Chapter 59; Selene

1.1K 212 42
                                    

Aku terus bergerak menembus hutan, mengikuti alunan musik El sebagai penunjuk arah. Kurasa waktu telah berlalu cukup lama sejak aku dan Rash memasuki hutan. Mungkin malam telah memasuki paruh waktunya, melihat dari tingginya bulan yang berada di atas kepalaku saat ini.

Entah apa sebabnya, aku merasa waktu berlalu dengan sangat cepat, namun di saat yang sama juga terasa lambat. Aku telah lama berlari di dalam hutan, dan tentunya itu kulakukan dengan kecepatan vampire. Namun sebanyak apapun langkahku, aku tidak kunjung juga sampai pada sumber suara yang kudengar. Seakan alunan musik El tidak hanya menciptakan ilusi yang dilihat oleh mataku, namun juga mengubah persepsi waktuku. Tidak ada yang tahu mengenai kebenaran hal ini.

Untuk sesaat aku larut dalam pikiranku, memikirkan seperti apa kondisi El ketika aku menemukannya. Apakah dia sedih, ataukah amarah masih menguasai hatinya? Apakah dia mau bisa menerima penjelasanku bahwa Rash bukanlah orang yang membunuh Lewis?

Maukah dia mendengarku?

Tiba-tiba alunan musik El tidak lagi terdengar, membuat seisi hutan kini sunyi tanpa sedikitpun suara. Sebuah cahaya redup bersinar di kejauhan, membuatku segera menghentikan langkah. Dengan hati-hati aku berjalan melewati beberapa deret pepohonan di depanku, dan ketika aku mencapai akhirnya, aku menemukannya.

Ia berdiri tidak jauh dari sebuah bangunan rumah kecil yang terlihat kosong. Hamparan rumput rendah yang menguning mengelilinginya, dan sekilas rumah itu mengingatkanku kepada rumahku sendiri.

Namun ia tidak sendiri. Cahaya redup yang tadi kulihat berasal dari seorang wanita berambut brunet terang yang saat ini berdiri di hadapan El. Ia menatap wanita itu nanar, sementara wanita itu tersenyum sambil menangkupkan kedua tangannya di wajah El.

Apakah wanita itu adalah istri El?

Tidak lama cahaya yang terpancar dari wanita itu semakin redup, mengubah wujudnya menjadi sekumpulan kunang-kunang yang bergerak ke arahku. Spontan aku segera melindungi wajahku dengan tanganku, dan ketika aku menurunkannya, kedua mata kami saling bertemu.

Matanya bersinar dengan cahaya emas yang lebih terang dari biasanya—indah, namun janggal. Keterkejutan tergambar jelas di mata itu, namun dari semua yang kulihat, kehampaanlah yang paling terlihat di matanya.

"El?" Kuberanikan diri untuk melangkah keluar dari balik bayang-bayang pepohonan. Kini aku bisa melihat dirinya dengan lebih jelas—ia masih memakai kemeja yang sama seperti yang ia kenakan ketika meninggalkan manor house, menggulungnya hingga ke siku. Jika ada yang berbeda, itu adalah rambutnya yang kini sedikit berantakan serta kulitnya yang terlihat lebih pucat dari biasanya.

"Elegar?" Sekali lagi aku memanggilnya, dan kali ini ia tidak lagi diam bergeming. Ia melepas kedua genggamannya dari alat musik yang sedari tadi ia pegang, kemudian berjalan kepadaku. Satu langkah, kemudian dilanjutkan dengan beberapa langkah yang berubah menjadi langkah cepat, hingga akhirnya ia tiba di hadapanku dan segera melingkarkan kedua lenganya yang kokoh dan memelukku.

Aku terlalu terkejut untuk bereaksi. Tubuhku mematung dalam dekapannya yang erat, seakan ia takut kehilangan diriku. Aku tidak tahu apa yang ada dalam benaknya saat ini, tapi aku bisa merasakan sesuatu yang berbeda dari dirinya. Seakan pria yang saat ini memelukku bukanlah El yang selama ini kukenal.

Atau mungkin, inilah diri El yang sesungguhnya.

"Kumohon, jangan pergi," ucapnya lirih, hampir terdengar seperti bisikan. "Jangan lagi."

Tubuhnya sedikit gemetar sementara ia membenamkan wajahnya dalam lekuk leherku, membuatku tenggelam semakin dalam di pelukannya. Aku ingin segera menyudahi situasi yang canggung ini, namun tidak bisa. Tidak setelah aku merenungkan perkataannya barusan yang ia ucapkan dengan penuh kesedihan. Kurasa dia mengira aku adalah wanita itu. Mungkin, ia masih berada dalam ilusi yang dia buat sendiri.

Tear of Mythical Creatures; VampireWhere stories live. Discover now