MAMAH.

1.8K 323 128
                                    

Tamparan Maya jatuh tepat di pipi kiri Shandy, membuat Shandy memegang pipinya dengan tangannya, luka di dahi dan beberapa di area wajah Shandy membuat tamparan Maya terasa jauh lebih sakit.

"M-mamah" ucap Shandy dengan terbata-bata

"Bisa-bisanya kamu gak bilang tentang Fenly ke Mamah, maksud kamu apa Shandy?!" Tegas Maya ke Shandy

"Ma-maaf Mah, Kaka cuma-" belum sempat berbicara Maya sudah langsung memotongnya

"Cuma apa?! Tega kamu sama mamah? tega kamu sama Fenly? seharusnya mamah memang gak membiarkan Fenly sama kamu!" Ucap Maya dengan air mata yang ikut bersamanya

"Mah, maafin Kakak, Mah.." lirih Shandy sambil meraih tangan Maya, namun Maya justru menangkis tangan Shandy.

"Jangan pernah sebut diri kamu Kaka! Kamu gak pantes jadi seorang kaka! Gak ada satupun kaka di dunia ini yang tega ninggalin adiknya dalam keadaan kritis, dari mana kamu?!" tajam Maya bersamaan dengan jari yang menunjuk dada Shandy beberapa kali.

"Kamu liat Fenly sekarang Shandy!!! kamu liat!!!!!" Teriak Maya

Shandy memeluk mamahnya yang sudah menangis hebat, ia membiarkan mamahnya memukuli dadanya berkali-kali.

"Maafin Kakak, Mah..." lirih Shandy sambil memeluk mamahnya.

Ini sangat berat bagi Shandy, tapi ia harus kuat, demi mamah dan juga Fenly.

**

Kini Fajri dan Fiki sedang di kantin, sedangkan Zweitson sudah pulang terlebih dulu dengan orang tuanya.

Fiki tiba-tiba membeku saat melihat Fariz sedang berdiri tidak jauh dari tempatnya duduk, menatap lurus kepadanya, sambil tersenyum.

"Abang, Piki takut.." gumam Fiki dengan mata mengapa lurus ke depannya.

"Kenapa Pik? ada apa?" Tanya Fajri yang panik

"A-ada Kak Fariz disini, Bang.." ucap Fiki dengan nada terbata-bata karna ketakutan, sontak saja membuat Fajri panik

"Ayo, kita pergi sekarang" ajak Fajri sambil berusaha bangkit

Fajri tau keadaannya saat ini sangat tidak memungkinkan untuk Fajri menjaga Fiki, maka dari itu Fajri lebih memilih untuk pergi dari tempat itu saat itu juga.

Entahlah berapa banyak uang yang di habiskan Fariz, sampai sampai ia masih bisa berkeliaran saat ini.

**

Shandy mengehela napas panjang sambil memejamkan matanya, saat proses transfusi darah berlangsung, Shandy dan Maya mendonorkan darahnya untuk Fenly.

Shandy bersyukur mamahnya datang, dan proses transfusi darah Fenly bisa di lakukan tapi datangnya Maya justru membuat rasa bersalah Shandy semakin besar

Maya terus saja mendiamkan Shandy sejak tadi, bahkan Maya tidak memperdulikan luka di dahi Shandy yang tampak jelas. Ah, Shandy mewajarkan hal itu karna sejak kecil Maya memang jauh lebih menyayangi anak bungsunya

***

Farhan, Gilang dan Ricky kini tengah berada di perjalan menuju sekolah fenly untuk mengambil motor Shandy yang tadi Shandy tinggal.

"Guys guys! itu 'kan motor Shandy" ucap Gilang yang berada di bangku setir sambil menunjuk ke depan, membuat Farhan dan Ricky menoleh ke arahnya yang ia maksud.

"Anjirrr iya, kenapa bisa gini" teriak Farhan yang baru saja turun dari mobil dan mengecek motor Shandy yang sudah terpisah antara ban satu dengan yang lainnya.

"Kerjaan siapa sih, jail banget" keluh Ricky sambil menggelengkan kepalanya

"Yaudah yaudah, kita bawa ke bengkel aja" sambung Ricky yang di angguki oleh Gilang

RUMAH TANPA ATAP (Completed)Where stories live. Discover now