3. Deep Longing

36.4K 2.1K 18
                                    

Malam hari pun tiba

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Malam hari pun tiba.

Waktu yang begitu di hindari Ravika untuk kali ini.

Hembusan nafas lelah kembali keluar dari bibir wanita itu. Ia tidak bisa menghindar, Ravika harus melalui semuanya. Bagaimanapun ini adalah bagian dari pekerjaannya, sudah menjadi resiko bagi Ravika.

Mata Ravika tidak beranjak dari setiap pemandangan yang berlalu dengan cepat dari balik jendela mobil yang ia tumpangi.

Melihat keramaian kota Manhattan pada malam hari adalah salah satu kegiatan favoritnya. Namun kali ini berbeda, jika biasanya ia berjalan kaki maka malam ini ia berada di dalam sebuah mobil yang mewah dan luas.

Masih menjadi tanda tanya besar di dalam benak Ravika. Siapa orang yang menyewanya dengan harga yang fantastis hanya untuk melihatnya menari polo?

"Nona Ravika," Mata Ravika mengerjap begitu suara itu mengalun.

"Ya?" Ravika bertanya seraya tersenyum pada pria tampan di balik kemudi.

"Kita sudah sampai," Beritahu pria berdarah Timur Tengah itu.

Ravika melihat sekelilingnya. Benar saja, mobil sudah berhenti di depan sebuah mansion besar. Sepertinya Ravika terlalu larut dalam lamunannya sehingga tidak menyadari berhentinya mobil tersebut.

Pria yang mengaku bernama Yazan Malik itu membuka pintu mobil, mempersilahkan Ravika untuk keluar.

"Apakah tidak salah alamat?" Ravika bertanya dengan bingung. Bahkan kerutan di dahinya bertambah berkali-kali lipat.

Pasalnya bangunan di depannya kali ini begitu besar dan indah seperti istana, Ravika tidak bisa membayangkan bagaimana lelahnya membersihkan setiap sudut mansion seperti ini.

"Tidak, Nona. Anda berada di tempat yang benar." Jawab pria dengan tindik di hidungnya tersebut. "Mari, ikuti saya."

Ravika hanya diam sambil mengikuti setiap langkah pria asing di depannya ini.

Madam Bonanza yang memperkenalkan Yazan Malik kepadanya. Ravika sempat berpikir bahwa pria itu yang menyewanya, namun Yazan menyangkal dan langsung membawa Ravika pergi dari club, tanpa menjelaskan apapun lagi.

Mereka melangkah masuk ke dalam mansion. Mata Ravika membola dengan nafasnya berhembus pelan. Baru kali ini Ravika melihat rumah sebesar dan semewah ini.

"Tuan Yazan," Seorang wanita paruh baya menyambut Yazan dengan senyuman lembutnya.

"Bibi," Pria itu membalasnya tak kalah ramah.

Ravika menyunggingkan senyum sedikit canggung dengan tangan yang saling bertaut.

"Permisi, Bibi," Ujar Ravika.

"Silahkan, Nona,"

Keduanya kembali berlalu untuk menaiki setiap undakan anak tangga.

Pria di hadapan Ravika terkekeh pelan. "Nona tidak perlu tegang seperti itu."

Wild Butterfly [End]Where stories live. Discover now