Chapter 26; Selene

11K 927 26
                                    

Kepedihan yang Camille rasakan memang mempengaruhiku. Rasa kehilangan yang ia rasakan juga dapat kurasakan. Tapi kenyataan bahwa Greg telah mati membuatku bingung. Jelas sekali Greg belum mati! Jika dia sudah mati, mana mungkin aku bisa mengenalnya saat ini?

Ada dua kemungkinan yang berkelebat dalam pikiranku. Mungkin Greg terluka cukup parah hingga nenek mengiranya sudah mati, atau nenek telah berbohong kepada Camille.

Aku sangat penasaran akan apa yang sebenarnya terjadi, dan di saat yang sama merutuki diri sendiri.

Rasa penasaran benar-benar dosa terbesarku.

Saat ini aku telah berada di waktu lain, tepatnya dua tahun sejak kematian Greg menurut ingatan Camille. Sullivan dan dirinya tengah mengunjungi sebuah desa untuk mengobati orang-orang di sana, dan secara tak terduga pasukan vampire menyerang desa itu.

Dalam waktu singkat desa itu menjadi kacau balau. Orang-orang berlari kesana-kemari sambil menjerit ketakutan, ada juga yang segera berlari menuju hutan dan bergabung dengan rombongan yang telah berlari lebih dulu.

Di dalam rombongan itu, aku bisa melihat Camille dan Sullivan yang juga memiliki wajah panik penduduk desa di sekitarnya. Sesekali mereka menoleh ke belakang untuk memastikan rombongannya tidak terkejar oleh pasukan vampire. Tapi sebenarnya pasukan itu tidak mengejar mereka. Para vampire hanya menghancurkan desa dan menangkap beberapa orang yang masih berada di dalamnya.

Dan di satu momen, ketika Camille menoleh ke belakang, ia melihat kilauan cahaya biru yang berasal dari arah desa. Hanya sekilas, tapi Camille tidak akan melupakan warna biru yang pernah ia lihat di medan perang dua tahun lalu. Warna yang sama, dan itu segera menghentikan langkahnya.

"Camille?"

Sullivan yang berlari mendahuluinya sebelumnya kini berdiri di sisinya dengan heran, dan Camille tak sedikitpun menatapnya. Penduduk desa juga sudah berlari mendahuluinya mereka, tapi Camille masih bergeming di tempatnya.

"Apa selama ini, kau membohongiku?"

Bingung, Sullivan mengikuti arah pandangannya. Seketika ia mematung, dan dengan terbata-bata ia berkata, "Ca, Camille, aku bisa jelaskan ini-"

"Kenapa kau membohongiku, Sullivan?" Suara Camille berubah meninggi saat menanyakannya. "Kenapa kamu tidak memberitahuku kalau dia masih hidup?"

Perasaan kecewa tergambar jelas di mata Camille yang sehitam langit malam, dan Sullivan hanya bisa membalasnya dengan rasa sesalnya. "Waktu itu dia memintaku untuk mengatakan kepadamu kalau dia sudah mati. Dia tidak ingin kau terus mengingatnya. Yang dia inginkan hanya agar kamu bisa melanjutkan hidup dan bahagia."

"Bahagia?" Camille tertawa singkat. "Omong kosong! Selama ini aku mengiranya sudah mati, dan aku terus dihantui oleh perasaan bersalah. Mungkin kau mengira aku sudah melupakannya, tapi nyatanya tidak! Dia terus kembali ke dalam pikiranku, bahkan tanpa sekehendakku dia telah kembali sekarang. Apa kau tidak tahu artinya?" Camille menitikkan air mata dan berujar, "Kami ditakdirkan untuk bertemu kembali, dan aku, mencintainya."

"Camille, maafkan aku," ucap Sullivan penuh penyesalan.

Di kejauhan, kilauan biru yang tadinya bersinar perlahan memudar, dan itu memantapkan hati Camille. "Aku harus mencarinya."

"Tidak!" Sullivan menggeleng ngeri. "Camille, meskipun kau mencintainya, kau harus sadar kalau dia adalah vampire! Dia bisa membunuhmu!"

"Tidak," ucap Camille pelan, tapi tegas. "Dia bukan seorang pembunuh. Namanya Gregory."

Setelah mengatakannya, Camille langsung berlari, meninggalkan Sullivan yang berdiri sendiri memandang kepergiannya. Itu menjadi pertemuan terakhir mereka, tapi bukan akhir dari persahabatan mereka. Walaupun Camille sangat kecewa kepada Sullivan yang telah membohonginya, itu bukan sepenuhnya kesalahannya. Dia hanya menuruti permintaan seorang vampire yang memohon kepadanya.

Tear of Mythical Creatures; VampireWhere stories live. Discover now