Chapter 60; Selene

1.4K 208 39
                                    

Hal pertama yang kusadari dari rumah ini adalah kondisinya yang agak lembap dan gelap, namun terawat. Ruangan tempatku berdiri saat ini adalah satu-satunya ruangan yang ada di rumah ini. Tidak begitu besar, dan langit-langitnya terbuat dari kayu pohon oak tua. Sebuah tempat tidur tertata rapi di salah satu sudut, sementara di sisi lain diisi dengan rak peralatan dapur dan perapian yang tidak menyala. Di dekatnya terdapat sebuah meja yang kuyakini digunakan sebagai meja makan dengan dua kursi. Sekilas, rumah ini mengingatkanku kepada rumahku dulu, hanya saja lebih sederhana.

El membiarkanku duduk di sebuah bangku panjang yang berada dekat perpaian. Sementara itu, aku memandang dirinya yang tengah meyalakan perapian itu dengan sebuah batu api dan batang besi.

"Apakah kayu dan jeraminya tidak lembap?"

"Aku sering datang kemari, jadi aku sudah menggantinya."

Ah, itu sebabnya rumah ini terlihat sangat terawat.

Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk membuat seluruh jerami dan kayu di perapian itu mulai berasap. Perlahan semuanya menyala terang dalam api, dan setelah memastikan perapiannya benar-benar menyala, El mengambil tempat di sisiku.

Tangannya bertumpu di atas kedua kakinya, sementara raut wajahnya menunjukkan kalau ia tengah berpikir. Dalam diam aku tetap menantinya untuk mulai berbicara, sementara sesekali pandanganku melirik kepada benda-benda yang ada di rumah ini. Meja, tempat tidur, rak buku, perabotan lainnya, semuanya masih terlihat sangat baik dan bersih. Seakan rumah ini masih ditinggali oleh penghuninya. El pasti sangat sering mengunjungi rumah ini, yang entah bagaimana selalu tidak diketahui oleh orang-orang di manor house.

Atau mungkin, hanya aku yang tidak mengetahuinya.

"Ini akan menjadi cerita yang sangat panjang." Senyumnya berlangsung singkat, kemudian ia mulai bercerita. "Rasanya sudah puluhan tahun, tapi aku masih bisa mengingat semuanya dengan jelas. Kala itu ia berdiri memperhatinkanku di antara kerumunan orang yang juga tengah menikmati permainan musikku bersama beberapa teman di pinggir jalan. Kami biasa menampilkan beberapa lagu di siang hari, tapi entah kenapa hari itu kami bermain hingga matahari terbenam. Dan aku sangat bersyukur untuk keputusan kami itu, karena jika tidak, aku tidak akan bertemu dengannya. Anggaplah itu cinta pada pandangan pertama, tapi kedua mata hazelnya yang memandangku benar-benar memikatku, menarikku untuk terus mencuri menatapnya. Singkat cerita, setelah penampilan kami selesai, aku memberanikan diri untuk menyapa dan menanyakan namanya."

"Siapa namanya?"

"Hana," ucapnya singkat, dan aku bisa mendengar kerinduan yang teramat dalam ketika ia menyebutkannya. "Lalu kami saling jatuh cinta, kemudian mengikat janji, dan tinggal bersama di rumah ini. Semua berjalan dengan sangat indah, hari-hariku dipenuhi kebahagiaan meskipun kami hidup sederhana. Well, itu tidak berlangsung lama. Perlahan, aku bersama teman-temanku semakin dikenal karena bakat kami. Kami mulai menunjukkan penampilan kepada orang-orang penting dan sering bepergian, dan selama itu pula, Hana selalu bersamaku.

"Namun semenyenangkan apapun perjalanan kami, itu tidak bisa menggantikan kebahagiaanku bersamanya di rumah ini. Dulu ada kota kecil yang terletak tidak jauh di timur, di balik hutan yang menyembunyikan rumah ini." Tangannya menunjuk ke arah yang dia maksud, lalu kembali berkata, "Di sanalah kami bertemu untuk pertama kali. Dan di sini, kami hidup bersama di tengah kesunyian, jauh dari keramaian."

"Pasti sangat nyaman," gumamku. Tatapanku beralih darinya, membayangkan betapa indahnya kehidupannya dulu bersama orang yang dicintainya. Betapa rumah ini dipenuhi kehidupan dan kenangan-kenangan indah mereka bersama.

"Ya, kau benar. Dan sayangnya, hari itu harus terjadi."

Pandanganku kembali kepadanya, menatap sepasang mata emasnya yang diwarnai semburat warna jingga dari perapian perlahan kehilangan cahayanya. Ia memejamkan mata sesaat, seakan berusaha memendam kembali rasa sakit dari kenangan yang ia alami dahulu. Kurasa, ingatan itu masih meninggalkan luka di hatinya.

Tear of Mythical Creatures; VampireUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum