Chapter 8; Selene

17.3K 1.3K 35
                                    

Pagi tadi aku mendapat sepucuk surat yang diselipkan melalui bagian bawah pintu. Isinya memintaku untuk datang ke drawing room sore ini. Aku cukup terkejut saat surat itu tiba-tiba muncul, dan ketika aku hendak memeriksa siapa yang telah menyelipkan surat itu, si pelaku sudah berderap pergi. Cara yang cukup aneh untuk menyampaikan sebuah pesan.

Karena itu, sekarang aku bersiap menuju ke sana. Aku mengenakan sebuah gaun berwarna biru laut dengan hiasan mawar hitam yang kutemukan di lemari, kemudian menata rambutku sebaik mungkin kalau-kalau tujuanku dipanggil ke sana untuk hal penting.

Aku berjalan keluar dari kamar dan menyusuri lorong dengan buta. Walaupun aku sudah menjelajahi manor house ini, aku masih belum mengetahui semua ruangan yang ada dibalik setiap pintu. Apalagi setahuku ada lebih dari satu drawing room di rumah ini. Aku hanya tahu kalau sebagian kamar tidur ada di lantai pertama– karena beberapa pintu memiliki bentuk dan ukuran yang mirip seperti pintu kamarku– bersama dengan ruang makan dan ruangan lain yang terkunci. Lalu perpustakaan serta kamarku dan Rash ada di lantai dua. Ada juga tangga menuju lantai bawah tanah yang kuduga menuju dapur, gudang, dan tempat sejenisnya. Tapi aku tidak berani turun ke sana.

Dengan terpaksa aku hanya bisa mengandalkan naluriku– yang menurutku cukup baik– dan berharap seseorang akan berpapasan denganku.

Dan harapanku tidak sia-sia. Tepat di lorong menuju tangga bawah, ada seorang perempuan yang kurang lebih seusiaku tengah membersihkan jendela. Kutebak dia adalah pelayan di rumah ini, dan itu menjawab pertanyaanku selama ini tentang siapa yang bertugas membersihkan rumah raksasa ini. Mana mungkin tidak ada pelayan di sebuah manor house, bukan?

Tapi jika dilihat baik-baik, gadis itu tidak memiliki kulit pucat seperti penghuni lainnya di manor house ini. Apakah dia, manusia?

Masa bodoh dengan itu. Aku menyapanya dan bertanya, "Hei! Syukurlah aku bertemu denganmu. Apa kamu tahu drawing room mana yang harus kudatangi?"

Dia langsung terkejut begitu mendengar suaraku. Dia bahkan menjatuhkan kain lap yang dipegangnya dan buru-buru membungkuk, "Maafkan aku, Ms. Claudiaz! Sa, saya tidak tahu!"

Ms. Claudiaz? "Hei, tunggu–"

Belum sempat menyelesaikan kalimatku, dia langsung berlari pergi. Apakah aku semenakutkan itu? Taringku bahkan tidak keluar dari persembunyiannya. Dan apa aku tadi tidak salah dengar kalau dia memanggilku dengan nama Ms. Claudiaz?

"Selene."

Aku menoleh, dan di belakangku telah berdiri El. Ia mengenakan kemeja berwarna merah dibalik rompi hitam, juga sebuah celana panjang yang senada dengan rompinya. Ia menggulung lengan bajunya hingga ke siku, persis seperti saat aku bertemu dengannya di perpustakaan. Rambutnya telah ditata, dan dari hasilnya aku tahu dia melakukannya dengan sedikit terburu-buru. Tapi itu tidak mengurangi ketampanannya, juga aura cerah yang terpancar dari senyumannya.

"Menuju drawing room?"

Aku mengangguk.

Ia berjalan  mendahuluiku, dan melihat aku tidak ikut bersamanya, ia berkata lembut, "Aku akan mengantarmu."

Ah, dia tahu aku tidak tahu jalannya. Itu artinya dia mendengarku saat berbicara dengan pelayan itu. "Apa kamu tahu siapa dia?"

"Maksudmu Lhea? Dia maid di manor house ini."

"Apakah dia manusia?"

Dia mengangguk.

Tear of Mythical Creatures; VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang