BARANG BUKTI

1.8K 368 54
                                    

"Ji, lo gapapa 'kan?" Tanya Fenly saat melihat Fajri termenung di koridor sekolah, Fajri mengangguk sambil memberikan senyum palsunya.

"Yaudah, ayo cabut. Abang Abang udah pada nungguin di rumah gue" sambung Fenly Kembali.

***

Fiki sudah sampai di kamarnya, setalah hampir 40 menit ia menahan takut karna berada satu mobil dengan kaka tirinya, Fiki merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya.

"Fiki anak haram, Fiki anak haram" ejek beberapa anak kecil kepada fiki, Fiki kecil hanya menangis tanpa perlawanan.

"Jangan ganggu adek akuuuuuuuuuu!" Teriak Fajri kecil dari jarak yang tidak cukup jauh dari mereka.

Fajri kemudian langsung membungkukkan tubuhnya seperti seekor banteng, ia mendorong semua anak-anak yang menggangu Fiki dengan kepalanya, hingga beberapa anak terpental

Anak-anak itu menangis dan pulang, meninggalkan Fajri dan Fiki, Fajri langsung menghampiri Fiki yang masih menangis dan memeluknya.

"Abang, Piki takut" lirih Fiki kecil dalam pelukan Fajri

"Piki, jangan takut 'kan ada Abang, gak akan ada yang bisa jahatin Piki selama ada abang, Abang Piki kan Ultraman yang kuat" ucap Fajri kecil sambil mengangkat kedua tangannya bergaya seolah seorang super hero

Fiki kemudian tersenyum dan menghapus air matanya, ia tau, sejahat apapun dunia, tidak akan pernah bisa melukainya selama ada Fajri di sampingnya

"Abang, Piki kangen" lirih Fiki sambil menatap langit langit kamarnya

Fiki tidak berbohong, ia benar-benar merindukan sosok Fajri di hidupnya, Fajri yang selalu mengaku seorang Ultraman dan berjanji akan selalu melindunginya, namun di satu sisi Fiki juga ingin merasakan kasih sayang dari ibu kandungnya.

*BRAKKKK
Kaka tiri Fiki membuka pintu kamar Fiki dengan keras, membuat Fiki kaget dan langsung bangkit dari tidurnya.

"K-kak Fariz?" Ucap Fiki dengan badan yang gemetar karna ketakutan.

"Duit! Bagi gue duit buruan!!!"

"Piki, udah gak punya duit, kak" ucap Fiki sambil menunduk karna ketakutan

"Berani bohong lo sama gue?!" Fariz kemudian menarik tangan Fiki dan mendorong nya ke sudut kamar hingga bagian belakang Fiki terbentur ujung meja belajarnya

"AW" ringis Fiki

"Buruan, mana duit?!!"

"Ka.. Piki gak bohong, Piki beneran gak punya duit sama sekali" jawaban Fiki membuat Fariz geram hingga memukul Fiki berkali-kali

"Abang, tolongin Piki bang, Abaaaang" ucap Fiki bersama dengan tangisannya

"Dasar bocah gak berguna! Mau lo nangis darah pun, Abang lo gak akan bisa nolongin lo" Ucap Fariz kemudian meninggalkan Fiki begitu saja

"Abang, piki takut" lirih Fiki yang menangis di sudut kamarnya, sambil memeluk kedua kakinya yang di tekukan di depan dadanya

Fariz memang anak orang kaya raya, namun ia menggunakan Fiki sebagai alat mendapatkan uang untuk membeli obat obatan terlarang, agar keluarga nya terutama papahnya tidak curiga.

Bahkan kemarin Fariz menjual ponsel Fiki karna uang Fiki sudah habis.

**

"BANGAT!!" ucap Gilang secara reflek saat sedang mendengarkan suara Fiki melalui alat sadap suara yang di sambungkan langsung ke laptopnya.

"Kenapa bang? Piki kenapa?" Tanya Fajri yang panik

"Bentar gue save dulu, biar bisa jadi barang bukti"

Selesai Gilang menyimpan rekaman suara Fiki tadi, kemudian memutarkan ulang rekaman tadi tanpa headset agar semua bisa mendengar.

"BANGSAT!!!" ucap Fajri yang kemudian hendak bergegas keluar menghampiri Fiki, namun di tahan oleh Farhan

"Lepasin gue, bang, lepasin!" ucap Fajri dengan emosi

"Ji, tenang dulu Ji, tenang" ucap Farhan mencoba menenangkan Fajri

"GIMANA CARANYA GUE BISA TENANG?! KALO ADEK GUE LAGI DI SIKSA DISANA?! GIMANA CARANYA GUE BISA TENANG?! KALO DI SANA ADEK GUE LAGI MANGGIL-MANGGIL GUE, MINTA TOLONG?! GIMANA CARANYA BANG! GIMANA?!! JELASIN KE GUE!!!" ucap Fajri dengan nada yang tinggi namun di ikuti dengan air mata

Shandy langsung memeluk Fajri tanpa berbicara apapun.

"Bang, adek gue bang" lirih Fajri yang sedang berada di pelukan Shandy

Mendengar lirihannya Fajri semua kemudian memeluk Fajri bersama sama.

**

Jam menunjukkan pukul 05.30
Fenly, Fajri, Zweitson dan Fiki sudah berkumpul di sekolah bersama murid murid lainnya untuk menuju ke Bandung.

"Semuanya langsung naik ke bis, ya, inget duduk sesuai nomernya" perintah Pak Rudi selalu penanggung jawab mereka

Fiki menghela napas panjang saat tau ia harus duduk berdua dengan Fajri, ya Fajri sengaja meminta ke pak Rudi agar mereka bisa duduk berdua

Fiki duduk di dekat kaca sedangkan Fajri duduk di pinggir, terlihat jelas Fiki kedinginan, Fiki menutup AC AC kecil yang berada di atasnya

"Kenapa gak bawa jaket? Kan udah di bilangin sama Pak Rudi suruh bawa jaket?" Tanya Fajri namun tidak ada jawaban dari Fiki

Fajri menghela napas panjang, dan membuka jaket yang sedang ia gunakan lalu memakaikan nya ke Fiki

"Pake" singkat Fajri sambil menutup tubuh Fiki dengan jaketnya

**

Kini Shandy, Ricky, Gilang dan Farhan sedang berada di pengadilan untuk mengajukan gugatan hak asuh Fiki, di temani dengan Bayu kenalan Shandy yang sudah sukarela menjadi lawyer mereka.

"Sidang pertama akan di adakan tiga hari lagi, pastikan tidak ada kesalahan atau hal buruk yang berhubungan dengan hukum selama gugatan ini berlangsung" jelas Bayu yang di angguki oleh Shandy, Ricky, Gilang dan Farhan

"Yasudah, kalau begitu gue balik dulu ya Shan, gue masih ada kerjaan yang harus gue selesaiin"

"Oke thanks, ya, Bay"

Shandy kemudian mengambil ponselnya mengirimkan pesan ke Fajri terkait pengajuan gugatan nya, dan akan di adakannya sidang tiga hari lagi

**

Fajri tersenyum melihat pesan singkat yang dikirimkan Shandy, Fajri yakin dia bisa merebut hak asuh Fiki

Fajri mengeluarkan kotak makanan yang berisikan roti isi yang sudah di buatnya tadi pagi, dan memberikan nya ke Fiki.

"Dari mamah" ucap Fajri yang berbohong, Fiki yang awalnya menolak akhirnya mengambil kotak makan itu, terlihat juga senyuman dari wajah Fiki saat menerimanya.

"Makasih, Mah" gumam Fiki sambil menempelkan kotak makan itu ke dadanya seraya memeluknya, lalu memakannya

Ya, seperti apapun perlakuan mamah Fajri, namun Fiki tetap menyayanginya bahkan sangat menyayanginya.

"Mah, kalo aja mamah tau sesayang apa Piki sama mamah, mungkin mamah gak akan tega nyakitin Piki lagi mah" batin Fajri sambil menatap Fiki yang sedang memakan roti isinya.

Bersambung~

Instagram : @myshunsiine
Twitter : @myshunsiine
Tiktok : @myshunsine

RUMAH TANPA ATAP (Completed)Where stories live. Discover now