Chapter 17; Selene

13.8K 1.1K 45
                                    

"Kita sudah sampai."

Aku memandang dari balik jendela. Di kejauhan, berdirilah sebuah kastil megah yang berada di pinggir tebing tinggi. Menara-menara ramping menjulang menggapai langit dibalik tembok gamping yang kokoh, menambah keindahan dari kastil itu sendiri tapi juga memberi kesan misterius. Ya, kastil itu terlihat sangat indah. Tapi karena pemiliknya adalah seorang Ratu kerajaan vampire, bangunan itu juga kelihatan menyeramkan.

"Jika ada yang menanyakan identitasmu," katanya memecah lamunanku, "Katakan saja kau adalah Lady Claudiaz, anggota baru keluarga Duchess Lordvaine."

Aku mengangguk.

Setelah melewati gerbang, kereta kami bergerak menyusuri jalanan yang diapit oleh kebun bunga mawar merah yang tengah bermekaran. Beberapa patung berdiri di tengah kebun itu. Patung-patung itu terbuat dari marmer, berwajah malaikat yang sedang memegang kendi berisi air yang mengalir ke kolam dibawahnya. Sayapnya terlipat lunglai seperti wajahnya yang muram. Indah, tapi suram.

Setelah mengenakan topengnya, Rash membuka pintu dan melompat turun. Ia membantuku keluar dari kereta sementara tanganku yang lain sibuk dengan gaun super beratku. Setelah selesai, aku baru bisa melihat bagian depan kastil yang kini menyambutku dari balik tudung jaring. Sangat megah.

Rash menawarkan lengannya tanpa bersuara, yang kusambut dengan sedikit keraguan karena sikapnya yang mengherankan dan sangat sopan. Kami berjalan menaiki anak tangga satu per satu menuju pintu depan yang dijaga oleh dua vampire berwajah pucat.

Salah satu dari mereka berdiri di depan kami, lalu membungkuk hormat, "Selamat datang, Sire?"

"Earl dan Lady Claudiaz," jawab Rash memperkenalkan diri, "Kami datang mewakili Duchess Lordvaine yang berhalangan hadir."

Vampire itu memandangku sesaat dengan tatapan yang membuatku tak nyaman, lalu tersenyum, "Silahkan masuk, Lord and Lady."

Pintu pun terbuka, dan kami berjalan masuk meninggalkan kedua vampire itu. Bagian hall kastil ini amat luas dan dipenuhi oleh alunan musik dansa, juga kerumunan vampire berpakaian pesta yang tersebar di setiap penjuru. Sebagian besar mengenakan pakaian bernuansa gelap atau hitam, hanya segelintir yang mengenakan warna cerah. Aku belum pernah melihat vampire yang jumlahnya sebanyak ini sebelumnya– aku bisa tahu mereka vampire dari kulit mereka yang seputih kertas dan gelas-gelas berisi cairan merah di salah satu genggamannya.

Beberapa orang menyadari kehadiran kami, dan aku bisa merasakan belasan pasang mata yang mengamatiku ketika kami bergerak melewati orang-orang. Ada yang memandangku dengan penasaran, ada pula yang menatapku tajam.

Ketika kusapukan pandanganku ke satu sisi, aku melihat sebuah kerumunan yang mengelilingi seseorang ditengah. Tidak, dua orang. Seorang wanita vampire tengah menghisap darah pria manusia dalam pelukannya. Tanpa sengaja mataku bertemu dengan mata merah wanita itu yang memelototiku, mendesis memamerkan gigi taringnya yang telah memanjang dalam seringainya.

Sekarang aku mengerti kenapa dia menyebutnya acara pembunuhan.

Jangan balas menatap. Angkat wajahmu dan bersikaplah layaknya seorang bangsawan yang seharusnya. Mereka hanya vampire rendahan.

Kuturuti suaranya yang menggema dalam benakku. Suaranya tegas dan tenang, memberiku sedikit keberanian untuk terus melangkah melewati tatapan orang-orang yang semakin banyak tertuju padaku. Jujur, berada di sisinya membuatku merasa lebih nyaman. Seolah dia adalah tongkatku untuk berjalan, atau perapian yang menghangatkanku meski ia tidak menguarkan hawa panas.

Tear of Mythical Creatures; VampireWhere stories live. Discover now