21. Wound

15.9K 845 7
                                    

"Leionelle," Ravika melepaskan tangan pria itu yang masih merangkul pinggangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Leionelle," Ravika melepaskan tangan pria itu yang masih merangkul pinggangnya.

Leionelle menatap Ravika, "Maaf." Pria itu berjalan menjauh dari Ravika dan kembali duduk di sofa seraya memainkan ponselnya.

Ravika menghela nafas. Wanita itu menggeser troli agar semakin dekat dengan brankar ibunya, Alysse terlihat masih memejamkan mata. Apakah wanita itu tertidur?

"Ibu?" Alysse tidak bergeming ketika Ravika menyentuh lengannya. Mungkin wanita itu membutuhkan istirahat yang lebih banyak.

Ravika menaikkan selimut ibunya sebatas pundak. Mengelus sebentar bahu wanita itu sebelum berjalan menghampiri Leionelle yang masih sibuk dengan ponselnya.

"Leionelle,"

Pria itu mengangkat wajah guna menatap Ravika, menaikkan alis seolah bertanya tanpa suara, setelah itu kembali dengan ponselnya.

Ravika berdecak pelan. "Kau tidak pergi?"

Leionelle menaikkan kepalanya lagi. "Kau mengusir ku?"

Mata Ravika melotot, "Bukan, bukan seperti itu. Maksud ku apakah kau tidak memiliki kesibukan lain, seperti bekerja?"

Leionelle menggeleng pelan dengan dahi yang berkerut, "Aku ingin menemanimu disini."

"Leionelle, kau tidak perlu melakukan itu."

"Aku tidak perduli."

Ravika menghembuskan nafas, cukup lelah menghadapi Leionelle yang sangat keras kepala seperti ini.

"Sekarang aku tanya, untuk apa kau menemaniku disini?"

"Tidak tahu." Leionelle menjawab asal. "Apapun yang terjadi intinya aku ingin menemanimu disini. Dengan atau tanpa persetujuan mu."

Ravika angkat tangan. Pasrah dengan sikap menyebalkan Leionelle satu itu.

"Oke, terserah padamu." Ravika membalikkan badan dan kembali menghampiri ibunya.

"Ya, memang terserah padaku."

Leionelle balas menatap Ravika sinis begitu wanita itu menatapnya tajam.

Ruangan itu hening ketika keduanya tidak lagi berdebat. Tetapi dari tatapan mata Leionelle terlihat kesal, sedangkan Ravika lebih memilih menyiapkan makanan untuk ibunya.

"Bisakah kau tidak tersenyum lebar ketika sedang berbicara dengan pria itu?"

Suara Leionelle mengalun di tengah keheningan yang terjadi.

Ravika mengernyit dengan tangan yang memegang sendok dan mangkuk. Terlihat menggemaskan di mata Leionelle. Tetapi dia tidak mau mengakui hal itu saat ini. Ingat, dia sedang merajuk.

"Apa?"

Leionelle memutar bola matanya. "Tidak."

Ravika meletakkan alat makan itu. Matanya fokus menatap Leionelle, "Apa maksudmu, Leionelle?"

Wild Butterfly [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang