FIKI PAMIT

2.1K 387 90
                                    

Pagi kembali tiba.

*Ceklek
Suara seseorang membuka pintu ruangan Fajri, membuat Fiki yang tertidur di sofa terbangun.

Fiki seketika kaget melihat orang yang membuka pintu ruangan Fajri tadi adalah Lia, karna setau Fiki mamahnya masih di luar kota.

"Mamah" tanya Fiki yang keget.

"Ngapain kamu disini Fiki ?" Tegas Lia membuat Fiki seketika menunduk

Fiki merasa salah menginap di rumah sakit tanpa izin terlebih dulu, tapi bagaimana Fiki mau izin sedangkan saat ini dia tidak memiliki ponsel untuk menghubungi mamahnya

"Ma-maaf mah"

"Ayo ikut mamah, kita kepengandilan sekarang" ucap Lia membuat Fiki seketika kaget.

"Hah pengadilan? Ngapain mah?"

"Ngapain kamu bilang? Liat ini"

Lia kemudian memberikan secarik kertas yang berisikan undangan ke pengadilan atas gugatan hak asuh Fiki.

"Gugatan hak asuh anak?" Tanya Fiki yang bingung.

"Iya gugatan hak asuh kamu! Kamu liat kan Fajri gak benar-benar sayang sama kamu, kalau dia benar sayang sama kamu, dia gak akan lakuin ini semua, dia gak akan berusaha pisahin kamu sama ibu kandung kamu sendiri" tegas Lia

"Gak mungkin mah, abang sayang sama Piki, Piki tau itu"

"Sayang kamu bilang? Memisahkan anak dari ibu kandungnya, masih bisa kamu bilang sayang? Dia gak jauh beda dengan ibu nya, dia hanya manusia jahat yang tega memisahkan anak dengan ibu kandungnya"

"Tapi kenapa, kenapa Abang tega mau pisahin Piki sama mamah?" batin Fiki sambil menangis, ia tidak percaya dengan apa yang sudah Fajri lakukan.

***

Sementara itu Shandy, Farhan, Gilang dan Ricky sudah di Pangadilan di temani dengan Bayu selaku lawyer mereka.

Sedangkan Fenly dan Zweitson di rumah sakit, menemani Fajri yang masih belum sadarkan diri hingga kini.

"Jadi kalian grombolan anak-anak kemarin sore yang menggugat saya atas hak asuh Fiki?" Ucap Lia yang baru saja datang, bersama Fiki dan juga seorang pengacara ternama

Shandy, Farhan, Gilang dan Ricky hanya saling menatap satu sama lain, mereka sendiri bingung harus menjawab apa.

"Kamu liat kan Fiki, mereka adalah gerombolan orang yang mau memisahkan kamu dari mamah" sambung Lia kembali

"Kenapa bang? Kenapa kalian semua jahat sama gue? Apa salah gue sama kalian bang?" tanya Fiki seolah tak percaya dengan semua yang sudah mereka lakukan

"Pik, gak gitu maksud kita Pik, kita cuma mau nyatuin lo lagi sama Aji" ucap Shandy yang merasa tidak enak dengan Fiki

"Dengan cara misahin Fiki dengan ibu kandungnya? gitu maksud kalian?! Di bayar berapa kalian dengan anak bau kencur itu?! Saya bisa bayar kalian lebih mahal dengan cara kalian stop ikut campur urusan keluarga saya!" Skak Lia

"Kami disini bukan karna uang yang, tapi kami disini demi-" belum selesai Gilang berbicara Lia sudah memotong nya

"Sudahlah, kalian gak perlu alasan lagi, ayo Fiki kita masuk, persidangan akan segera di mulai"

Fiki dan mamahnya serta pengacaranya melangkahkan kakinya menuju ruang sidang

Shandy, Farhan, Gilang dan Ricky mengehela napas panjang, apa yang ada di pikiran Fiki saat ini, bisa-bisanya ia marah padahal mereka ingin membebaskan Fiki dari penyiksaan Fariz, yang bahkan saat ini masih berstatus buron

Kini mereka semua sudah di ruangan sidang, setelah beberapa bukti mereka kumpulkan dan beberapa pembelan yang di lontarkan dari pihak tergugat atau mamah Fiki

"Hakim memutuskan hak asuh anak di berikan kepada tergugat, selaku ibu kandung dari anak tersebut dan ini sah secara hukum" ucap hakim kemudian mengetuk palu di depannya sebanyak tiga kali.

Hak asuh Fiki resmi jatuh ke tangan ibu kandungnya, karna tidak ada nya bukti kekerasan yang di lakukan Lia kepada Fiki.

Mereka semua hanya bisa membuktikan kekerasan di lakukan oleh Fariz selaku Kaka tiri Fiki, dan itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan Lia, sang tergugat.

"Ji, maafin gue" batin Shandy, ia merasa bersalah dengan Fajri karna tidak berhasil menyatukan Fiki dengannya

**

Kini mereka semua sudah di rumah sakit, sepulang dari pengadilan Fiki meminta kepada mamahnya untuk menemui Fajri sebentar sebelum mereka berangkat ke Singapure

Ya, papah tiri Fiki merasa tercoreng namanya atas ulah Fariz yang sampai saat ini masih berstatus buron, mereka memutuskan untuk keluar negeri dalam kurun waktu yang belum di ketahui

Kini mereka semua sudah berada di ruangan Fajri, Fajri yang masih belum sadar sampai saat ini.

"Abang, kenapa tega sama Piki? Kenapa abang malah berusaha buat pisahin Piki sama mamah? 'Kan Abang tau selama ini Piki selalu berharap bisa tinggal sama mamah kaya anak-anak lain pada umumnya, tapi kenapa abang malah berusaha misahin Piki sama mamah bang?" Ucap Fiki yang kini berada di samping Fajri

Fiki menghela napas, Fiki marah dengan Fajri atas semua yang Fajri lakukan, tapi Fiki tetap menyayangi Fajri, dia tetap menangis melihat kondisi Fajri saat ini

Orang yang selama ini selalu menjaga Fiki sejak kecil, melindunginya di saat semua orang berusaha menyakitinya kini terbaring lemah dengan alat bantu untuk menyambung hidupnya

"Abang, maafin Piki kalo selama ini Piki udah selalu nyusahin abang, makasih bang udah jagain Piki selama ini, abang janji ya sama Piki abang bakalan bangun" ucap Fiki sambil mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Fajri

"Makasih bang, Piki pamit pergi ya bang, Piki sayang sama abang" ucap Fiki kemudian mencium kening Fajri dan melangkahkan kakinya hendak meninggalkan ruangan Fajri

*Tiiiiiiiiiiiit.........

Suara patient monitor seketika berhenti, bersamaan dengan detak jantung Fajri yang terhenti, membuat semua orang yang berada di ruangan histeris dan mengehentikan langkah kaki Fiki yang bahkan belum sempat keluar dari ruangan Fajri.

"AJIIIIIIIIIIIIIIIII" teriak Fani seketika membuat Fiki berlari menghampiri Fajri.

"Abaaaaaaaaaang"

"Aji, bangun Ji, bangun" ucap Fani sambil menggoyangkan tubuhnya Fajri berharap anaknya mendengarnya.

"Aji, bangun Aji... Jangan tinggalin mamah, Ji"

"Aji, jangan nyerah Ji, papah disini nak" lirih Vincent dengan air mata yang mengalir

Dokter dan beberapa suster yang sudah datang atas panggilan Gilang, suster langsung menyiapkan generator pacu jantung, dan memanasinya.

Beberapa kali dokter berusaha memacu jantung Fajri dengan menggunakan generator pacu jantung, namun tidak ada perubahan dari Fajri.

Semua menangis melihat patient monitor Fajri tidak berubah meski generator pacu jantung sudah beberapa kali di tempelkan di dada Fajri

"Aji, jangan tinggalin mamah, Ji" lirih Fani yang kini dalam pelukan Vincent

"Ji, bangun Ji" lirih Zweitson yang berada di ruangan Fajri

"Kaaa... Aji, kaaaa..." Lirih Fenly dalam pelukan Shandy

"Ji, jangan nyerah Ji, bangun Ji, gue bakalan benci banget sama lo kalo lo sampe gak bangun lagi, Ji" batin Shandy yang kini memeluk Fenly

"Abaaaang, banguuuuuuuuun" teriak Fiki yang kini dalam pelukan Farhan dan dan Ricky

Bersambung~

Instagram : @myshunsiine
Twitter : @myshunsiine
Tiktok : @myshunsine

RUMAH TANPA ATAP (Completed)Where stories live. Discover now