Chapter 24; Selene

11.7K 1K 23
                                    

Masih di dalam ingatan Camille, penglihatanku kembali berubah. Aku sudah mulai terbiasa dengan sensasi ini; penglihatanku tiba-tiba memburam dan cahaya langsung membutakan mataku, kemudian aku sudah berada di waktu yang lain. Tidak terlalu menyenangkan, tapi apa boleh buat?

Hari telah malam, dan udara semakin dingin. Tiga hari telah berlalu sejak mereka jatuh dari tebing. Mereka berada di tengah hutan belantara, ditemani suara burung hantu yang entah dari mana dan api unggun yang baru saja dibuat oleh Camille dengan batu api dan pisaunya.

Greg bersandar pada sebuah pohon, kedua tangannya terlipat di depan dada sementara mata hijaunya mengamati Camille. Dia baru saja menangkap seekor kelinci hutan yang cukup besar dan meminum darahnya, sementara dagingnya tengah dibakar Camille sebagai makan malamnya.

Kondisi Greg semakin memburuk, namun dia berusaha menutupinya dengan kelakarnya yang sangat aneh- setidaknya, itu menurut apa yang ada dalam ingatan Camille. Wajah pucatnya terlihat semakin pucat karena nyala api, terlihat lelah menahan rasa sakit.

Camille menyadarinya, dan sebenarnya dia merasa iba kepada pria vampire di depannya. Hanya saja, dia tidak bisa mengungkapkannya. Greg selalu melontarkan kelakar anehnya untuk menghiburnya. Sebenarnya dia tidak merasa terhibur sama sekali, malah sebaliknya. Dia semakin merasa sedih, dan untuk menutupinya Camille menujukkan sikap acuh tak acuhnya sebagai balasan yang- entah kenapa- disukai oleh Greg.

Malam ini sangat berbeda bagi Camille. Tidak ada kelakar yang biasa Greg lontarkan di tengah kesulitan mereka menemukan bahan penawar racun. Bahkan Greg tidak berbicara banyak seperti biasanya. Dia hanya mengawasi gerak-gerik Camille yang tengah mempersiapkan santapannya.

Camille menyadarinya. Ya, dia tahu kalau Greg sudah tidak bisa melontarkan perkataan lucu yang disukainya. Racun itu telah menguras semua selera humornya. Karena itu, kini giliran Camille untuk mencairkan suasana, seperti yang selalu Greg lakukan untuknya.

"Blue Beast, boleh aku bertanya? Kenapa kau tidak menggunakan kekuatanmu untuk membuat api?"

Greg menyeringai. "Bahkan kamu sudah bertanya sebelum aku mengizinkannya." Ia berkata pelan, "Apiku tidak bisa menghangatkan tubuhmu. Apiku hanya bisa digunakan untuk membuat daging dan tulang menjadi debu. Singkatnya, membunuh."

Camille menggigit bibir bawahnya, berusaha menyembunyikan rasa malunya karena sudah menanyakan hal itu. Well, ternyata dia tidak takut dengan ucapan Greg.

"Bagaimana denganmu, nona? Dari mana kau belajar membuat api? Aku yakin bukan Raja yang mengajarimu," ia tersenyum. "Tidak, tepatnya dia tidak bisa membuat api."

"Tentu saja bukan dia," jawab Camille. "Prajurit-prajurit di medan perang yang memberitahuku caranya. Mereka bilang aku harus tahu cara membuat api demi kelangsungan hidupku di medan perang. 'Tempat ini sangat keras', itulah yang mereka katakan kepadaku. Karena itu mereka memberiku batu ini agar aku bisa membuat api sendiri dan tidak bergantung pada orang lain."

"Aku tidak habis pikir Rajamu mengirim seorang gadis ke medan perang. Sebegitu besarkah dosamu terhadapnya?"

Camille meringis. "Aku menolak lamarannya."

"Baiklah, itu dosa besar."

Alis Camille terangkat. "Jadi kau membelanya?"

"Tidak," jawab Greg dengan tenang, "Aku benci pria yang memaksakan kehendaknya pada orang lain, terutama kepada wanita. Pria seperti dia memang tidak pantas mendapatkan dirimu. Mengirimmu ke medan perang hanya memperburuk citranya sebagai seorang pria."

Camille tersenyum. "Well, setidaknya aku bisa menjauh darinya. Di medan perang, aku bertemu dengan banyak orang. Mereka semua- para prajurit terutama- sangat baik kepadaku. Andai saja kami bertemu di waktu lain, kami pasti menjadi teman akrab. Kebencian mereka terhadap kaum-mu begitu besar hingga akhirnya mereka harus mengangkat senjata dan melawan kalian.".

Tear of Mythical Creatures; VampireWhere stories live. Discover now