Chapter 36; Rash

11.8K 1K 74
                                    

Wangi harum menyerbu penciumanku, mengusik tidurku yang terasa amat panjang. Cahaya matahari yang sesekali menembus masuk melewati kelopak mata memaksaku untuk membuka mata. Aku berada dibawah naungan pohon ek. Daun-daunnya berwarna hijau cerah. Musim panas?

Aku bangkit duduk dan melihat sekeliling. Hanya ada hamparan ladang bunga tulip putih yang bermekaran sejauh mata memandang, dan aku berada diatas bukit berumput hijau.

Aku merasa tidak asing dengan pemandangan ini; warna hijau, kuning, dan putih, serta birunya langit diatasku. Apa aku pernah mengunjungi tempat ini?

Seorang gadis melambaikan tangannya kepadaku dari tengah hamparan bunga di bawah. Kurasa dia memanggilku, dan kakiku dengan sendirinya bergerak menghampirinya. Aku berlari dan hampir tersandung oleh gundukan tanah. Untungnya aku punya keseimbangan yang cukup baik.

"Hati-hati dengan langkahmu!" serunya sambil tergelak.

Aku berjalan lebih pelan dan akhirnya berdiri di depannya. Kuperhatikan gadis itu dengan seksama. Sama seperti ladang bunga ini, aku merasa tidak asing dengannya. Gaun putih dengan sedikit hiasan pita kuning yang ia kenakan, rambutnya yang berwarna pirang panjang, mata yang berlainan warna satu dengan lainnya– biru cerah di kanan dan hijau gelap di kiri–, juga senyumnya.

"Tidurmu lama sekali. Lihat, pekerjaanku sudah hampir selesai," keluhnya seraya mengangkat keranjangnya yang penuh bunga dengan wajah kecut.

"Dimana aku?"

"Dimana? Kau berada di ladang bungaku, bodoh."

Bodoh? "Berapa lama aku tidur?"

"Cukup lama," jawabnya. "Seharusnya aku yang bertanya kepadamu, kenapa kamu bisa tidur selama itu?"

"Aku, tidak tahu."

Ia mendesah. "Apapun itu, seharusnya kamu tidak boleh tidur. Lihat akibatnya, aku jadi harus mengumpulkan bunga-bunga ini sendiri."

"Apa aku harus membantumu?"

Ia mendengus kesal. "Tentu saja! Itu kan perjanjian kita." Tak lama ekspresinya berubah, dan dia tergelak. "Dasar bodoh! Kenapa kamu selalu saja membuat ekspresi bodoh itu? Aku tidak tahan melihatnya."

"Ada yang aneh dengan, ekspresiku?"

Tawanya semakin keras, tapi aku tidak merasa kesal. Malah aku ikut senang mendengar tawanya, melihat senyum yang merekah di wajahnya.

"Kamu memang pria yang aneh, bahkan sampai sekarang. Dan asal kau tahu, Rash. Walaupun kamu tampan, kamu tidak bisa mengatur raut wajahmu. Apalagi jalan berpikirmu."

Tanpa sadar aku ikut tersenyum. "Kau sedang mengejekku atau memujiku?"

"Keduanya, kurasa."

Tiba-tiba angin bertiup dengan keras, menerbangkan bunga-bunga di sekitar kami dan juga helai-helai rambutnya yang keemasan. Matanya terpejam, tapi senyum yang sama tak meninggalkan wajahnya. Itu membuatku jantungku memulai tariannya tanpa sebab.

Tunggu, apakah jantungku benar-benar berdetak?

Kuraba dadaku dimana jantungku berada. Ya, aku bisa merasakannya. Jantungku berdetak.

Semua ini pasti mimpi. Dan mimpi ini sangat nyata. Lebih tepatnya, terlalu nyata.

Dan siapa gadis yang ada di hadapanku saat ini? Kenapa jantungku berdebar hanya karena memandangnya?

"Apa aku mengenalmu?"

Ekspresi wajahnya berubah. Sesaat, dia memandang hamparan bunga dengan kosong, lalu air mata menggenang di kelopak matanya. Tapi ia segera beralih memandangku sambil tersenyum sedih.

Tear of Mythical Creatures; VampireWhere stories live. Discover now