Chapter 42; Rash

9.7K 856 40
                                    

Aku bergerak menembus hutan bersama Kahl, kuda yang selama ini dirawat sendiri oleh Greg sejak kedatangannya di manor house. Angin malam musim gugur menerpa kulit dan jemariku yang menggenggam tali kekang dengan erat. Tidak terasa dingin, tapi aku tahu itu cukup untuk membuat manusia enggan meninggalkan rumahnya.

Musim dingin akan segera tiba.

Kahl bergerak bagaikan bayangan hitam di tengah kesunyian malam. Derap langkahnya menjadi satu-satunya irama yang menggema di tengah hutan, sementara tubuhnya yang selegam langit tak berbintang kini menyatu dengan kegelapan di sekitar kami. Tanda bahwa ia bergerak dengan sangat cepat, tapi kakiku bergerak dengan sendirinya menghentak ke sisi tubuhnya. Sementara pikiranku hanya tertuju pada alasanku melakukan semua ini.

***

Selene melepas genggaman tangannya dariku,  kemudian berlari menanggapi panggilan Camille. Setelah ia masuk ke dalam rumahnya, Reist akhirnya melepas tawa yang sejak tadi ia tahan. Aku hanya bisa berdeham, lalu bangkit berdiri menghampiri Reist.

Ia pasti mengira aku kesal atas perbuatannya, karena ia segera berhenti tertawa dan berkata, "Oh, Rash, kumohon jangan marah. Maaf."

Aku membuang napas kasar. "Apa aku berhak marah hanya karena hal sepele seperti itu?"

Dia tersenyum. "Well, jika apa yang kulakukan itu merusak kesempatanmu untuk mendekatinya. Kalian terlihat sangat manis barusan."

Sebelum aku sempat menanggapinya, ia buru-buru mengalihkan pembicaraan. "Apa kau tahu dimana keberadaan El sekarang?"

Dia benar-benar ahli mengalihkan pembicaraan, batinku. Aku hanya bisa menyeringai. "Di tempat yang selalu ia kunjungi untuk melepas beban pikirannya."

"Ah, kau benar. Kejadian beberapa hari yang lalu pasti membuat hatinya tidak tenang. Terutama berkat kau, Rash."

Tentu saja. El pasti sangat mengkhawatirkan kondisiku, dan ia juga sama sekali belum menerima kabar bahwa aku sudah sadar. Yang ia ketahui adalah aku masih berada di ambang kematian, entah menyerah atau berjuang melawannya.

"Kuharap ia segera kembali, Rash. Menumpahkan seluruh keluh-kesahnya kepada kita yang masih hidup akan jauh lebih berguna ketimbang dengan yang tidak bisa mendengar perkataannya."

"Dia memerlukan waktu sendiri, Areista," ujarku. "Kau tahu itu."

Berdiri di sisi Reist, aku memandang rumah Selene. Saat itu aku menemukannya di tempat ini. Aroma darahnya menarik hasratku untuk mendatanginya, seperti seekor singa yang menemukan mangsanya. Aku tidak bisa mengendalikan diriku untuk tidak menghiraukannya, padahal aku sudah sering mengabaikan aroma manis darah manusia yang masih muda.

Aku mengikuti instingku, dan akhirnya menemukannya dalam keadaan sekarat. Aku bisa saja meninggalkannya di tempat itu dan mencari mangsa lain, jika ia bukan seorang gadis muda dan tidak berada dalam kondisi berlumuran darah segar. Darah seorang gadis jauh lebih memikat dan sulit untuk ditolak, karena rasanya yang amat manis dan sangat memuaskan monster yang ada di dalam diriku.

Benar. Naluri monster yang ada di dalam dirikulah yang menguasaiku, mendorongku untuk melakukan hal diluar kebiasaan. Dan itu semakin menjadi-jadi ketika dia sendiri yang memintaku untuk mengubahnya. Dialah yang memohon kepadaku, karena dia ingin menemukan makna sesungguhnya dari cinta, hal yang bahkan tak dapat kumengerti.

"Dia gadis yang istimewa. Bukan begitu, Rash?"

Aku menoleh, dan kulihat pandangan Reist juga tertuju kepada gadis yang kini tengah menjelajah bagian dalam rumahnya yang telah lama ia tinggalkan.

Tear of Mythical Creatures; VampireWhere stories live. Discover now