Chapter 51; Rash

7.9K 886 82
                                    

솔튼페이퍼 (SALTNPAPER)-Satellite (Ost. Chicago Typewriter)🎵

Mungkin liriknya ga gitu nyambung sama part ini, tapi melodinya menurut Caro pas banget. Silahkan didengar jika tertarik.. 😊

***

Entah audah berapa banyak waktu yang kuhabiskan dalam medan perang. Kegaduhan yang terjadi di kala peperangan; teriakan penuh semangat di awal pertarungan, jeritan yang tak terselesaikan, tangisan memohon belas kasih, juga umpatan dan sumpah serapah di sela-sela ayunan senjata. Semuanya telah kudengar dan saksikan secara langsung di depan mataku. Rasa nyeri akibat tebasan pedang, perih ketika anak panah menyayat kulit, juga sakit di saat tombak menembus perut yang melenyapkan kesadaran. Semua telah kualami sendiri.

Dan seiring berjalannya waktu—seiring dengan semakin banyaknya pertempuran yang kulalui—aku semakin terbiasa dengan hal itu. Hatiku tak lagi gentar menghadapi senjata-senjata yang terarah kepadaku, dan kekhawatiran tak pernah bersinggah di hatiku. Aku bagaikan mayat hidup yang tak lagi merasakan takut, tidak lagi peduli dengan nyawa orang-orang di sekelilingku. Termasuk nyawaku sendiri.

Saat ini jauh berbeda.

Hatiku gentar, pikiranku kalut, telingaku hanya mendengar satu nama; Selene.

Waktu seolah tengah mengerjaiku. Ia bergerak sangat lambat, membuat perjalananku terasa amat panjang. Ingin rasanya aku memaki, menyumpahi sang penjaga waktu. Tapi apa gunanya? Bahkan aku tidak yakin bahwa dia benar-benar ada.

Seketika langkahku terhenti.

Mendadak dadaku terasa nyeri, seolah-olah sebuah benda keras menghantam diriku. Jantungku seakan diremas dengan sangat lambat dan menyakitkan, membuatku seolah tak mampu bernapas dan akhirnya berpegangan pada sebatang pohon dengan salah satu tangan. Rasa sakit ini terlalu hebat untuk bisa membuatku berpikir, terlalu kuat hingga aku merasakan kebutuhan untuk kembali bernapas.

Sesaat nyeri ini berkurang, membuat penglihatanku yang sebelumnya memburam kembali pulih. Namun ada sesuatu yang seakan menghilang dalam diriku. Pikiranku menjadi kosong, namanya tak lagi terdengar di telingaku, dan hatiku terasa, hampa.

Rasa khawatair bagaikan teror segera menerjangku. Jauh lebih parah dari sebelumnya, dan jauh lebih menakutkan dari pada hujaman tombak di dada.

Selene kehilangan kesadarannya.

Segera aku kembali berlari secepat mungkin, seakan ratusan anak panah tengah mengejarku dari belakang. Aku tahu dia kehilangan kesadarannya karena sebelumnya pikiranku sempat kosong saat dia mengalaminya, seperti sekarang.

Namun rasa sakit tadi berbeda. Aku belum pernah merasakan hal ini, dan entah bagaimana aku tahu penyebabnya adalah Selene. Selama ini, sebagian jiwaku berada di dalam dirinya sejak aku menyelamatkan nyawanya melalui ciuman, begitu pula sebaliknya. Bukan energi yang kami berikan satu sama lain, melainkan jiwa kami.

Aku tidak tahu bagaimana aku bisa mengetahui fakta ini. Semuanya terlintas di dalam pikiranku dengan sendirinya. Begitu pula aku tahu bahwa kekuatan Selene mengikat jiwanya untuk melihat kenangan seseorang, dan kali ini dia sampai ikut mengalami apa yang terjadi dalam kenangan itu. Aku juga ikut merasakannya, karena jiwa kami terikat.

Tiba di perpustakaan Lewis bukan menjadi akhir dari kekhawatiranku. Justru perasaan baru yang belum pernah kurasakan terasa semakin nyata ketika tubuh Selene jatuh dalam dekapanku, dan aku melihat darah mengalir dari hidungnya. Senyuman, juga perkatannya yang seharusnya menghiburku malah membuatku semakin merasakannya; perasaan bagaikan kengerian akan kehilangan hal yang amat berharga dan tak tergantikan.

Tear of Mythical Creatures; VampireWhere stories live. Discover now