KETAKUTAN

1.9K 332 79
                                    

Fiki di buat kaget dan membeku seolah tak percaya dengan yang ia liat kini

Ya, Fariz kini di hadapannya, dengan keadaan baik-baik saja seolah tak terjadi apa-apa

"Mah, kenapa ada Kak Fariz di sini?" Tanya Fiki dengan mata yang masih terpaku kepada Fariz dan suara bergetar karna ketakutan

"Kenapa kamu bilang? Ini rumahnya. Jadi bukan hal aneh jika dia berada disini" jawab Lia membuat Fiki menoleh ke arahnya seakan tak habis pikir dengan jawaban mamahnya

"Tapi Mah, Kak Fariz kan sedang dalam pengerjaan polisi"

"Ya lalu kenapa? Itu bukan urusan kamu kan?!  Dan satu lagi mamah gak suka kamu masih berhubungan dengan teman teman kamu dan Fajri si anak bau kencur yang sok dewasa itu! karna mereka sudah buat Fariz menjadi buronan polisi dan membuat nama papah tiri kamu jadi tercoreng!" Tegas Lia lalu meninggalkan Fiki begitu saja berdua dengan Fariz

Tubuh Fiki bergetar, jantung Fiki berdebar hebat, Fiki benar benar ketakutan dengan Fariz yang menatapnya, sambil memberikan senyum pertanda akan terjadinya penyiksaan untuk Fiki

Fiki berlari menaiki anak tangga mencoba menuju kamarnya, ia benar benar takut dengan Fariz setelah kejadian penembakan kemarin

"Lo, gak akan pernah bisa pergi dari gue bocah!!!" Ucap Fariz membuat Fiki semakin takut, bebepara hari tinggal bersama, Fiki sudah cukup tau dengan sifat Fariz

Fiki mempercepat pergerakannya, Fiki dengan cepat mengunci pintu kamarnya, ia benar-benar tidak tau harus apa saat ini, ia sangat takut Fariz menyakitinya lagi

**

"Aji, makan dulu sayang biar kamu bisa minum obat, biar kamu bisa sembuh terus sekolah lagi" bujuk mamah merayu Fajri yang sejak pagi tidak mau makan sedikit pun

"Hah, sembuh? Sekolah? buat apa mah? Buat apa Aji sembuh, Aji sekolah, buat apa kalo gak ada lagi Piki di hidup Aji"

"Mau sampe kapan kamu kaya gini?" Tanya Fani yang nampaknya mulai lelah dengan sikap Fajri

"Sampe Aji mati!" Ucap Fajri seketika membuat mata Fani membulat tak percaya dengan ucapannya

"Fajri Va'nia jaga mulut kamu! Kalo kamu gak mau makan cukup gak mau makan, gak perlu kamu berbicara seperti itu, orang yang sayang sama kamu itu banyak bukan cuma Fiki, apa kamu gak mikirin mereka?! Mamah papah yang jelas-jelas sayang sama kamu dan gak ninggalin kamu, apa kamu gak mikirin kita?! Jangan hanya Karna Fiki, lalu kamu mengorbankan perasaan orang lain yang sayang sama kamu" tegas Fani ke pada Fajri

"tapi Piki itu adek Aji, mah, Aji sayang sama Poki, Aji gak bisa kalo gak ada Piki" lirih Fajri bersamaan dengan beberapa bulir air mata yang ikut jatuh

"Baiklah Fajri lanjutkan! Lanjutkan saja kamu menyiksa diri kamu Fajri! kamu sayang sama dia tapi dia gak sayang sama kamu, kamu gak bisa tanpa dia, tapi dia bisa tanpa kamu, bahkan sangat bisa! sampai dia tega meninggalkan kamu sekarang, meski kamu sudah memohon mohon seperti tadi! Lanjutkan saja mamah capek bicara sama kamu." tegas Fani kepada Fajri

"Dan kamu, puas kamu menghancurkan hidup saya? Jika saya bisa memutar waktu saya tidak akan pernah mau menikah dengan kamu, kamu hanya bisa menghancurkan hati saya dan hidup anak saya" tegas Fani kepada Vincet dan pergi meninggalkan ruangan Fajri begitu saja

Kini hanya ada Fajri dan Vincet di ruangan, perasaan bersalah Vincet semakin menjadi setelah ucapan Fani barusan, Fani benar ini semua salahnya

Vincent menghela napas mencoba mengajak berbicara anaknya laki-lakinya itu, ia tau selama ini Fajrilah satu-satunya orang yang tidak pernah menghakimi nya atas kesalahannya dulu.

"Maafin papah, ya, nak" ucap Vincet dengan pelan membuat Fajri menengah ke arah nya

"Buat apa pah?" Tanya Fajri membuat Vincent tersenyum

"Buat semuanya, papah minta maaf buat semua yang udah terjadi di hidup kamu" ucap Vincet kemudian memeluk Fajri

"Seandainya papah gak lakuin kesalahan itu dulu, mungkin kamu gak ada di sini sekarang, mungkin mamah dan tante Lia ga akan terluka, mungkin Piki gak akan menanggung dosa-dosa papah, sekali lagi papah minta maaf belum bisa jadi papah yang baik untuk kamu dan Piki" sambung Vincet kembali

"Papah gak boleh ngomong gitu pah, tentang semuanya ini udah takdir, biarkan masa lalu itu tersimpan rapih di tempatnya, dan kita sebagai manusia hanya bisa memperbaiki diri agar lebih baik dan tidak melakukan kesalahan yang sama" ucap Fajri

"tentang Piki, Aji selalu bersyukur sama tuhan karna udah kasih Piki buat Aji di dunia ini, meskipun harus ngelukain wanita yang paling Aji cintai, Aji selalu berharap mamah bisa memaafkan segala hal yang terjadi di masa lalu dan tentang papah, Aji selalu bangga sama papah, papah itu papah terbaik yang pernah ada di dunia, Aji bersyukur punya papah." Sambung Fajri yang kini masih berada di pelukan Vincet

Fajri memang selalu semanis itu, semua orang akan selalu tenang jika bersamanya, entah Fiki ataupun Vincent, sang papah

**

Jam kini menunjukan pukul 20.00 Shandy baru ingat kalau Fenly belum makan sejak siang tadi

"Aduh perut gue sakit banget lagi" gumam Fenly yang kini sedang mengurung diri di kamar karna masih marah dengan Shandy

Ya, sejak siang tadi Fenly masih mengurung dirinya di kamar, ia sengaja agar Shandy tau dan sadar bahwa Fenly itu adiknya, ia yang butuh perhatian dan tanggung jawab Shandy

"Fen makan dulu, ayo" ucap Shandy yang kini berada di depan pintu kamar Fenly

"Fen, ayo dong makan, jangan kaya gitu nanti perutnya sakit lagi loh" sambung Shandy kembali sambil mengetuk pintu kamar Fenly, namun Fenly tetap tidak merespon

"Yaudah, makanannya Kaka taro depan kamar, ya, Fen. nanti makan jangan sampe enggak" ucap Shandy yang kemudian menaruh makanan untuk Fenly di depan pintu kamarnya

***

"FIKI BUKA PINTUNYA!!!" perintah Fariz dengan tegas yang kini sedang berada di depan pintu kamar Fiki yang terkunci.

"Abang, Piki takut" lirih Fajri sambil menatap ke arah pintu kamarnya yang terus di ketuk ketuk dengan kasar oleh Fariz

"FIKI BUKA PINTUNYA ATAU GUE DOBRAK" teriak Fariz Kembali, membuat Fiki semakin panik ia benar benar trauma dengan Fariz

Fiki menghampiri telpon rumah yang tersedia di pojok kamarnya, ia mencoba menghubungi Fajri, ia benar benar takut saat ini

[Nomer yang anda tuju sedang tidak aktif silahkan hubungi beberapa saat lagi]

"Kenapa nomer abang gak aktif? Abang, Piki takut" ucap Fiki dengan ketakutan

Fiki terus menghubungi Fajri karna hanya nomer Fajrilah yang ia ingat

"Abang, tolongin Piki. Abang, Piki takut" gumam Fiki sambil terus mencoba menghubungi Fajri

seketika Fiki ingat ia menyimpan nomer Sisi di secarik kertas, ia sempat berjanji kepada Sisi kalau ia akan menghubungi Sisi saat ia sudah memiliki ponsel baru

Fiki langsung mencari kertas yang bertuliskan nomer telpon Sisi, jantungnya berdegup kencang Fiki sangat takut dengan Fariz saat ini

"Abang, Piki takut..." Gumam Fajri sambil memencet tombol telpon saat menghubungi Sisi

Sisi
"Hallo selamat malam, dengan Sisi disini, ada yang bisa di bantu?"

Fiki

"Si.. Sisi, tolongin Piki. Si, tolong"

Sisi

"Loh, Piki? Piki kenapa? Piki dimana sekarang?"

Fiki

"Piki di-"

*BRAKKKK!!!!

Bersambung~

Instagram : @myshunsiine
Twitter : @myshunsiine
Tiktok : @myshunsine

RUMAH TANPA ATAP (Completed)Where stories live. Discover now