Chapter 4; Selene

18.6K 1.5K 35
                                    

Setelah beberapa hari mengumpulkan bahan, aku berhasil menyelesaikan mahakaryaku. Sebuah racun yang amat mematikan, bahkan setetes saja sudah dapat membunuh vampire yang hidup abadi. Akan kugunakan racun ini untuk membunuhnya. Ya, untuk membunuhnya.

Rencanaku adalah membunuhnya ketika menjelang matahari terbit. Aku akan menghujamkan belati yang sudah kulumuri dengan racunku ke tubuhnya. Saat matahari terbit, dia tidak akan punya cukup kekuatan untuk melawan racunku, dan dia akan mati segera setelah racunnya menyebar. Tidak akan ada orang yang beraktivitas menjelang pagi, dan itu akan sangat menguntungkan. Ini pasti berhasil. Tidak, ini harus berhasil.

Waktu yang kutunggu akhirnya tiba. Setelah mempelajari manor house ini selama sehari, aku tidak mengalami kesulitan yang berarti untuk menemukan kamarnya. Ada belasan kamar dan ruangan di manor house ini, dan kamarnya ada di paling ujung lorong lantai dua. Pintunya sedikit terbuka. Dengan hati-hati aku membuka pintu tanpa menimbulkan suara sedikitpun.

Dia sedang berdiri di depan jendela raksasa, memandang langit malam bagaikan patung tak bergerak. Sedang apa dia?

Aku melangkah masuk tanpa suara- salah satu kemampuan yang bisa kulakukan setelah menjadi vampire. Kutarik belatiku dengan hati-hati sambil terus mendekat. Dan ketika aku tepat berada di belakangnya, aku segera menghujamkan belatiku menembus punggung kirinya.

Ia membuat suara tercekat, dan darah berwarna merah gelap mengalir keluar menodai kemeja putihnya. Aku segera menarik belatiku, membuat tubuhnya yang semula seolah bertumpu pada belatiku jatuh ke lantai. Darah yang amat banyak langsung merembes keluar dari lukanya, matanya terpejam dan tak terbuka lagi.

Aku berhasil. Ya, aku berhasil! Beban yang selama ini kurasakan seolah menghilang. Meski tubuhku gemetar, tanganku terasa licin memegang belatiku karena darahnya, aku merasa amat bangga. Amat baha-

Tiba-tiba tangannya mencengkeram gaunku. Spontan aku menjerit, menyentakkan gaunku dengan sekuat tenaga- dan yang keluar adalah tenaga vampire. Aku melangkah mundur, tercengang melihat dirinya yang mulai bangkit dari kematian.

Bagaimana mungkin dia masih hidup? Aku yakin sudah menusuknya tepat di jantungnya, bahkan bagian depan bajunya juga ternodai darah. Belatiku telah menembus dadanya. Kenapa bisa? Kenapa?

Ia mencengkeram tanganku- jenis yang dapat meremukkan tulang menjadi serpihan kecil- dan dengan gerakan yang cepat ia menghimpitku diantara dirinya dan tembok. Kedua tangannya terbenam pada tembok yang telah retak karena kekuatannya. Sisi-sisi mulutnya ternodai darah, dan matanya, mata merahnya memandang tajam kedua mataku. Aku tak dapat mengalihkan pandanganku darinya, entah karena takut atau hal lain.

"Katakan, apa maumu?" Suaranya terdengar serak dan dalam, seperti sedang menahan sesuatu keluar dari kerongkongannya.

Rasa benciku kembali menguar, bercampur dengan ketakutanku yang tanpa suara. Rasanya aku ingin meledak!

Kurasakan gigi taringku meluncur. Kuluapkan seluruh perasaanku kepadanya, "Apa mauku? Kau kira setelah apa yang kau lakukan kepadaku, aku bisa menerimanya? Tidak! Aku ingin membunuhmu, menghancurkanmu! Bahkan kalau bisa membakarmu hidup-hidup, melihatmu menderita hingga mati!"

"Dan akankah kau puas setelah melakukan semua itu?" Ia tertawa serak, memamerkan giginya yang mengerikan dan ternodai darah pekat, "Asal kau tahu, aku lebih mendambakan kematian jika kematian itu sendiri masih berpihak kepadaku. Tapi kau? Kau malah datang kepadaku, memohon kehidupan abadi ini hanya untuk satu alasan yang tidak masuk akal."

Aku terdiam, "Apa maksudmu?"

"Kau lupa? Mungkin kamu harus melihatnya sendiri. Bacalah pikiranku."

Tear of Mythical Creatures; VampireWhere stories live. Discover now