Chapter 35; Selene

9.9K 993 45
                                    

Aku bangkit dari tempat tidurku setelah beberapa jam hanya berbaring diatasnya. Aku bahkan belum mengganti gaunku, dan aku segera menyesalinya. Aku bergerak menuju lemari dan memilih sebuah gaun sederhana berwarna biru muda dan putih. Setelah membasuh wajah dan mengenakannya, aku bergerak menuju ruang bedah.

Ya, tugasku masih belum selesai. Walaupun langkahku terasa berat karena harus melihat kondisi mereka, aku harus melakukannya. Aku harus membuat mereka segera sadar, karena itulah satu-satunya hal yang dibutuhkan semua orang saat ini.

Setelah kejadian kemarin berlalu, keadaan manor house menjadi amat sunyi. Walaupun sebagian besar penghuninya adalah vampire, suasana ceria selalu ada di dalam rumah besar ini.

Dan sekarang suasana itu menghilang ditelan oleh kesedihan. Tidak ada canda tawa Greg serta Camille, juga percakapan ceria pelayan di lantai terbawah. Bahkan alunan musik biola El yang merdu tak terdengar sama sekali. Manor house ini seolah mati.

Aku membuka pintu ruang bedah, dan di dalam sudah ada Lhea yang tengah menyeka wajah Camille yang belum sadar. Perhatiannya teralih ketika aku masuk ke dalam tempat ini.

Ia segera bangkit dan membungkukkan badan mungilnya. "Apa Anda sudah merasa lebih baik, Miss?"

"Ya. Terima kasih sudah merawat mereka selama aku tidak ada, Lhea."

"Saya yang harus berterima kasih kepada Anda, Miss," ujarnya sambil tersenyum tulus. "Tanpa Anda, Master Rash dan Miss Camille tidak akan bisa selamat."

Ia kembali melanjutkan pekerjaannya, sementara aku duduk di sisi lain ranjang Camille, tepat di hadapan Lhea. Aku mengganti perban di lengannya dan mendesah. "Aku belum berhasil menyelamatkan mereka, Lhea. Mereka masih belum siuman."

"Belum, tapi sebentar lagi. Aku sangat yakin akan hal itu, Miss."

Ucapannya berhasil membuatku tersenyum, dan aku kembali berkata, "Aku ingin mengembalikan keceriaan manor house ini, seperti beberapa saat sebelum kami menjalankan misi kemarin."

Dari sudut mataku, aku bisa melihat Lhea yang menghentikan pekerjaannya dan menatapku. "Miss, apa Anda masih menyalahkan diri Anda sendiri?"

Aku ikut menghentikan pekerjaanku, berusaha menahan air mata yang mulai menggenang di kelopak mataku. "Aku sudah berusaha, Lhea. Tapi aku tidak bisa. Karena kecerobahanku, semua orang menerima imbasnya."

"Dan Anda sudah berusaha memperbaikinya." Lhea beranjak dan berdiri di sisiku. Tangannya berada di pundakku, sedangkan mata hazelnya yang berkaca-kaca memandangku.

"Nona, saya selalu percaya bahwa semua yang telah terjadi adalah kehendak takdir, dan yang diatas takkan pernah lupa memberikan jalan keluarnya. Jangan terus bersedih, Miss. Atau pelayanmu ini ikut sedih."

"Teman," timpalku, lalu bergerak memeluknya. Sangat nyaman. Tubuhnya yang mungil memancarkan kehangatan. Begitu pula dengan belaian lembutnya di punggungku, membuatku merasa lebih tenang. .

Aku sangat bersyukur, karena di saat seperti ini masih ada orang yang peduli dengan diriku. Mendekapku dalam pelukannya. Menyayangiku sepenuh hati. Entah apakah aku bisa menemukan jalan keluar dari permasalahan ini. Yang pasti, Lhea telah mengembalikan keyakinanku bahwa masih ada harapan, meski itu hanya secercah cahaya kecil dalam kegelapan.

"Sampai kapan kalian akan berpelukan seperti itu?"

Kami berdua terperanjat dan memandang ke arah ranjang. Di sana, Camille menatap kami dengan kedua manik hitam matanya sambil tersenyum lemah kepada kami. "Jangan menatapku seperti itu. Aku bukan hantu."

"Sa, saya akan segera memanggil Master Gregory!" ujar Lhea seraya berlari keluar.

Apakah ini nyata? Air mata kelegaan berhasil turun dari sebelah mataku, sementara bibirku tak mampu mengucapkan kata-kata untuk menggambarkan kebahagiaan yang kurasakan saat ini. Aku hanya bisa diam terpaku di kursiku.

Tear of Mythical Creatures; VampireΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα