Chapter 12; Selene

13.7K 1.1K 3
                                    

Entah sudah berapa lama aku berjalan mondar-mandir di sepanjang lorong depan kamarku. Mungkin dua jam? Atau lebih? Atau mungin kurang?

Aku benar-benar dibuat bingung sekaligus khawatir. Sudah tiga hari sejak pertarungan di hutan itu berlalu, dan aku sama sekali belum bertemu dengan Rash. Mungkin dia masih beristirahat di kamarnya, tapi kenapa lama sekali? Bukannya vampire bisa sembuh dengan cepat? Apakah dia masih sakit karena racunku? Haruskah aku memberi obat tidur Camille untuk membantu proses penyembuhannya? Tidak. Obat itu tidak akan bisa diminum olehnya karena dia akan melihat masa lalu bayi-bayi itu. Mungkin aku bisa membuat obat tidur untuknya.

Tapi, maukah dia menerima bantuanku? Apakah dia benar-benar sudah memaafkan aku?

Dia membuat pikiranku kalut.

Aku mendesah dengan keras dan akhirnya memutuskan untuk kembali ke kamar. Tapi langkahku langsung terhenti begitu mendengar suara dari balik pintu kamarku. Aku membukanya, dan di dalam seorang pelayan tengah membersihkan vas bunga yang ada diatas meja. Dia membelalak terkejut ketika melihatku dan segera membungkuk. Dari gelagatnya, aku tahu dia akan kabur lagi.

"Tunggu!" cegahku. Aku berusaha berbicara selembut mungkin, "Kumohon, jangan pergi."

Ia mengangkat wajahnya sedikit, tapi segera menunduk lagi.

"Apa kamu takut kepadaku? Aku ingin berbicara denganmu, jika kamu tidak terlalu sibuk."

"Sa, saya tidak sibuk. Saya bisa berbicara dengan Anda, lady."

"Baiklah. Duduklah disampingku," kataku seraya menepuk sofa di sebelahku. Dia segera duduk, tapi masih menyembunyikan wajahnya dariku.

"Panggil saja aku Selene. Aku benar-benar belum terbiasa dengan semua ini, berhubung aku masih newborn. Namamu Lhea, bukan?"

"Yes, miss."

"Sekarang kamu memanggilku miss. Panggil saja aku dengan namaku."

Ia mengangguk pelan.

"Maaf jika aku sudah mengagetkanmu tadi, juga beberapa hari yang lalu. Aku sama sekali tidak menyangka perbuatanku bisa membuatmu terkejut seperti barusan."

"Justru saya yang harus minta maaf karena sudah bersikap tidak sopan kepada Anda. Tapi kalau boleh saya tahu, kenapa Anda ingin berbicara dengan saya?"

Aku meringis, "Aku sedang bosan dan, kesepian."

Dia mengangkat alis, lalu mengangguk pelan, "Kalau begitu, saya bersedia menemani Anda."

"Terima kasih," jawabku tersenyum, "Aku diberitahu El kalau kamu manusia. Apa itu benar?"

"Ya, saya dan semua pelayan disini adalah manusia. Lady Lordvaine sendiri yang mempekerjakan kami untuk melayani manor house ini. Sebenarnya, beliau bisa dibilang adalah penyelamat kami. Dia telah membawa kami keluar dari perbudakan bangsawan yang kejam."

"Kamu kelihatannya sangat menghormatinya."

Dia mengangguk sambil tersenyum, "Dia adalah orang berhati paling mulia yang pernah saya kenal. Beliau memperlakukan kami seperti temannya sendiri tanpa memandang latar belakang dan perbedaan kami. Bahkan kami diizinkan untuk memanggilnya dengan nama langsung, seperti yang baru saja Anda lakukan. Tapi kami, para pelayan enggan melakukannya, jadi kami memilih untuk memanggilnya dengan Ms. Areista. Tidak terlalu formal, tapi masih sopan. Dan panggilan itu berlaku kepada semua penghuni manor house ini."

"Jika saya boleh mengumpamakannya, Ms. Areista adalah vampire berhati malaikat," katanya mengakhiri seraya tersenyum malu.

"Lalu, kenapa kamu takut denganku?"

Tear of Mythical Creatures; VampireWhere stories live. Discover now