Chapter 52; Selene

9.4K 911 75
                                    

Waves - Dean Lewis 🎵

***

Kegelapan. Hanya itu yang mampu kulihat dan rasakan selama waktu yang tak kuketahui berapa lama telah berlalu. Tubuhku serasa melayang di langit gelap nan luas; ringan, namun juga berat. Ada beban yang memaksaku untuk bergeming, menghentikan segala usahaku untuk bangkit dari kegelapan yang hening.

Namun aku tidak keberatan dengan hal ini. Rasanya jauh lebih baik dibanding ketika aku masih sadar. Penglihatan yang kulihat menyakiti diriku, membuatku merasakan apa yang Lewis rasakan, dan akhirnya membawaku pada kegelapan ini.

Kepedihan Lewis masih kurasakan dalam hati. Rasanya amat menyakitkan, tapi sudah tidak sesakit sebelumnya. Aku masih bisa merasakan keinginan terdalam hatinya; perasaan menyakitkan karena tidak ingin meninggalkan Reist dan bertahan hidup, namun takdir memaksanya untuk mengenyahkan keinginan itu. Aku merasa takdir tidak bersikap adil kepada Lewis, tapi di saat yang sama, aku percaya takdir juga memiliki rencana di balik semua ini.

Aku menarik napas panjang. Sulit untuk menerima kenyataan, namun inilah kenyataan yang harus diterima.

Kegelapan yang dingin perlahan mulai berubah. Ada sedikit kehangatan yang menghampiriku, melingkupi dan memberiku ketenangan. Beban yang tadinya menghimpit tubuhku mulai terangkat, membebaskan jiwaku dari kelumpuhan.

Namun semuanya tidak berhenti sampai di sini. Sebuah perasaan baru juga memasuki relung hatiku; sebuah perasaan hangat dan juga keputusasaan. Kesedihan yang berbeda dari yang kurasakan sebelumnya.

Perasaan siapakah ini?

Kegelapan meninggalkan diriku dan memperlihatkan penggalan peristiwa yang terus berganti, bagaikan lembar demi lembar buku yang dibalik oleh tangan tak kasat mata. Aku melihat sosok pria yang mencium tangan seorang wanita, lalu berganti dengan sang wanita yang memeluk pria itu sangat erat seolah tak ingin melepaskannya.

Tak berhenti sampai di sana, penglihatanku kembali berganti dan memperlihatkan wanita itu mencium mesra sang pria, kemudian membisikkan sesuatu kepadanya. Terlihat sekali wanita itu mencintai prianya, namun tak ada sedikitpun ekspresi yang sama seperti ekspresi wanita itu di wajah sang pria. Hanya ada kehampaan, kebekuan yang tak terucap dan amat kentara pada dirinya. Begitu pula ketika sang pria membunuh orang-orang, menumpahkan darah mereka dan menghias pedangnya dengan cairan merah pekat. Sang wanita selalu tersenyum setiap kali melihat perbuatan pria pembunuh itu, memberiku petunjuk bahwa pria itu diperintah olehnya.

Melihat pria itu seolah menusuk hatiku dengan serpihan-serpihan es kecil. Bukan karena apa yang ia perbuat, melainkan karena sosok pria itu adalah Rash.

Ia terlihat amat kosong tanpa perasaan, tapi jauh di dalam, aku tahu ada keputusasaan di dalam hatinya yang belum ia sadari kala itu. Aku bisa merasakan keinginannya untuk mengakhiri hidupnya sendiri, bukan mengambil nyawa orang lain. Namun ia tidak memiliki pilihan lain selain membunuh, karena itulah yang diperintahkan wanita itu kepadanya.

Siapa wanita itu?

Setelah sekian lama mataku seakan ditahan oleh beban berat, akhirnya aku bisa membukanya. Sinar matahari menyilaukan penglihatanku, membuat semua yang kulihat seolah terbakar oleh cahaya putih yang menyakitkan. Aku segera memejamkan mata dan memandang ke arah lain.

Di sisi ini, duduklah sosok pria yang sama seperti yang kulihat dalam mimpi itu. Ia duduk tak jauh dari kaki ranjang, memunggungi matahari dan bersembunyi dalam kegelapan ruangan. Ia masih mengenakan kemeja yang sama; bercak darah kering berada di pundak kirinya. Pandangannya tertuju pada sesuatu yang tak benar-benar ia lihat, tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Tear of Mythical Creatures; VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang