Chapter 15; Selene

12.1K 1.1K 6
                                    

Setibanya di kamar Rash, aku langsung memeriksa luka yang ada di tubuhnya. Lukanya sudah menutup sepenuhnya, tapi sepertinya dia masih bisa merasakan rasa sakitnya.

"Apa kamu mau obat pereda nyeri?"

"Tidak perlu. Lagi pula rasa sakitnya akan segera menghilang."

Benar juga. Aku selalu lupa kalau sekarang aku berada di tengah lingkungan para vampire.

Dan, kenapa suasananya canggung sekali? Aku sudah sering mengobati pria-pria yang terluka akibat perang, dan melihat tubuh mereka sudah menjadi keseharianku. Bukan berarti aku ini perempuan mesum. Sungguh!

Tapi kali ini rasanya berbeda. Pria yang saat ini di depanku benar-benar berbeda. Dia, membuatku merasa agak risih. Ini aneh, karena sebelumnya aku tidak terganggu sama sekali ketika mengobatinya. Melihat gumpalan ototnya yang tidak berlebihan, juga kulitnya yang dipenuhi bekas luka namun indah, seolah, menghipnotisku.

"Apa kau selalu seperti ini?" tanyanya memecah lamunanku.

Aku membelalak terkejut. Apa dia memperhatikan tingkahku sedari tadi? Jangan-jangan, dia tahu kalau aku memperhatikan tubuhnya? Oh, tidak! "A, aku.. Anu, eh.."

Mata kelabunya memandangku dengan bingung, "Maksudku, kau tetap bertingkah seolah aku ini manusia dan perlu obat. Apa kamu selalu seperti ini?"

Oh, itu maksudnya. Syukurlah. Dalam hati aku menghela napas lega. Aku nyengir malu, "Aku telah melayani pasien seumur hidupku, jadi sulit bagiku untuk menghilangkan kebiasaan itu."

"Aku bukan pasienmu."

"Kamu sudah menjadi pasienku sejak aku melukaimu. Kamu tanggung jawabku."

Dia hanya terdiam. Tunggu, apa yang baru kukatakan barusan? Itu tidak berlebihan, kan?

Kuberanikan diriku untuk mengintip melihatnya, karena sejak tadi aku tidak berani menatap wajahnya. Yang kulihat adalah tatapannya yang tajam mengawasiku, seperti mencari-cari sesuatu dalam diriku. Seperti serigala yang mengawasi mangsanya.

Dan kurasa, ini pernah terjadi sebelumnya.

Buru-buru aku mengalihkan pandanganku darinya dan kembali melanjutkan pekerjaanku. Meskipun aku tidak melihatnya, aku tahu dia sudah berhenti menatapku, lalu mendesah. Akhirnya aku bisa menghela napas lega.

Sebenarnya, ada banyak pertanyaan yang ingin kuajukan padanya.

"Katakan saja," katanya tiba-tiba.

Aku terkesiap, "Ka, kamu membaca pikiranku?"

"Kamu mengatakannya dengan sangat keras."

"Bagaimana kamu bisa melakukannya?"

Dia mengangkat bahu. "Tapi aku hanya bisa mendengar pikiranmu. Mungkin karena aku yang mengubahmu."

"Apakah ini juga termasuk saat kamu mengatakan sesuatu dalam pikiranku?"

Dia mengangguk.

"Apa aku bisa melakukannya?"

"Cobalah."

Bolehkah aku bertanya lagi? Kataku dalam hati.

Dia mengangkat alis, "Apa kamu selalu banyak bertanya?"

Ternyata bisa! Aku tersenyum simpul, "Rasa penasaran adalah dosa terbesarku."

"Tapi bukan dosa yang terbesar."

Jawabannya persis seperti yang El katakan waktu itu. Aku kembali bertanya, "Kalau boleh tahu, bagaimana kamu bisa mendapatkan luka-luka itu di tubuhmu? Maksudku, bekas luka lain selain yang kubuat."

Tear of Mythical Creatures; VampireWhere stories live. Discover now