Chapter 49; Rash

8.1K 770 58
                                    

Kahl meringkik gelisah ketika ia menyadari kondisiku yang semakin memburuk. Beberapa kali genggamanku pada tali kekangnya terlepas, dan itu membuatnya memelankan langkah tepat di tengah hutan.

"Kau sudah tahu apa yang kuperlukan, bukan?" ujarku seraya menepuk tengkuknya pelan. Penglihatanku yang mulai memburuk membuatku tak dapat membimbingnya ke tempat yang kuinginkan.

Ia menjawabnya dengan sebuah dengusan, lalu berbelok semakin dalam menembus hutan. Untungnya dia berjalan dengan pelan sehingga kepalaku yang terasa semakin berat tidak terus terantuk. Ya, diantara semua kuda yang pernah kutunggangi, Kahl adalah yang paling memahami kondisi penunggangnya.

Tentu saja Kahl bukan satu-satunya kuda yang pernah kutunggangi. Ada banyak, sebagian besar di medan perang, dan mereka tewas demi melindungi penunggangnya.

Akhirnya ia menghentikan langkah diantara pepohonan yang berdiri rapat, cukup rapat untuk menyembunyikan kami dari seekor rusa yang tengah beristirahat di bawah sebuah pohon. Jaraknya tidak terlalu jauh, membuatku mampu mendengar degup jantungnya yang teratur memompa darah ke seluruh tubuhnya. Pembuluh darahnya berdenyut dialiri darah yang terus bergerak tiada henti. Darah segar.

Napasnya yang begitu teratur dan sarat akan kehidupan membuatku tersengal seolah kehabisan napas. Secara mendadak kerongkonganku terasa kering, meminta untuk segera dipuaskan. Naluri buas mulai menguasaiku, dan aku sadar bahwa aku harus segera meminum darahnya, atau naluri ini akan terus memperbudakku dan menyebabkan lebih banyak masalah.

Aku beringsut dari punggung Kahl, namun kakiku terasa lemas hingga hampir tak mampu menahan bobot tubuhku sendiri. Aku belum pernah merasa amat haus, juga selemah ini sebelumnya. Ini terjadi karena aku memberikan darahku kepada Rishabel. Hampir seluruh darahku, hingga aku kehabisan tenaga.

Aku berpegangan pada sebatang pohon di sisiku, memandang rusa itu dengan penglihatan yang telah mengabur. Napasku semakin dangkal karena berusaha mempertahankan sebagian besar kesadaran yang hampir dikuasai oleh sisi gelapku. Aku bisa merasakan keringat yang mengalir turun dari keningku, tanda bahwa aku sangat kehausan hingga hampir sekarat.

Dengan hati-hati aku melangkahkan kaki, namun segera terhenti begitu melihat sesosok bayangan yang mendekat dari arah seberang, bersembunyi di balik celah pepohonan seperti diriku. Aku berusaha memfokuskan penglihatan, dan yang kulihat adalah sesosok manusia yang juga hendak memburu rusa itu.

Tidak.

Keterkejutanku melihat pria itu seakan memberi denyut energi yang melesat menembus tubuhku, membuat setiap ujung sarafku terbakar. Tubuhku mulai gemetar menahan rasa haus yang semakin menjadi-jadi. Kepalaku berdenyut nyeri, dan nyeri itu perlahan menjalar ke seluruh tubuh. Aku tahu aku bisa menghentikan rasa sakit ini dengan meminum darahnya. Sisi monsterku terus berteriak agar aku segera membunuh pria itu, menghisap darahnya hingga tak tersisa.

Dan aku tak memiliki cukup kekuatan untuk melawannya.

Menggeram frustasi, aku melompat keluar dari persembunyian dengan sisa tenagaku dan menyerang pria itu. Aku bertanya-tanya kenapa dia berburu di malam hari, dimana hutan menjadi tempat yang semakin berbahaya bagi manusia. Tapi tidak ada waktu bagiku untuk memikirkannya.

Aku mendorongnya hingga terjatuh di tanah, menguncinya dengan kedua kaki yang mengapit tubuhnya dan tangan yang membungkam mulutnya. Ia membelalak terkejut menatapku, kengerian juga tergambar jelas di matanya yang berwarna biru gelap. Ia pasti amat terkejut melihat parasku yang serupa dengan hewan buas kelaparan; mata semerah buah delima, serta seringai menyeramkan bagaikan seekor harimau yang berhasil menangkap buruannya.

Tear of Mythical Creatures; VampireWhere stories live. Discover now