kecil yang baru saja hadir dalam kehidupan kami. Yang tak pernah terpikirkan olehku, semuanya berlalu begitu cepat."

Perkataannya lagi-lagi memberiku firasat yang tidak menyenangkan, dan dalam diam, aku menunggunya untuk kembali berbicara.

"Sebuah wabah," ucapnya pelan. "Mungkin kau pernah mendengar kejadian ini dari nenekmu. Wabah yang tiba-tiba saja muncul dan membunuh hampir seluruh penduduk kota di dalamnya."

Aku mengangguk. "Menurut cerita nenek, wabah itu berasal dari sumber air kota kecil itu yang mengandung racun."

"Kota itulah yang berada tidak jauh dari rumah ini. Kota yang dulu pernah menjadi tempat tinggalku. Dan karena satu-satunya sumber air yang bisa kami dapatkan berasal dari sana, Hana dan anakku ikut menjadi korban wabah itu."

Keheningan serasa meliputiku, membuatku tak mampu bereaksi dan hanya bisa menunggu El kembali melajutkan ceritanya.

"Aku masih bisa mengingatnya. Siang itu, aku segera membawa Hana dan anakku menuju tabib terdekat di desa tetangga, karena kondisi kota sudah tidak lagi bisa dikatakan baik. Tapi keadaan di desa itu juga tidak jauh berbeda. Semuanya benar-benar, kacau. Orang-orang terbaring lemah di tanah—beberapa tidak bisa diselamatkan, sementara yang lain berusaha untuk bertahan dengan bibir yang membiru dan napas yang dangkal. Sama seperti Hana dan anakku yang berada dalam gendonganku.

Tear of Mythical Creatures; VampireWhere stories live. Discover now