Chapter 14; Selene

14.4K 1.1K 22
                                    

Aku buru- buru berjalan menuju kamarku, membuka pintunya dan segera menutupnya kembali. Aku segera jatuh terduduk dibalik daun pintu dan merenungkan kejadian yang baru saja terjadi. Sungguh, dia memegang tanganku. Rash memegang tanganku!

Kuamati tanganku yang tadi dia sentuh. Aku masih belum memercayainya. Kenapa dia tiba-tiba berkata seperti itu? Lebih parahnya, kenapa aku menjadi kalang-kabut seperti ini hanya karena dia menggenggam tanganku? Harusnya aku bisa bersikap biasa saja. Aku bisa meninggalkannya segera setelah dia tertidur akibat obat yang kubuat.

Tapi kenyataannya, aku menuruti permintaannya. Aku masih berada di kamarnya selama beberapa saat.

Aku duduk di bagian samping ranjangnya, mengamatinya selama dia tertidur. Wajahnya terlihat sangat damai, juga menawan dengan bulu mata lentik dan bibir yang sulit, ditolak.

Aku menepuk pipiku. Apa yang kamu pikirkan, Selene? Dia memang sedang tidur dan kelihatan lemah, tapi apa yang selalu dikatakan nenek soal sopan santun? Dasar gadis bodoh.

Hanya ditemani kesunyian dan gelapnya ruangan ini membuatku amat bosan. Apalagi aku hanya bisa memandanginya yang mungkin sedang bermimpi.

Tunggu, apa yang sedang dia impikan? Aku ingin tahu.

Tidak, tidak. Itu tidak sopan. Tapi, ini juga bisa menjadi kesempatanku untuk mengenal kekuatan baruku.

Kugenggam salah satu tangannya dan mulai berkonsentrasi, tapi tidak ada yang terjadi. Kucoba untuk memejamkan mata, berusaha untuk berfokus hanya kepada dirinya. Ketika aku membuka mata, aku sudah berada di dunia lain.

Hal pertama yang kulihat adalah hamparan padang bunga nan luas, didominasi warna kuning dan putih. Sebuah rumah kecil berada di tengahnya, sementara langit biru tanpa cela menjadi naungannya. Matahari bersinar begitu terang hingga menyilaukan mataku.

Musim panas.

Tidak salah lagi. Aku sudah berada dalam mimpinya, dan semua ini terasa amat nyata. Aku bahkan bisa mendengar kicauan burung di kejauhan, merasakan hembusan angin hangat yang menerpaku, juga mencium aroma wangi dari bunga-bunga yang bermekaran. Bisa jadi inilah kekuatanku yang tersembunyi, dan harus kuakui ini sangat menakjubkan! Tapi bisa juga mimpinya memang sangat nyata.

Atau, mungkin inilah masa lalunya.

Sebuah pohon raksasa berdiri diatas bukit berumput yang tak jauh dari tempatku berdiri. Disana, ada sesosok perempuan yang duduk menatap pria yang terbaring di sisinya. Pria itu tengah tertidur, sementara sang perempuan membelai kepalanya dengan lembut. Aku tidak bisa melihat wajah gadis itu. Yang bisa kulihat hanya rambut pirang bergelombangnya yang tergerai hingga mencapai pinggang. Tapi si pria, aku mengenalnya. Dia Rash.

Pemandangan di sekelilingku perlahan menghilang dan digantikan oleh kegelapan. Aku membuka mata, dan sekarang aku telah kembali berada di kamarnya. Hari masih gelap, tapi itu tidak menghentikan langkahku menuju kamarku.

Siapa gadis itu?

***

Keesokan harinya aku hendak menanyakan penglihatanku malam tadi kepada Reist. Reist adalah vampire tertua di keluarga ini, jadi kemungkinan dia tahu siapa gadis yang kulihat itu.

Tapi setelah cukup lama mencari, aku tidak menemukannya. Menurut ucapan para pelayan, Reist sedang mengunjungi markas pasukan di bagian utara hutan, memeriksa persediaan untuk kebutuhan perang. Dia orang yang sangat sibuk, dan akhirnya aku harus mengurungkan niatku ini sampai dia kembali.

Tear of Mythical Creatures; VampireWhere stories live. Discover now