"Abang.. Piki mau ikut Mamah..." Pelan Fiki ke Fajri, yang langsung di jawab gelengan kepala dari Fajri
"Gak boleh. Piki disini aja sama Abang, Mamah sama Papah"
"Tapi Piki mau sama Mamah Piki. Abang tadi denger sendiri 'kan Mamah Piki bilang kalo Mamah sayang Piki? Mamah kangen sama Piki"
"Terus, Piki percaya?" Tanya Fajri, dengan cepat Fiki mengangguk
"Bang.. Mamah bener-bener udah nyesel sama semuanya. Piki mau bahagia sama Mamah, Bang" lirih Fiki ke Fajri yang tidak di jawab apapun dengan Fajri
Fajri melepaskan gengamannya yang sebelumnya menggenggam erat tangan adiknya, kemudia menghampiri Lia
"Tante, bercanda 'kan pasti? Tante, pasti gak bener-bener mau bawa Piki pergi 'kan?" tanya Fajri pada Lia dengan penekanan
Lia angsung mengegelengkan kepalanya pelan, dan mengusap lembut pipi Fajri.
"Maafin Tante, yah. Tante tau kamu sayang Fiki, tapi Tante, ibu kandungnya. Tante berhak tinggal bersama Fiki"
"Tapi Piki juga adek Aji, Tanteeeee... Aji juga berhak tinggal sama Piki" tekan Fajri pada Lia
"Fiki mau ikut sama Mamah 'kan?" Tanya Lia yang langsung di jawab dengan anggukan kepala dari Fiki
"Kamu liat 'kan Fajri? Fiki mau sama Tante. Fiki mau sama ibu kandungnya" ucap Lia ke Fajri
"Abang, maaf.." pelan Fiki ke Fajri
Fajri hanya menggelengkan kepalanya, sambil menatap ke arah Fiki "Abang kecewa sama Piki" ucap Fajri kemudian meninggalkan Fiki dan Lia begitu saja
"Abang..." Teriak Fiki namun tidak di hiraukan oleh Fajri
"Udah gapapa, Fiki kan sekarang mau tinggal sama Mamah, jadi gak masalah kalau Fajri marah"
"Tapi, Piki gak mau Abang marah, Mah.."
Lia menghela napas panjang, Fiki memang terlalu naif sangat berbanding terbalik dengan dirinya
"Udah gapapa, kalau Fajri beneran sayang sama FIki, Fajri pasti maafin Fiki kok"
"Piki, bilang kemarin, Piki gak akan pergi lagi. Kenapa sekarang Piki malah pergi lagi? Piki bahkan pergi sama orang yang udah jelas-jelas nyakitin Piki kemarin" lirih Fajri sambil mengintip Fiki yang sedang naik ke taxi bersama mamahnya, dari balkon kamarnya
"Piki beneran pergi..." Lirih Fajri saat melihat taxi yang di tumpangi Fiki dan mamahnya melaju pergi menjauh dari rumahnya
Tangis Fajri seketika langsung pecah, lagi dan lagi ia harus menerima kenyataan kalau Fiki memang tidak bisa selamanya bersama dengannya
Fajri mengambil ponselnya, mencoba menghubungi mamahnya.
Fajri
"Mah.." lirih FajriFani
"Loh Aji, Aji kok nangis? Aji kenapa, Sayang? Aji sakit? Atau kenapa? Aji jawab Mamah, Sayang. jangan bikin Mamah khawatir"Fajri
"Mah.. cepet pulang.."Fani
"Iya, sabar ya, Sayang. dua hari lagi Mamah pulang, Mamah janji, yah. Sekarang Aji di rumah dulu ya sama Piki"Fajri
"Mah.."Fani
"Iyah, Sayang?"Fajri
"Piki udah gak di rumah, Mah. Piki tinggalin Aji, Mah. Piki pergi sama Tente Lia, Mah. Tante Lia udah bawa Piki pergi, Mah. Mah, Tante Lia jahat, Tante Lia udah bawa adeknya aji pergi.."
YOU ARE READING
RUMAH TANPA ATAP (Completed)
General Fiction📌DALAM TAHAP REVISI RUMAH TANPA ATAP Rumahku kini sudah tidak beratap, Ketika musim panas aku kepanasan, Ketika musim hujan aku kehujanan, tidak ada lagi atap yang menjagaku dari panasnya dan teriknya matahari ataupun dinginnya air hujan, RUMAH TAN...