Chapter 20; Rash

13.4K 1K 61
                                    

Menyusuri lorong yang bermandikan sinar rembulan, aku bergerak menuju ruangan yang sangat kukenali. Memang aku jarang mengunjungi kastil Sang Ratu, tapi setiap kali aku kemari, ingatanku akan jalan menuju ruangan itu masih sangat jelas, seperti semua kunjungan-kunjuganku sebelumnya baru berlalu kemarin. Begitu pula ingatanku akan alasanku selalu mengunjungi ruangan itu.

Kini aku berada di depan sebuah pintu raksasa, menunggu pintu itu berayun dengan sendirinya. Saat pertama kali datang kemari, aku sangat heran melihatnya. Tapi sekarang aku sudah tahu kalau pintu itu hanya akan terbuka untuk orang yang dipanggil oleh sang pemilik di dalam.

Aku berjalan memasuki ruangan besar, yang merupakan kamar dari sang pemilik kastil. Ia tengah duduk diatas ranjang raksasanya sambil memandang kedatanganku.

Aku berlutut di tengah ruangan dan memberi hormat, seperti yang selalu kulakukan ketika ia memanggilku kemari.

"Rash-ku sayang," katanya dengan suara tinggi khas anak-anak, namun tenang, "Sudah lama kita tidak bertemu. Angkatlah wajahmu agar aku bisa melihatmu."

Aku menuruti perkataannya. Ia berjalan mendekatiku dan mengangkat daguku dengan jari telunjuknya. Ia melepas topengku, memadandangku dengan sepasang manik merah yang besar, "Kau tidak banyak berubah sejak terakhir kali kita bertemu. Kecuali untuk beberapa hal. Berdirilah."

Ia bergerak mengitariku, lalu melingkarkan lengannya yang telah berubah pada pinggangku dari belakang. Aku bisa merasakan wajahnya yang bersandar pada punggungku jauh lebih tinggi dari sebelumnya. Kini dia telah mengubah wujudnya menjadi sosok wanita dewasa, suatu kemampuan unik yang dimilikinya.

"Kau tahu? Aku sangat merindukanmu," ucapnya dengan suaranya yang telah berubah, "Sudah setahun sejak kau terakhir kali menemuiku, dan kurasa sesuatu telah terjadi belakangan ini. Biar kutebak," ia berbisik di telingaku, "Kau telah mengubah seseorang, bukan?"

Aku tidak menjawab, dan itu membuatnya melepas pelukannya. Ia kembali duduk diatas ranjangnya sambil tergelak, "Akhirnya kau bertingkah seperti yang seharusnya. Ngomong-ngomong, bagaimana wujudku saat ini? Aku lelah menggunakan wujud anak-anak itu."

Aku memandangnya yang telah berubah. Gaun tidur yang sebelumnya menutupi tubuhnya hingga mata kaki kini menggantung setinggi setengah betisnya, juga menampilkan lekuk tubuhnya. Warnanya putih, dan itu membuat rambut cokelatnya yang tergerai terlihat semakin cerah. Begitu pula dengan bibirnya yang semerah darah.

"Kau terlihat sangat cantik, Yang Mulia."

"Benarkah? Lalu bagaimana dengan gadis itu?"

Selene. "Dia hanyalah mangsaku."

Ia tertawa geli, "Tidak mungkin dia hanya mangsa biasa jika Rash-ku sampai ingin mengubahnya. Aku yakin, sekarang aku bukanlah wanita tercantik bagimu."

"Anda tetaplah yang tercantik diantara semua wanita, Yang Mulia. Tidak ada yang bisa menandingi keanggunanmu."

Dia tersenyum, "Baiklah, aku percaya ucapanmu. Tapi aku penasaran dengan gadis itu. Siapa dia yang bisa menarik hati Rash-ku yang beku? Apakah dia dari desa manusia? Atau anak seorang bangsawan? Katakan kepadaku, Rash. Bagaimana rasanya meminum darah gadis itu?"

"Dia terasa, manis."

Ia terbahak, "Kalau begitu seleramu masih sangat bagus. Untunglah darah busuk yang selama ini kau minum tidak merusak lidahmu. Tapi," ekspresi ceria di wajahnya menghilang, "Kau belum menjawab pertanyaanku yang satu lagi. Siapa gadis itu?"

"Dia hanya seorang gadis hutan," jawabku.

"Hanya?"

Aku tidak memberi jawaban lagi, karena aku tahu jika aku menjawabnya, keselamatan Selene akan menjadi taruhannya. Tapi kenapa juga aku harus memikirkannya?

Tear of Mythical Creatures; VampireWhere stories live. Discover now