DILEMA

2K 359 148
                                    

Kini Fiki sedang berada di mobil yang di kendarai mamahnya, mamahnya baru saja di telpon papah tiri Fiki yang marah marah karna mereka tertinggal pesawat, karna Fiki yang terlalu lama di rumah sakit.

"tuh kan! mamah bilang juga apa, seharusnya kamu gak perlu kerumah sakit, kalo kaya gini kan kita jadi telat" tegas Lia ke Fiki

"Ma-maaf, mah"

"Maaf maaf! kamu pikir dengan kamu minta maaf kita bisa langsung sampai di Singapore?!"

"Maaf, mah"

"Hah capek mamah ngomong sama kamu, cuma bisa maaf maaf aja, kalo kaya gini kan mamah yang kena marah papah"

"Maaf, mah"

"KAMU GAK BISA NGOMONG LAIN SELAIN MAAF?! DARI TADI MAAF MAAF DOANG BISANYA!!" Tegas mamah yang kemudian membuat Fiki terdiam.

Rasanya Fiki tidak mungkin lagi menjawab maaf karna pasti mamahnya akan marah lagi kepadanya

Mamah yang melihat Fiki diam menghela napas, sambil menggelengkan kepalanya

"sekarang malah diem! Mereka tuh ternyata gak becus ya urus kamu, kamu, cuma bisa bilang maaf maaf doang. Giliran di bilangin malah diem, pedahal mamah lagi ngomong sama kamu, Fiki!"

Seketika Lia membuat Fiki jadi serba salah, Fiki tidak tau lagi harus berbicara apa dengannya, selain maaf atau diam, karna sejak kecil Fajri selalu mengajarkan, ketika kita salah kita harus meminta maaf, tapi Lia justru malah marah.

Semua memori bersama Fajri seolah terputar secara otomatis di pikiran Fiki saat ini, Ah, jika saja ada Fajri disini, pasti dia akan membela Fiki yang sedang di marahi Lia saat ini

"Abang, Piki kangeeeeen" batin Fiki

**

Kini Fajri sudah ada di ruangannya, ia mengambil ponselnya mencoba menghubungi Fiki, namun nomor telpon Fiki tidaklah aktif, Fajri tidak tau jika Fiki tidak memiliki ponsel saat ini

Fajri terus menghubungi Fiki berkali kali meski sudah terdengar jelas suara operator menginfokan nomer Fiki tidak aktif

"Aaaaaaaaaaaaaaaa" teriak Fajri sambil melempar ponselnya

"Ji, tenang Ji" ucap Shandy mencoba menenangkan Fajri

"PERGI!!! PERGI KALIAN SEMUA PERGIIII" teriak Fajri kepada semua orang di ruangannya

Fajri meminta semua orang pergi meninggalkannya, ia juga meembuang semua benda yang berada di mejanya, ia benar-benar kehilangan kontrol atas dirinya sendiri

Fajri memukuli kakinya yang kemarin tertembak berkali kali.

"Kalo aja lo gak sakit, gue bisa ngejar Piki!!!! Kenapa?! kenapa lo harus sakit? kenapa?!" ucap Fajri dengan nada tinggi dan sambil terus memukuli kakinya

Vincent yang mengintip Fajri dari jendela ruangannya langsung masuk menghampiri Fajri saat melihat Fajri terus memukuli kakinya

"Abang, Abang, udah cukup bang" ucap Vincet yang kini memeluk anak sulungnya, mencoba menghentikannya menyakiti dirinya sendiri

"Kenapa, papah gak nahan Piki, pah? Pah, Aji mau Piki, pah" lirih Fajri yang kini sedang berada di dekapan Vincent

"Pah, gimana kalo nanti disana Piki di siksa pah? Gimana kalo disana Piki gak bahagia pah? Gimana kalo disana ada yang berniat jahat sama dia pah? Gimana pah gimana?"

"Pah, ayji sayang sama Piki pah, Piki itu adeknya Aji, Aji juga berhak pah tinggal sama Piki, tapi kenapa Piki ninggalin Aji, pah"

Fajri terus menangis dalam dekapan Vincent, Vincentpun tak sanggup menahan tangisnya, ia benar benar mengutuk dirinya di masa lalu, tenyata sebesar ini luka yang terjadi karna kesalahannya dulu

RUMAH TANPA ATAP (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang