Chapter 1; Selene

32.1K 2.1K 55
                                    

Aku terbangun dari tidurku yang rasanya amat lelap. Sepertinya aku tertidur sangat lama. Tubuhku terasa kaku dan lemah, sulit untuk digerakkan. Bahkan penglihatanku masih buram. Aku hanya bisa menyadari kalau saat ini, aku tidak berada dalam rumah kecilku di hutan. Aku berada di sebuah ruangan besar dengan langit-langit tinggi, ranjang raksasa, dan penerangan yang amat sedikit.

Aku ingin bangun, tapi tubuhku terasa nyeri, terutama di sekitar pundak kananku. Rasanya seperti dibakar besi panas. Apa yang terjadi padaku?

"Akhirnya sang putri tidur bangun juga", suara seorang wanita terdengar dari sisi ranjangku.

Aku menoleh, dan disana duduk seorang wanita berambut pirang pucat, bersandar pada sofa yang di dudukinya. Ia memiliki kulit yang sama pucatnya dengan rambutnya yang tergerai hingga ke pinggul. Mata emasnya memandangku dengan ramah, "Syukurlah kamu segera sadar."

"Siapa kau?", tanyaku.

"Aku Areista. Kau boleh memanggilku Reist."

"Dimana aku?"

"Kau ada di kamarmu."

Aku memandang sekeliling dengan bingung, "Kamarku? Bagaimana aku bisa sampai disini?"

"Ceritanya sangat panjang." Ekspresinya tiba-tiba berubah, "Tunggu, apa kamu tidak ingat kejadiannya?"

Aku berusaha mengingat, tapi tidak ada yang bisa kuingat. Jadi aku menggeleng.

Dia kelihatan berpikir, "Mungkin ini karena kepalamu terbentur saat itu. Apa kamu ingat tentang dirimu?"

Dengan heran aku menjawab, "Tentu saja. Namaku Selene, aku tinggal dirumahku di dalam hutan. Lalu–" Tiba-tiba aku teringat sesuatu, "Ada beberapa orang yang masuk ke dalam rumahku. Mereka menerobos masuk dan mengobrak-abrik seisi rumah dan, ingin melakukan sesuatu kepadaku. Aku membela diri, tapi aku tahu aku tidak akan mampu. Dan kau benar. Kepalaku terbentur cukup keras. Aku mendengar mereka memperdebatkan sesuatu, hingga akhirnya mereka saling, membunuh."

Aku berusaha menghilangkan bayangan kejadian itu dari kepalaku. Mengingatnya membuatku ngeri.

"Lalu?", tanyanya dengan lembut.

Aku mencoba mengingat, tapi seperti sebelumnya, aku tidak mengingat apapun. "Aku tidak tahu. Apa kau tahu yang terjadi setelah itu?"

Ia menggenggam tanganku dan memandangku dengan simpati, "Lebih baik kamu istirahat dulu, memulihkan kondisimu. Jika sudah baik, aku akan menceritakan segalanya kepadamu."

Untuk sesaat, tidak ada percakapan diantara kami. Kamar ini menjadi sangat hening, dan dalam keheningan itu, sekali lagi aku mencoba mengingat kejadian setelah peristiwa mengerikan itu. Tapi entah kenapa aku tidak mengingat apa-apa. Rasanya agak aneh, tapi mungkin aku bisa mengingatnya nanti.

Peristiwa itu memang sangat mengerikan. Sejauh ini, itulah hal yang paling buruk dalam hidupku. Sejak kecil aku tinggal tinggal di rumah yang sebenarnya bisa dibilang gubuk, dan setelah nenek yang merawatku meninggal, aku hidup sendiri di hutan. Aku tidak tahu kenapa aku bisa sampai disana dan ditemukan oleh nenek. Yang pasti dia telah merawat dan memberiku banyak pengetahuan, terutama tentang obat-obatan dan penangkal racun.

Nenekku dikenal sebagai tabib yang ahli dalam mengobati berbagai penyakit. Orang-orang di sekitar desa menyebutnya 'Sang Penyihir'– meskipun dia tidak memiliki kemampuan sihir sama sekali. Ada pula yang menyebutnya 'Penyihir dari Midwood'– karena kami tinggal di dekat Desa Midwood.

Aku selalu membantunya mengumpulkan tanaman obat di sekitar hutan dan meramu obat-obatan sederhana. Aku juga membantunya mengantarkan obat ke rumah-rumah penduduk desa, berhubung ia sudah tidak mampu berjalan jauh. Apalagi saat ini banyak obat-obatan yang diperlukan oleh pemerintah untuk mengobati para prajurit yang terluka akibat perang.

Tear of Mythical Creatures; VampireWo Geschichten leben. Entdecke jetzt