KENANGAN .

1.8K 330 139
                                    

"KENAPA LO BEGO BANGET SIH SHAN" Teriak Shandy sambil menarik rambutnya dengan kedua tanganya.

"Shandy... Shan, kamu gak boleh gini, kamu juga harus kuat, kamu sendiri 'kan yang bilang ke aku, kalo kamu itu sandaran buat Fenly dan mamah kamu, kalo kamu kaya gini sama siapa mereka mau bersandar, Shan?" lembut Risya sambil memegang kedua tangan Shandy.

Kabar penusukan siswa di depan sekolah sudah jadi perbincangan para guru dan murid, jadi tidak heran jika Risya yang notabenenya adalah guru kesenian Fenly tau.

"Adek gue, Ri.." lirih Shandy, Risya mengangguk, ia juga ikut menangis melihat Shandy, Risya sendiri tau seberapa pentingnya Fenly untuk Shandy

Shandy menyandarkan kepalanya ke bahu Risya, Risya membiarkan Shandy melepaskan lelahnya di bahunya saat ini

"Gapapa Shan, nangis aja. Ada aku disini" lembut Risya

"Risya?" Gumam Gilang yang baru saja datang bersama Farhan dan Ricky

Shandy menghapus air matanya, ia kemudian menyandarkan tubuhnya kembali ke kursi yang sedang ia duduki, pandangannya kosong.

"Han, lo mau kemana Han? Farhan..." Panggil Gilang saat Farhan pergi begitu saja

"Pasti karna Risya" batin Gilang sambil menatap ke arah Farhan pergi

"Kalo lo masih mau hidup, pergi lo dari sini!" tajam Shandy ke Ricky

Ricky mengangguk sambil tersenyum, ia sama sekali tidak marah dengan semua perlakuan Shandy, Ricky sendiri merasa bersalah dengan Shandy dan Fenly, kemudian Ricky pergi mengikuti permintaan Shandy.

"Gue tau lo lagi terpukul Shan, tapi gue harap lo bisa introspeksi diri!" tegas Gilang yang kemudian pergi menyusul Ricky

"Cih! introspeksi diri dia bilang?!" gumam Shandy

"Mending, lo juga pergi deh, Ri" tajam Shandy

"Gue mau sendiri" sambung Shandy kembali membuat Risya menghela napas dan menurutinya.

**

Kini jam menunjukkan pukul 05.00 Shandy baru saja selesai mengerjakan shalat subuh, Shandy sama sekali tidak bisa tertidur pulas semalaman, ia terus saja berbayang Fenly yang sedang kesakitan

Shandy menarik napas dalam-dalam mempersiapkan diri menemui mamahnya kembali, berharap emosi mamahnya mulai mereda.

**

"Mah, mamah pulang dulu biar bisa istirahat di rumah" pelan Shandy yang baru saja masuk keruangan Fenly

Namun Maya tak menghiraukan Shandy sama sekali, ia terus mengajak Fenly berbicara, berharap Fenly mendengarnya

"Mamah masih marah ya, sama Kaka? Yaudah, Kaka yang ambilin baju ganti buat Mamah aja ya, di rumah. Biar Mamah bisa ganti baju, sekalian Kaka cariin sarapan buat Mamah"

Shandy kemudian menghampiri Maya bermaksud untuk menyalimi sambil berpamitan untuk pulang ke rumah, namun Maya lagi-lagi tidak menghiraukan uluran tangan Shandy

Shandy hanya mengangguk, mencoba mengerti mamahnya.

"Yaudah Mah, Kaka pamit ya, Assalamualaikum" ucap Shandy kemudian keluar dari ruangan Fenly

"Waalaikumsalam" gumam Maya saat mengetahui Shandy sudah keluar

Maya menghela napas panjang, ia juga sebenarnya merasa tidak tega dengan anak sulungnya itu, namun jika ia ingat semua cerita Zweitson rasa marahnya kembali muncul pada Shandy.

"Zweii, ini kenapa Fenly bisa kaya gini? Apa Fenly ikut tawuran antar sekolah seperti yang di ada di berita tv?" Tanya Maya kepada Zweitson saat Shandy sedang menyerang basecamp lookie.

"E-enggak kok, Tan" bantah Zweitson yang tidak mau Fenly di anggap nakal oleh mamahnya.

"Lalu ini kenapa? Bagaimana bisa ada orang yang menusuk anak SMA di area sekolah? Lalu Shandy dimana di saat adiknya di lukai orang?"

"Aku gak tau gimana jelasnya Tan, tapi kata anak-anak yang ngeliat kejadian, sebenernya Bang Shan itu udah jemput Fenly, tapi Fenly terus jalan aja gak ngampirin Bang Shan"

"Kenapa bisa begitu?"

"Aku juga gak tau Tan, kayanya Fenly marah deh sama Bang Shan, soalnya pas pagi Fenly mukanya pucet gitu, terus sempet kesakitan perutnya karna belum makan, jadi asam lambungnya kambuh, trus dia istirahat di UKS, terus aku kabarin Bang Shan dong kalo Fenly sakit, terus Bang Shan dateng deh ke sekolah, terus tau-tau Bang Shan malah marah-marah di UKS sama Fenly, aku aja yang awalnya mau jenguk Fenly di UKS jadi takut karena denger Bang Shan marah-marah ke Fenly, serem banget" jelas Zweitson yang kemudian mengerutkan dua bahunya, karna membayangkan kemarahan Shandy waktu itu

"Astaghfirullahalazim, Shandy. Kenapa kamu keras sekali sama Fenly, kamu harusnya tau, kalau Fenly gak bisa di kerasin" gumam Maya

"Mungkin kalo Bang Shan gak marah-marah sama Fenly, Fenly gak akan kaya gini kali, ya? Kan kalo mereka gak marahan Fenly pulang Bang Shan, jadi aman" ceplos Zweitson membuat Maya mengehela napas

"Son, mulut lo jaga" bisik Fajri yang merasa Zweitson sudah kelewatan

"Kenapa sih? 'kan emang bener, ini semua karna Bang Shan marah-marah terus ke Fenly" jawab Zweitson yang tidak terima teguran Fajri

Flashback off~

***

Kini shandy sudah sampai di rumah, sesampainya di rumah Shandy di sambut dengan rasa sepi yang menancap tepat di dadanya.

Rumah ini sudah sangat sepi semenjak Papah pergi, kini semakin sepi saat Fenly berbaring di rumah sakit, dan menjadi dingin karna kemarahan Mamah.

Shandy melangkahkan kakinya menuju gudang, tempat dimana tersimpan jutaan kenangan, etahlah seperti ada magnet yang menariknya menuju gudang.

Sesampainya di gudang Shandy langsung melihat, ayunan rotan buatan Papah dengan bantuannya, dulu Papah membuat ini saat Fenly kecil, Papah bilang agar Mamah tidak perlu memasak sambil menggendong Fenly lagi

Shandy mengusap ayunan yang sudah tertutup oleh debu itu, air matanya tiba-tiba datang tanpa di undang

"Ternyata bener kata orang, waktu itu berputar sangat cepat, kayanya baru kemaren Kaka jagain Fen yang di taruh di ayunan ini sama Mamah, dulu kalo Fen nangis ayunanya Kaka dorong pelan, setiap di dorong pasti Fen berhenti nangis" gumam Shandy sambil mengayunkan pelan ayunan yang ada di hadapannya

"Dulu juga kalo Mamah lagi masak di dapur, pasti Kaka di suruh jagain Fen, terus Mamah selalu teriak, Kaka jangan kenceng-kenceng dorong ayunannya nanti Adek jatoh" ucap Shandy sambil memperagakan gaya bicara mamahnya.

Shandy terkekeh bersama dengan air mata air mata yang juga membasahi pipinya.

Shandy menoleh ke rak kayu yang terdapat beberapa mainan yang sudah cukup usang, di sana juga terdapat sebuah pigura yang sudah tidak bergitu jelas terlihat namun masih ia kenali, itu adalah foto Papah, Mamah dan Shandy yang memegang perut Mamah saat sedang mengandung Fenly

Shandy mengambil foto itu dan mengusap beberapa kali berharap foto itu bisa terlihat lebih jelas.

"Mah, Pah, maafin Kaka gak bisa jagain Adek. Fen, maafin Kaka karna udah kasar kemarin, maafin Kaka udah bawa Fen ke dalam bahaya, Kaka sayang sama Fen, sayang banget" lirih Shandy kemudian memeluk figura yang berada di tangannya.

***

"Assalamualaikum, Tan" ucap Farhan yang baru saja datang membuat Maya menoleh ke arahnya

"Waalaikumsalam, eh Farhan, Shandy nya lagi pulang dulu"

"Tan, Farhan kesini gak mau ketemu Shandy kok, Farhan kesini mau ketemu Tante, soalnya ada yang mau Farhan omongin sama tante"

"Soal apa ?"

Bersambung~

Instagram : @myshunsiine
Twitter : @myshunsiine
Tiktok : @myshunsine

RUMAH TANPA ATAP (Completed)Where stories live. Discover now